Abstraksi:
Pemberian Informasi Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pra Bedah Mayor .” Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2005 Latar belakangnya penelitian yaitu dijumpainya fenomena pasien mengalami kecemasan menghadapi operasi khususnya pasien fraktur femur . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik : pemberian informasi pra bedah terhadap penurunan kecemasan pasien menjelang operasi.Penelitian ini dirancang sebagai penelitian eksperimen jenis one group pre test – post test, dengan subjek sebanyak 58 orang.
Tehnik pengambilan sampel dengan metode quota sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner yang berisi tentang pengukuran kecemasan secara Hamilton Anxiety Scale. Tehnik analisis data menggunakan T- test. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan tingkat kecemasan antara pasien sebelum dan sesudah dilakukan komunikasi terapeutik : penberian informasi pra bedah . Hal ini ditunjukan dengan perhitungan uji hipotesa dengan taraf signifikansi 5 % dan derajat kebebasan 57, menunjukan hasil t hitung = 7,366 > t tabel = 2,002. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut disarankan agar pemberian informasi pra bedah di bangsal orhtopedi RSUI , perlu ditingkatkan lagi untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi operasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional yang dilakukan di Indonesia telah banyak mengalami kemajuan di berbagai bidang. Kemajuan ilmu dan tehnologi mampu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. selain dampak positip dijumpai adanya dampak negatif. Kemajuan di bidang transportasi mempunyai dampak negatif antara lain : banyaknya kendaraan yang menyebabkan kemacetan dan meningkatnya kecelakaan yang menyebabkan cacat atau kematian.
Di dunia sekitar 140.000orang mengalami kecelakakan lalu lintas setiap hari, lebih dari 3.000 orang meningal dan 15.000 cacat fisik karena kecelakaan lalu lintas.dan Diperkirakan tahun 2020 mengalami kenaikan lebih dari 60 % ( Anonim,2005 ). Di Indonesia angka kecelakaan lalu lintas sekitar 40 orang per hari dan sekitar 30 orang mengalami kematian. Paling banyak yang mengalami kecelakaan kaum laki-laki dengan usia produktif sehingga mengakibatkan penurunan produktifitas di Indonesia ( Anonim, 2005).
Seiring dengan itu pembangunan di bidang kesehatan mengalami kemajuan yang memberikan dampak positip antara lain : banyak sekali ditemukan alat-alat medis yang canggih dan kemajuan ilmu medis yang semakin maju dan berkembang melalui riset- riset yang telah dilakukan. Kemajuan tersebut sangat di perlukan dan mendukung pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit. Pelayanan kesehatan khususnya di RSUI , banyak ditemui fenomena pasien patah tulang mengalami kecemasan dari cemas ringan sampai cemas berat dalam menghadapi persiapan operasi tulang.
Kecemasan yang dialami pasien mempunyai bermacam- macam alasan diantaranya adalah : cemas menghadapi ruangan operasi dan peralatan operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat anggota tubuh, cemas dan takut mati saat di bius, cemas bila operasi gagal, cemas masalah biaya yang membengkak. Beberapa pasien yang mengalami kecemasan berat terpaksa menunda jadwal operasi karena pasien merasa belum siap mental menghadapi operasi. Dari observasi yang dilakukan peneliti selama 2 bulan dari tanggal 1 Oktober – 30 Nopember 2005 di RSUI banyak ditemui fenomena pasien pra bedah femur mengalami kecemasan. Kecemasan tersebut bervariasi dari tingkat ringan sampai sangat berat.
