Abstraksi:
Pasien paska operasi dengan anestesi umum sering mengeluh karena menunggu cukup lama untuk dapat mengakhiri puasa, dan ambulasi paska operasi belum menjadi protap di RSUI XXX. Penelitian tentang ambulasi setelah operasi diperlukan untuk membantu pasien menentukan waktu yang tepat untuk mengakhiri puasanya setelah tindakan operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh ambulasi dini paska operasi fraktur femur dengan anestesi umum terhadap pemulihan peristaltik usus. Sampel dalam penelitian sebanyak 20 responden dibagi dalam dua kelompok yaitu 10 responden sebagai kelompok perlakuan ambulasi (eksperimen) dan 10 responden sebagai kelompok tanpa perlakuan (kontrol). Sampel diambil dengan tehnik purposive sampling dengan minimal randomisasi. Instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi dan alat pengukuran peristaltik usus dengan menggunakan stetoskop dan pengukur waktu yaitu jam tangan.
Data yang didapat dianalisis dengan uji statistik anova. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,063 lebih besar dari Ftabel = 4,41 (pada db=1;18 dan taraf signifikansi 5%) atau dengan signifikansi p 0,05, maka H0 (hipotesis nol) ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat penga ruh yang signifikan tindakan ambulasi dini terhadap kecepatan pemulihan peristaltik usus, yaitu ambulasi mempercepat pemulihan peristaltik usus pada pasien paska operasi fraktur femur dengan anestesi umum. Kesimpulannya adalah, ambulasi diperlukan bagi pasien paska operasi dengan anestesi umum untuk mempercepat pemulihan peristaltik usus.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Dengan produksi alat transportasi secara besar-besaran, orang semakin mudah untuk mencapai tujuannya dalam waktu yang relatif singkat. Tetapi di satu sisi juga mebawa dampak negatif, salah satunya angka kecelakaan juga terus meningkat seiring dengan tingginya jumlah alat transportasi yang beroperasi. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian atau insiden fraktur tinggi, dan salah satu fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur femur, yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Fraktur femur sering disebabkan karena benturan dengan tenaga yang tinggi (kuat) seperti kecelakaan sepeda motor atau mobil. Insiden fraktur femur di USA diperkirakan menimpa satu orang pada setiap 10.000 populasi setiap tahunnya dan Indonesia insiden ini diperkirakan lebih tinggi (Armis, 2002).
Kenyataan bahwa pasien sering mengeluh karena sering menunggu lama untuk dapat makan atau sedikit minum untuk melepaskan dahaga dan lapar setelah operasi. Kebiasaan yang cenderung sudah menjadi tradisi perawat menghitung atau memperkirakan pemulihan peristaltik usus setelah operasi berdasarkan waktu 3 jam setelah operasi, tidak memeriksa secara langsung dengan auskultasi peristaltik usus pasien, sehingga belum ada acuan baku yang dapat dijadikan pedoman saat pasien sudah diperbolehkan minum atau makan. Komplikasi yang disebabkan karena peristaltik belum pulih dapat terjadi, meskipun sangat jarang. seeorang pasien yang belum pulih peristaltik ususnya setelah pembiusan dapat menderita illeus bila dalam waktu tersebut diberikan asupan nutrisi.
Hampir semua obat anestesi mengakibatkan efek samping terutama obat anestesi inhalasi dan yang terpenting adalah:
1. Menekan pernafasan yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling ringan pada nitrogen monoksida dan eter.
2. Menekan sistem kardiovaskular, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini juga ditimbulkan oleh eter tetapi karena eter juga merangsang sistem saraf simpatis maka efek keseluruhannya menjadi ringan.
3. Merusak hati dan ginjal terutama senyawa klor misalnya kloroform. Mual dan muntah paska operasi ata u Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) adalah keluhan yang paling sering terjadi. Angka PONV cukup tinggi dan bervariasi yang dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Di Inggris, insiden PONV mencapai 30% dan sering terjadi selama masa pemulihan kesadaran penderita setelah operasi di ruang pemulihan dan setelah meninggalkan ruang pemulihan (Dexa Media, 2004).
Pengetahuan dalam membantu pasien untuk mobilisasi mengalami peningkatan pada beberapa dasawarsa ini. Hal ini dikarenakan kesadaran bahwa tirah baring yang lama juga menyebabkan komplikasi yang serius. Ambulasi dini diperkenalkan untuk mengantisipasi hal ini (Roper, 1996). diagnosa fraktur femur merupakan kelompok tiga besar dalam kunjungan pasien dengan fraktur setiap bulan. Dan hampir semua pasien fraktur dilakukan tindakan pembedahan atau sering dikenal dengan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) (Rekam Medis RSUI Kustati, 2004).
