BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah satu jenis ternak yang yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah ayam di mana pemeliharaan dan konsumsi sudah menyebar di seluruh Indonesia, di samping itu, beberapa kelebihan yang dimiliki ayam sebagai bahan konsumsi telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari masyarakat terhadap daging ayam potong. Di DKI Jakarta saja, kebutuhan ayam potong mencapai 1,5 juta ekor per hari. Sementara di Tanah Air kebutuhan ayam potong diperkirakan mencapai tiga juta sampai lima juta ekor per hari.(Tim Liputan 6 SCTV, Dusta Pedagang Atam Potong, Diambil 2 Mei 2007, dari http://www.Liputan6.com). Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional.
Namun dewasa ini terdapat beberapa permasalahan yang menghambat usaha daging ayam potong di Indonesia. Beberapa masalah tersebut adalah merebaknya kasus flu burung pada pertengahan 1997 dan kenaikan BBM yang mencapai 100% pada akhir 2005.
2
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat dengan kematian 1.541.427 ekor.
Flu burung pada mulanya hanya menyerang burung sampai pada tahun 1997 di Hongkong, 18 orang tertular dan 6 di antaranya meninggal dunia. Pada Januari 2004 virus ini telah menyebar hampir ke seluruh kawasan Asia dan ditemukan di Indonesia pada Februari 2004. Hingga 28 Januari 2008 Departemen Kesehatan RI telah mencatat 124 kasus dengan 100 kematian pada manusia yang disebabkan virus flu burung dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1
Data Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia Sampai Dengan, 28 Januari 2008
.......................
Sumber : Depkes RI, 2008
Di Kota Jakarta Selatan, upaya pencegahan dilakukan dengan melarang warga untuk memelihara unggas-unggas tanpa sertifikat. Bagi mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi kurungan penjara 3 bulan dan denda maksimal 50 juta rupiah.
Beberapa kasus di Kota Jakarta Selatan yang berhubungan dengan flu burung di antaranya adalah pada 16 februari 2006 seorang warga meninggal di Kebayoran Baru yang merupakan korban meninggal ke delapan akibat flu burung di Jakarta Selatan, kemudian hal tersebut ditindak lanjuti dengan merazia rumah-rumah penduduk di Kel.Pondok Pinang oleh para aparat kota dan ditemukan 1500 unggas yang kemudian didepopulasi pada 4 Maret 2008. Kebun Raya Ragunan juga pernah ditutup beberapa hari untuk memeriksa kesehatan hewan terutama unggas.
4
Flu burung telah mengakibatkan banyak pengusaha daging ayam mulai dari peternak sampai penjual gulung tikar karena masyarakat menjadi takut untuk mengkonsumsi daging ayam. Menurut data terdapat lebih dari 600 pangkalan ayam, 1200 rumah potong, dan ribuan pedagang daging ayam yang tersebar di seluruh pasar tradisional di Jakarta terancam gulung tikar karena secara rata – rata, total kebutuhan daging ayam di Jakarta adalah 500 ribu hingga 600 ribu ekor perhari, setelah kasus flu burung mencuat, permintaan itu menurun 60% ( Kompas 28 Juli 2005). Penjualan ayam potong di pasar tradisional Pasar Minggu Jakarta Selatan juga turun 25-50 persen
Pada tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Harga bensin jenis premium yang semula Rp 2.400,00 naik menjadi Rp 4.500,00/liter dan solar yang sebelumnya Rp 2.100,00 naik menjadi Rp 4.300,00/liter. Secara langsung kenaikan harga BBM tersebut akan menaikkan beban biaya transportasi hingga 100%. Kenaikan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri, tertanggal 30 September 2005.
1.2. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu
1. Apakah jumlah pesaing mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
2. Apakah biaya transportasi mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
5
3. Apakah banyaknya jumlah ayam terjual mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
4. Apakah flu burung dianggap mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
5. Apakah secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya transportasi dan jumlah ayam terjual serta variabek dummy flu burung mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian :
1. Menganalisis pengaruh jumlah pesaing terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
2. Menganalisis pengaruh biaya transportasi terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
3. Menganalisis pengaruh banyaknya jumlah ayam terjual terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
4. Menganalisis pengaruh Flu burung terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
5. Menganalisis pengaruh secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya transportasi dan jumlah ayam terjual serta variabek dummy Flu burung terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
6
1.3.2. Manfaat Penelitian :
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.
2. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang sejenis. Di samping itu, guna meningkatkan, memperluas dan memantapkan wawasan dan keterampilan yang membentuk mental mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
Bab ini menerangkan mengenai diskripsi wilayah penelitian yang menguraikan tentang keadaan wilayah Kotamadya Jakarta Selatan.
7
BAB III KAJIAN PUSTAKA
Berisi penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Dalam bab ini memuat teori – teori yang relevan yang menjadi acuan dalam penulisan dan hipotesa penelitian.
BAB V METODE PENELITIAN
Akan dijelaskan tentang metode pengambilan sampel serta definisi operasional penelitian
BAB VI ANALISIS DATA
Berisi tentang analisis data yang diperoleh dalam penelitian serta pengujian – pengujian terhadap hasil estimasi data yang diperoleh dan pembahasannya.