Data stastistik di RSUI tahun 2004 kasus terbanyak pasien rawat inap adalah kasus fraktur dengan BOR 79,58 % yang merupakan BOR tertinggi di . Fraktur femur menduduki tiga besar dari jumlah fraktur secara total. Tahun 2004 dilakukan pembedahan mayor fraktur femur sebanyak 400 orang. Data 6 bulan terakhir tahun 2005 di mulai Januari sampai dengan Juli 2005 total semua operasi orthopedi sebesar 1430 pasien. Operasi femur sebesar 383 pasien dan penundaan operasi karena faktor kecemasan dari pasien sebesar 18 orang, dengan perincian sebagai berikut : Januari 2005 : total operasi 260 orang, operasi femur 81 dan 5 pasien ditunda. Februari total operasi 200 pasien, operasi femur 70 pasien dan penundaan sebanyak 2 pasien. Maret 2005 total operasi sebanyak 150 pasien dengan operasi femur sebanyak 82 pasien dan penundaan operasi 4 pasien. April 2005 total operasi 270, operasi femur 50 pasien dan penundaan 2 orang. Mei 2005 total operasi 300 orang dengan operasi femur 40 orang dan penundaan 3 orang . Juni 2005 total operasi sebanyak 250 pasien dengan operasi femur sebanyak 60 orang dan penundaan 2 orang.Dari data 6 dari Januari – Juni 2005 menunjukan bahwa pasien operasi femur diperkiraan mengalamikenaikan. teerkhir Penanganan kecemasan melalui proses keperawatan sangat penting, karena proses keperawatan bisa dijadikan sebagai media komunikasi terapeutik dengan pemberian informasi pra bedah pada pasien pra bedah, dan melakukan tindakan keperawatan. Proses keperawatan juga dapat membantu meningkatkan pelayanan keperawatan guna mencapai tujuan keperawatan yang optimal (Lismidar,1995). Beberapa alasan menurut Effendy (1995), tentang penggunaan proses keperawatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi pasien antara lain adalah:
meningkatnya tututan klien akan pelayanan keperawatan, profesionalisme sesuai dengan konsep keperawatan bahwa perawatan merupakan pelayanan ensensial yang diberikan oleh perawat profesional dengan mengunakan proses keperawatan kepada klien, untuk efektifitas dan efisien dalam pelayanan, serta meningkatkan peran serta klien dalam pelayanan kesehatan. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kecemasan pasien salah satunya dengan pemberian komunikasi terapeutik yang berupa pemberian informasi pra bedah. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dengan sadar antara perawat dengan klien dengan tukar menukar pikiran, perilaku, pengalaman yang dipusatkan pada masalah yang dihadapi klien yang bertujuan menghilangkan rasa cemas sehubungan dengan persiapan pembedahan ( Nurjanah,2004 ).
Komunikasi terapeutik memudahkan pembentukan hubungan kerja antara perawat dengan klien, sehingga penerapan proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi berjalan dengan baik. Perawat bisa membina hubungan terapeutik jika memahami konsep komunikasi terapeutik. Menurut Long ( 1996 ), takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui dapat dikurangi dengan pemberian informasi, pengetahuan tentang peristiwa yang akan dihadapi. Cara terbaik yang lakukan dengan menanyakan pada pasien tentang hal yang ingin diketahui oleh pasien tentang pembedahan.
Perbedaan tingkat kecemasan dapat mempengaruhi persiapan operasi. Tingkat kecemasan sedang merupakan waktu yang optimal untuk mengembangkan mekanisme strategi koping pada pasien yang bersifat konstuktif. Perawat dalam melakukan tindakan proses keperawatan komunikasi terapeutik tetap harus berpegang pada konsep bahwa pasien adalah manusia yang bersifat unik dan kompleks yang dipengaruhi oleh faktor biopsikososial dan spiritual. Banyaknya alasan yang melatarbelakangi kecemasan pada pasien pra bedah femur baik alasan yang berupa : cemas menghadapi pembiusan, takut mati saat operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat yang akan menganggu fungsi peran pasien, dan cemas masalah biaya perawatan. Masalah ini yang sangat menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian.
Fenomena yang lain menunjukan bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik tentang masalah psikologis khususnya kecemasan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien fraktur femur pra bedah belum berjalan secara efektif, perawatan yang dilakukan cenderung didominasi pada penanganan penyakit fisik pasien saja. Kurangnya informasi tentang pengetahuan dan penjelasan tentang persiapan operasi pada pasien akan mengakibatkan kecemasan pada pasien fraktur femur pra operasi sehingga beberapa pasien menunda jadwal operasi karena faktor dari pasien belum siap secara mental menghadapi operasi. Fenomena - fenomena tersebut menarik bagi peneliti untuk melakukan suatu penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik khususnya pemberian informasi pra bedah yang dilakukan perawat terhadap penurunan kecemasan pada pasien pra bedah mayor , sehingga pasien merasa siap secara moral menghadapi operasi dan perawatan yang paripurna dapat terwujud.