Pasien dengan tindakan ORIF dalam pembedahan (proses operasi) menggunakan anestesi umum. Setelah operasi pasien belum diambulasi sesuai dengan standar, dan anjuran atau ketentuan untuk mengakhiri puasa sebagai perkiraan peristaltik usus telah pulih hanya berdasarkan perkiraan waktu. Peneliti tertarik apakah dalam waktu tersebut peristaltik usus benar-benar sudah pulih dan apakah mungkin dengan ambulasi dini yang benar peristaltik usus dapat pulih lebih cepat dibanding yang tidak diambulasi dengan standar sehingga waktu 3 jam tersebut dapat dipersingkat.
B. MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut; “Apakah ada pengaruh antara ambulasi dini dengan pemulihan peristaltik usus pada pasien post operasi fraktur femur dengan anestesi umum?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara ambulasi dini dengan pemulihan peristaltik usus pada pasien post operasi fraktur femur dengan anestesi umum.
2. Tujuan khusus
Dan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Waktu pemulihan peristaltik usus paska operasi dengan anestesi umum pada pasien fraktur femur tanpa perlakuan ambulasi dini.
b. Waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien paska operasi dengan anestesi umum pada pasien fraktur femur dengan perlakuan ambulasi dini.
c. Membuktikan bahwa ambulasi dini dapat menyebabkan perbedaan waktu pemulihan peristaltic usus pada pasien paska operasi fraktur femur dengan anestesi umum.
D. MANFAAT PENELITIAN
Peneliti berharap, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pasien, institusi pelayanan kesehatan terutama perawat yang bertugas di ruang perawatan pasien paska operasi.
1. Bagi pasien
Hasil dari penelitian ini adalah waktu pemulihan peristaltik usus yang dihubungkan dengan ambulasi dini. Jika ambulasi dini pada pasien paska operasi ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemulihan peristaltik usus paska anestesi umum, maka waktu tunggu atau waktu puasa pasien setelah operasi dapat dipersingkat dengan telah pulihnya peristaltik yang berarti pasien sudah diperbolehkan untuk minum atau makan makanan yang mudah dicerna secara bertahap. Dengan waktu tunggu yang singkat tersebut, berarti meningkatkan pula kenyamanan pasien, menurunkan kecemasan dan pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan segera dapat dimulai kembali.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Institusi pelayanan kesehatan, dalam hal ini rumah sakit dan lebih khusus lagi perawat terutama yang bertugas di ruang bedah tulang dapat menghindari komplikasi yang mungkin timbul sebagai akibat dari kurang teliti dalam pemeriksaan peristaltik usus. Diharapakan setelah tahu, perawat melakukan ambulasi dini pada pasien-pasien paska operasi dengan anestesi umum. Dengan tidak adanya komplikasi, maka pasien akan lebih cepat untuk sembuh, terhindar dari pemborosan biaya sehingga citra dari rumah sakit tersebut akan semakin baik di mata masyarakat.
3. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan dalam keperawatan, terutama dalam keperawatan paska operasi.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Peneliti belum pernah membaca hasil penelitian yang serupa, tetapi ada penelitian dari disiplin ilmu lain yang pernah meneliti tentang latihan yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu hasil dari penelitian tersebut ternyata ada hubungan dengan peristaltik usus. sebuah artikel, drs. H. Haryanto (tahun tidak diketahui) dengan judul Dasar-dasar dan Manfaat Pernafasan dalam sub judul Pernafasan Duduk dan Manfaatnya, meneliti masalah manfaat olah raga pernafasan bagi kesehatan. Salah satu hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut; “Tekanan-tekanan yang terjadi pada alat-alat dalam perut itu, khususnya terhadap pencemaan makanan, akan merupakan rangsangan mekanik yang akan memperbaiki gerakan peristaltik saluran pencemaan makanan, sehingga dapat menyembuhkan penyakit-penyakit gangguan motilitas misalnya meteorismus (sembelit, susah buang air besar).” (perut kembung) dan obstipasi Perbedaan dengan penelitian saya adalah latihan pernafasan tidak dilakukan pada pasien dengan anestesi umum dan setelah operasi tetapi pada orang-orang umum atau dengan keluhan saluran pencernaan.