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi pembahasan, kesimpulan dan saran-saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah satu jenis ternak yang yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah ayam di mana pemeliharaan dan konsumsi sudah menyebar di seluruh Indonesia, di samping itu, beberapa kelebihan yang dimiliki ayam sebagai bahan konsumsi telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari masyarakat terhadap daging ayam potong. Di DKI Jakarta saja, kebutuhan ayam potong mencapai 1,5 juta ekor per hari. Sementara di Tanah Air kebutuhan ayam potong diperkirakan mencapai tiga juta sampai lima juta ekor per hari.(Tim Liputan 6 SCTV, Dusta Pedagang Atam Potong, Diambil 2 Mei 2007, dari http://www.Liputan6.com). Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional.
Namun dewasa ini terdapat beberapa permasalahan yang menghambat usaha daging ayam potong di Indonesia. Beberapa masalah tersebut adalah merebaknya kasus flu burung pada pertengahan 1997 dan kenaikan BBM yang mencapai 100% pada akhir 2005.
2
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat dengan kematian 1.541.427 ekor.
Flu burung pada mulanya hanya menyerang burung sampai pada tahun 1997 di Hongkong, 18 orang tertular dan 6 di antaranya meninggal dunia. Pada Januari 2004 virus ini telah menyebar hampir ke seluruh kawasan Asia dan ditemukan di Indonesia pada Februari 2004. Hingga 28 Januari 2008 Departemen Kesehatan RI telah mencatat 124 kasus dengan 100 kematian pada manusia yang disebabkan virus flu burung dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1
Data Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia Sampai Dengan, 28 Januari 2008
.......................
Sumber : Depkes RI, 2008
Di Kota Jakarta Selatan, upaya pencegahan dilakukan dengan melarang warga untuk memelihara unggas-unggas tanpa sertifikat. Bagi mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi kurungan penjara 3 bulan dan denda maksimal 50 juta rupiah.
Beberapa kasus di Kota Jakarta Selatan yang berhubungan dengan flu burung di antaranya adalah pada 16 februari 2006 seorang warga meninggal di Kebayoran Baru yang merupakan korban meninggal ke delapan akibat flu burung di Jakarta Selatan, kemudian hal tersebut ditindak lanjuti dengan merazia rumah-rumah penduduk di Kel.Pondok Pinang oleh para aparat kota dan ditemukan 1500 unggas yang kemudian didepopulasi pada 4 Maret 2008. Kebun Raya Ragunan juga pernah ditutup beberapa hari untuk memeriksa kesehatan hewan terutama unggas.
4
Flu burung telah mengakibatkan banyak pengusaha daging ayam mulai dari peternak sampai penjual gulung tikar karena masyarakat menjadi takut untuk mengkonsumsi daging ayam. Menurut data terdapat lebih dari 600 pangkalan ayam, 1200 rumah potong, dan ribuan pedagang daging ayam yang tersebar di seluruh pasar tradisional di Jakarta terancam gulung tikar karena secara rata – rata, total kebutuhan daging ayam di Jakarta adalah 500 ribu hingga 600 ribu ekor perhari, setelah kasus flu burung mencuat, permintaan itu menurun 60% ( Kompas 28 Juli 2005). Penjualan ayam potong di pasar tradisional Pasar Minggu Jakarta Selatan juga turun 25-50 persen
Pada tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Harga bensin jenis premium yang semula Rp 2.400,00 naik menjadi Rp 4.500,00/liter dan solar yang sebelumnya Rp 2.100,00 naik menjadi Rp 4.300,00/liter. Secara langsung kenaikan harga BBM tersebut akan menaikkan beban biaya transportasi hingga 100%. Kenaikan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri, tertanggal 30 September 2005.
1.2. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu
1. Apakah jumlah pesaing mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
2. Apakah biaya transportasi mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
5
3. Apakah banyaknya jumlah ayam terjual mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
4. Apakah flu burung dianggap mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
5. Apakah secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya transportasi dan jumlah ayam terjual serta variabek dummy flu burung mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian :
1. Menganalisis pengaruh jumlah pesaing terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
2. Menganalisis pengaruh biaya transportasi terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
3. Menganalisis pengaruh banyaknya jumlah ayam terjual terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
4. Menganalisis pengaruh Flu burung terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
5. Menganalisis pengaruh secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya transportasi dan jumlah ayam terjual serta variabek dummy Flu burung terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
6
1.3.2. Manfaat Penelitian :
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.
2. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang sejenis. Di samping itu, guna meningkatkan, memperluas dan memantapkan wawasan dan keterampilan yang membentuk mental mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
Bab ini menerangkan mengenai diskripsi wilayah penelitian yang menguraikan tentang keadaan wilayah Kotamadya Jakarta Selatan.
7
BAB III KAJIAN PUSTAKA
Berisi penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Dalam bab ini memuat teori – teori yang relevan yang menjadi acuan dalam penulisan dan hipotesa penelitian.
BAB V METODE PENELITIAN
Akan dijelaskan tentang metode pengambilan sampel serta definisi operasional penelitian
BAB VI ANALISIS DATA
Berisi tentang analisis data yang diperoleh dalam penelitian serta pengujian – pengujian terhadap hasil estimasi data yang diperoleh dan pembahasannya.
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi pembahasan, kesimpulan dan saran-saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya.
File Selengkapnya Klik Disini