B. Pembatasan Judul
Penelitian ini penulis merumuskan judul : “PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI PRA BEDAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRA BEDAH MAYOR” penulis hanya membatasi pada kasus pra bedah mayor fraktur femur saja.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menentukan permasalahan yang akan di teliti diantaranya adalah:
“Apakah ada pengaruh pemberian informasi pra bedah dalam menurunkan tingkat kecemasan pada pasin pra bedah orthopedi ?”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi pra bedah dengan penurunan tingkat kecemasan pada pasien pra bedah orthopedi.
2.Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan :
a. Mengetahui dan mengidentifikasi masalah kecemasan yang dihadapi oleh pasien pra bedah orthopedi.
b. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada pasien sebelum dan sesudah dilakukan tindakan terapi komunikasi terapeutik yang berupa pemberian informasi tentang pra bedah.
c. Mengetahui sejauh mana pengaruh tindakan pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat kecemasan pasien pra bedah orthopedi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pasien, keluarga, institusi pelayanan nesehatan, dan institusi pendidikan.
1. Manfaat bagi pasien dan keluarga.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang valit bagi pasien dan keluarga dalam menentukan strategi coping diri yang tepat dalam menghadapi kecemasan sebelum operasi.
2. Manfaat bagi institusi pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan bagi pihak tenaga medis di rumah sakit khususnya perawat dalam melakukan proses keperawatan komunikasi terapeutik yang berupa pemberian informasi pra bedah kepada pasien pra bedah mayor dengan memandang pasien secara holistik.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan keperawatan.
Hasil penelitian ini diharapkan secara teori dapat menambah pembendaharaan ilmu, pengetahuan khususnya tentang pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat kecemasan pada pasien pra bedah mayor fraktur femur.
F.Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik : pemberian informasi terhadap kecemasan pada pasien pra bedah mayor fraktur femur , sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, tetapi ada beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini yaitu:
1.Penelitian Marlinda ( 2000 ), tentang pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap kecemasan pasien pra bedah apendektomi di IRNA I RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, yang menyimpulkan pemberian informasi mampu menurunkan skor kecemsan pasien pra bedah apendektomi.
2.Penelitian Rahma ( 2000 ),tentang pengaruh tehnik komunikasi terapeutik terhadap penurunan kecemasan pasien post laparatomi di IRNA I-A2 dan B2 RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, yang menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat terhadap skor kecemasan pasien.
3.Penelitian Mulyani ( 2001 ), tentang efektifitas komunikasi terapeutik terhadap kecemasan pasien pra bedah interna di IRNA RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, menyimpulkan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dengan penurunan kecemasan pasien pra bedah interna.
Pemberian Informasi Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pra Bedah Mayor .” Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2005 Latar belakangnya penelitian yaitu dijumpainya fenomena pasien mengalami kecemasan menghadapi operasi khususnya pasien fraktur femur . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik : pemberian informasi pra bedah terhadap penurunan kecemasan pasien menjelang operasi.Penelitian ini dirancang sebagai penelitian eksperimen jenis one group pre test – post test, dengan subjek sebanyak 58 orang.
Tehnik pengambilan sampel dengan metode quota sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner yang berisi tentang pengukuran kecemasan secara Hamilton Anxiety Scale. Tehnik analisis data menggunakan T- test. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan tingkat kecemasan antara pasien sebelum dan sesudah dilakukan komunikasi terapeutik : penberian informasi pra bedah . Hal ini ditunjukan dengan perhitungan uji hipotesa dengan taraf signifikansi 5 % dan derajat kebebasan 57, menunjukan hasil t hitung = 7,366 > t tabel = 2,002. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut disarankan agar pemberian informasi pra bedah di bangsal orhtopedi RSUI , perlu ditingkatkan lagi untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi operasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional yang dilakukan di Indonesia telah banyak mengalami kemajuan di berbagai bidang. Kemajuan ilmu dan tehnologi mampu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. selain dampak positip dijumpai adanya dampak negatif. Kemajuan di bidang transportasi mempunyai dampak negatif antara lain : banyaknya kendaraan yang menyebabkan kemacetan dan meningkatnya kecelakaan yang menyebabkan cacat atau kematian.
Di dunia sekitar 140.000orang mengalami kecelakakan lalu lintas setiap hari, lebih dari 3.000 orang meningal dan 15.000 cacat fisik karena kecelakaan lalu lintas.dan Diperkirakan tahun 2020 mengalami kenaikan lebih dari 60 % ( Anonim,2005 ). Di Indonesia angka kecelakaan lalu lintas sekitar 40 orang per hari dan sekitar 30 orang mengalami kematian. Paling banyak yang mengalami kecelakaan kaum laki-laki dengan usia produktif sehingga mengakibatkan penurunan produktifitas di Indonesia ( Anonim, 2005).