Pasien paska operasi dengan anestesi umum sering mengeluh karena menunggu cukup lama untuk dapat mengakhiri puasa, dan ambulasi paska operasi belum menjadi protap di RSUI XXX. Penelitian tentang ambulasi setelah operasi diperlukan untuk membantu pasien menentukan waktu yang tepat untuk mengakhiri puasanya setelah tindakan operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh ambulasi dini paska operasi fraktur femur dengan anestesi umum terhadap pemulihan peristaltik usus. Sampel dalam penelitian sebanyak 20 responden dibagi dalam dua kelompok yaitu 10 responden sebagai kelompok perlakuan ambulasi (eksperimen) dan 10 responden sebagai kelompok tanpa perlakuan (kontrol). Sampel diambil dengan tehnik purposive sampling dengan minimal randomisasi. Instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi dan alat pengukuran peristaltik usus dengan menggunakan stetoskop dan pengukur waktu yaitu jam tangan.
Data yang didapat dianalisis dengan uji statistik anova. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,063 lebih besar dari Ftabel = 4,41 (pada db=1;18 dan taraf signifikansi 5%) atau dengan signifikansi p 0,05, maka H0 (hipotesis nol) ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat penga ruh yang signifikan tindakan ambulasi dini terhadap kecepatan pemulihan peristaltik usus, yaitu ambulasi mempercepat pemulihan peristaltik usus pada pasien paska operasi fraktur femur dengan anestesi umum. Kesimpulannya adalah, ambulasi diperlukan bagi pasien paska operasi dengan anestesi umum untuk mempercepat pemulihan peristaltik usus.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Dengan produksi alat transportasi secara besar-besaran, orang semakin mudah untuk mencapai tujuannya dalam waktu yang relatif singkat. Tetapi di satu sisi juga mebawa dampak negatif, salah satunya angka kecelakaan juga terus meningkat seiring dengan tingginya jumlah alat transportasi yang beroperasi. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian atau insiden fraktur tinggi, dan salah satu fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur femur, yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Fraktur femur sering disebabkan karena benturan dengan tenaga yang tinggi (kuat) seperti kecelakaan sepeda motor atau mobil. Insiden fraktur femur di USA diperkirakan menimpa satu orang pada setiap 10.000 populasi setiap tahunnya dan Indonesia insiden ini diperkirakan lebih tinggi (Armis, 2002).
Kenyataan bahwa pasien sering mengeluh karena sering menunggu lama untuk dapat makan atau sedikit minum untuk melepaskan dahaga dan lapar setelah operasi. Kebiasaan yang cenderung sudah menjadi tradisi perawat menghitung atau memperkirakan pemulihan peristaltik usus setelah operasi berdasarkan waktu 3 jam setelah operasi, tidak memeriksa secara langsung dengan auskultasi peristaltik usus pasien, sehingga belum ada acuan baku yang dapat dijadikan pedoman saat pasien sudah diperbolehkan minum atau makan. Komplikasi yang disebabkan karena peristaltik belum pulih dapat terjadi, meskipun sangat jarang. seeorang pasien yang belum pulih peristaltik ususnya setelah pembiusan dapat menderita illeus bila dalam waktu tersebut diberikan asupan nutrisi.
Hampir semua obat anestesi mengakibatkan efek samping terutama obat anestesi inhalasi dan yang terpenting adalah:
1. Menekan pernafasan yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling ringan pada nitrogen monoksida dan eter.
2. Menekan sistem kardiovaskular, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini juga ditimbulkan oleh eter tetapi karena eter juga merangsang sistem saraf simpatis maka efek keseluruhannya menjadi ringan.
3. Merusak hati dan ginjal terutama senyawa klor misalnya kloroform. Mual dan muntah paska operasi ata u Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) adalah keluhan yang paling sering terjadi. Angka PONV cukup tinggi dan bervariasi yang dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Di Inggris, insiden PONV mencapai 30% dan sering terjadi selama masa pemulihan kesadaran penderita setelah operasi di ruang pemulihan dan setelah meninggalkan ruang pemulihan (Dexa Media, 2004).
Pengetahuan dalam membantu pasien untuk mobilisasi mengalami peningkatan pada beberapa dasawarsa ini. Hal ini dikarenakan kesadaran bahwa tirah baring yang lama juga menyebabkan komplikasi yang serius. Ambulasi dini diperkenalkan untuk mengantisipasi hal ini (Roper, 1996). diagnosa fraktur femur merupakan kelompok tiga besar dalam kunjungan pasien dengan fraktur setiap bulan. Dan hampir semua pasien fraktur dilakukan tindakan pembedahan atau sering dikenal dengan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) (Rekam Medis RSUI Kustati, 2004).