Seiring dengan itu pembangunan di bidang kesehatan mengalami kemajuan yang memberikan dampak positip antara lain : banyak sekali ditemukan alat-alat medis yang canggih dan kemajuan ilmu medis yang semakin maju dan berkembang melalui riset- riset yang telah dilakukan. Kemajuan tersebut sangat di perlukan dan mendukung pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit. Pelayanan kesehatan khususnya di RSUI , banyak ditemui fenomena pasien patah tulang mengalami kecemasan dari cemas ringan sampai cemas berat dalam menghadapi persiapan operasi tulang.
Kecemasan yang dialami pasien mempunyai bermacam- macam alasan diantaranya adalah : cemas menghadapi ruangan operasi dan peralatan operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat anggota tubuh, cemas dan takut mati saat di bius, cemas bila operasi gagal, cemas masalah biaya yang membengkak. Beberapa pasien yang mengalami kecemasan berat terpaksa menunda jadwal operasi karena pasien merasa belum siap mental menghadapi operasi. Dari observasi yang dilakukan peneliti selama 2 bulan dari tanggal 1 Oktober – 30 Nopember 2005 di RSUI banyak ditemui fenomena pasien pra bedah femur mengalami kecemasan. Kecemasan tersebut bervariasi dari tingkat ringan sampai sangat berat.
Data stastistik di RSUI tahun 2004 kasus terbanyak pasien rawat inap adalah kasus fraktur dengan BOR 79,58 % yang merupakan BOR tertinggi di . Fraktur femur menduduki tiga besar dari jumlah fraktur secara total. Tahun 2004 dilakukan pembedahan mayor fraktur femur sebanyak 400 orang. Data 6 bulan terakhir tahun 2005 di mulai Januari sampai dengan Juli 2005 total semua operasi orthopedi sebesar 1430 pasien. Operasi femur sebesar 383 pasien dan penundaan operasi karena faktor kecemasan dari pasien sebesar 18 orang, dengan perincian sebagai berikut : Januari 2005 : total operasi 260 orang, operasi femur 81 dan 5 pasien ditunda. Februari total operasi 200 pasien, operasi femur 70 pasien dan penundaan sebanyak 2 pasien. Maret 2005 total operasi sebanyak 150 pasien dengan operasi femur sebanyak 82 pasien dan penundaan operasi 4 pasien. April 2005 total operasi 270, operasi femur 50 pasien dan penundaan 2 orang. Mei 2005 total operasi 300 orang dengan operasi femur 40 orang dan penundaan 3 orang . Juni 2005 total operasi sebanyak 250 pasien dengan operasi femur sebanyak 60 orang dan penundaan 2 orang.Dari data 6 dari Januari – Juni 2005 menunjukan bahwa pasien operasi femur diperkiraan mengalamikenaikan. teerkhir Penanganan kecemasan melalui proses keperawatan sangat penting, karena proses keperawatan bisa dijadikan sebagai media komunikasi terapeutik dengan pemberian informasi pra bedah pada pasien pra bedah, dan melakukan tindakan keperawatan. Proses keperawatan juga dapat membantu meningkatkan pelayanan keperawatan guna mencapai tujuan keperawatan yang optimal (Lismidar,1995). Beberapa alasan menurut Effendy (1995), tentang penggunaan proses keperawatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi pasien antara lain adalah:
meningkatnya tututan klien akan pelayanan keperawatan, profesionalisme sesuai dengan konsep keperawatan bahwa perawatan merupakan pelayanan ensensial yang diberikan oleh perawat profesional dengan mengunakan proses keperawatan kepada klien, untuk efektifitas dan efisien dalam pelayanan, serta meningkatkan peran serta klien dalam pelayanan kesehatan. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kecemasan pasien salah satunya dengan pemberian komunikasi terapeutik yang berupa pemberian informasi pra bedah. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dengan sadar antara perawat dengan klien dengan tukar menukar pikiran, perilaku, pengalaman yang dipusatkan pada masalah yang dihadapi klien yang bertujuan menghilangkan rasa cemas sehubungan dengan persiapan pembedahan ( Nurjanah,2004 ).