Pasien dengan tindakan ORIF dalam pembedahan (proses operasi) menggunakan anestesi umum. Setelah operasi pasien belum diambulasi sesuai dengan standar, dan anjuran atau ketentuan untuk mengakhiri puasa sebagai perkiraan peristaltik usus telah pulih hanya berdasarkan perkiraan waktu. Peneliti tertarik apakah dalam waktu tersebut peristaltik usus benar-benar sudah pulih dan apakah mungkin dengan ambulasi dini yang benar peristaltik usus dapat pulih lebih cepat dibanding yang tidak diambulasi dengan standar sehingga waktu 3 jam tersebut dapat dipersingkat.
B. MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut; “Apakah ada pengaruh antara ambulasi dini dengan pemulihan peristaltik usus pada pasien post operasi fraktur femur dengan anestesi umum?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara ambulasi dini dengan pemulihan peristaltik usus pada pasien post operasi fraktur femur dengan anestesi umum.
2. Tujuan khusus
Dan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Waktu pemulihan peristaltik usus paska operasi dengan anestesi umum pada pasien fraktur femur tanpa perlakuan ambulasi dini.
b. Waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien paska operasi dengan anestesi umum pada pasien fraktur femur dengan perlakuan ambulasi dini.
c. Membuktikan bahwa ambulasi dini dapat menyebabkan perbedaan waktu pemulihan peristaltic usus pada pasien paska operasi fraktur femur dengan anestesi umum.
D. MANFAAT PENELITIAN
Peneliti berharap, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pasien, institusi pelayanan kesehatan terutama perawat yang bertugas di ruang perawatan pasien paska operasi.
1. Bagi pasien
Hasil dari penelitian ini adalah waktu pemulihan peristaltik usus yang dihubungkan dengan ambulasi dini. Jika ambulasi dini pada pasien paska operasi ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemulihan peristaltik usus paska anestesi umum, maka waktu tunggu atau waktu puasa pasien setelah operasi dapat dipersingkat dengan telah pulihnya peristaltik yang berarti pasien sudah diperbolehkan untuk minum atau makan makanan yang mudah dicerna secara bertahap. Dengan waktu tunggu yang singkat tersebut, berarti meningkatkan pula kenyamanan pasien, menurunkan kecemasan dan pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan segera dapat dimulai kembali.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Institusi pelayanan kesehatan, dalam hal ini rumah sakit dan lebih khusus lagi perawat terutama yang bertugas di ruang bedah tulang dapat menghindari komplikasi yang mungkin timbul sebagai akibat dari kurang teliti dalam pemeriksaan peristaltik usus. Diharapakan setelah tahu, perawat melakukan ambulasi dini pada pasien-pasien paska operasi dengan anestesi umum. Dengan tidak adanya komplikasi, maka pasien akan lebih cepat untuk sembuh, terhindar dari pemborosan biaya sehingga citra dari rumah sakit tersebut akan semakin baik di mata masyarakat.
3. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan dalam keperawatan, terutama dalam keperawatan paska operasi.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Peneliti belum pernah membaca hasil penelitian yang serupa, tetapi ada penelitian dari disiplin ilmu lain yang pernah meneliti tentang latihan yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu hasil dari penelitian tersebut ternyata ada hubungan dengan peristaltik usus. sebuah artikel, drs. H. Haryanto (tahun tidak diketahui) dengan judul Dasar-dasar dan Manfaat Pernafasan dalam sub judul Pernafasan Duduk dan Manfaatnya, meneliti masalah manfaat olah raga pernafasan bagi kesehatan. Salah satu hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut; “Tekanan-tekanan yang terjadi pada alat-alat dalam perut itu, khususnya terhadap pencemaan makanan, akan merupakan rangsangan mekanik yang akan memperbaiki gerakan peristaltik saluran pencemaan makanan, sehingga dapat menyembuhkan penyakit-penyakit gangguan motilitas misalnya meteorismus (sembelit, susah buang air besar).” (perut kembung) dan obstipasi Perbedaan dengan penelitian saya adalah latihan pernafasan tidak dilakukan pada pasien dengan anestesi umum dan setelah operasi tetapi pada orang-orang umum atau dengan keluhan saluran pencernaan.