Komunikasi terapeutik memudahkan pembentukan hubungan kerja antara perawat dengan klien, sehingga penerapan proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi berjalan dengan baik. Perawat bisa membina hubungan terapeutik jika memahami konsep komunikasi terapeutik. Menurut Long ( 1996 ), takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui dapat dikurangi dengan pemberian informasi, pengetahuan tentang peristiwa yang akan dihadapi. Cara terbaik yang lakukan dengan menanyakan pada pasien tentang hal yang ingin diketahui oleh pasien tentang pembedahan.
Perbedaan tingkat kecemasan dapat mempengaruhi persiapan operasi. Tingkat kecemasan sedang merupakan waktu yang optimal untuk mengembangkan mekanisme strategi koping pada pasien yang bersifat konstuktif. Perawat dalam melakukan tindakan proses keperawatan komunikasi terapeutik tetap harus berpegang pada konsep bahwa pasien adalah manusia yang bersifat unik dan kompleks yang dipengaruhi oleh faktor biopsikososial dan spiritual. Banyaknya alasan yang melatarbelakangi kecemasan pada pasien pra bedah femur baik alasan yang berupa : cemas menghadapi pembiusan, takut mati saat operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat yang akan menganggu fungsi peran pasien, dan cemas masalah biaya perawatan. Masalah ini yang sangat menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian.
Fenomena yang lain menunjukan bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik tentang masalah psikologis khususnya kecemasan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien fraktur femur pra bedah belum berjalan secara efektif, perawatan yang dilakukan cenderung didominasi pada penanganan penyakit fisik pasien saja. Kurangnya informasi tentang pengetahuan dan penjelasan tentang persiapan operasi pada pasien akan mengakibatkan kecemasan pada pasien fraktur femur pra operasi sehingga beberapa pasien menunda jadwal operasi karena faktor dari pasien belum siap secara mental menghadapi operasi. Fenomena - fenomena tersebut menarik bagi peneliti untuk melakukan suatu penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik khususnya pemberian informasi pra bedah yang dilakukan perawat terhadap penurunan kecemasan pada pasien pra bedah mayor , sehingga pasien merasa siap secara moral menghadapi operasi dan perawatan yang paripurna dapat terwujud.
B. Pembatasan Judul
Penelitian ini penulis merumuskan judul : “PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI PRA BEDAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRA BEDAH MAYOR” penulis hanya membatasi pada kasus pra bedah mayor fraktur femur saja.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menentukan permasalahan yang akan di teliti diantaranya adalah:
“Apakah ada pengaruh pemberian informasi pra bedah dalam menurunkan tingkat kecemasan pada pasin pra bedah orthopedi ?”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi pra bedah dengan penurunan tingkat kecemasan pada pasien pra bedah orthopedi.
2.Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan :
a. Mengetahui dan mengidentifikasi masalah kecemasan yang dihadapi oleh pasien pra bedah orthopedi.
b. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada pasien sebelum dan sesudah dilakukan tindakan terapi komunikasi terapeutik yang berupa pemberian informasi tentang pra bedah.
c. Mengetahui sejauh mana pengaruh tindakan pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat kecemasan pasien pra bedah orthopedi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pasien, keluarga, institusi pelayanan nesehatan, dan institusi pendidikan.
1. Manfaat bagi pasien dan keluarga.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang valit bagi pasien dan keluarga dalam menentukan strategi coping diri yang tepat dalam menghadapi kecemasan sebelum operasi.
2. Manfaat bagi institusi pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan bagi pihak tenaga medis di rumah sakit khususnya perawat dalam melakukan proses keperawatan komunikasi terapeutik yang berupa pemberian informasi pra bedah kepada pasien pra bedah mayor dengan memandang pasien secara holistik.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan keperawatan.
Hasil penelitian ini diharapkan secara teori dapat menambah pembendaharaan ilmu, pengetahuan khususnya tentang pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat kecemasan pada pasien pra bedah mayor fraktur femur.
F.Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik : pemberian informasi terhadap kecemasan pada pasien pra bedah mayor fraktur femur , sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, tetapi ada beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini yaitu:
1.Penelitian Marlinda ( 2000 ), tentang pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap kecemasan pasien pra bedah apendektomi di IRNA I RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, yang menyimpulkan pemberian informasi mampu menurunkan skor kecemsan pasien pra bedah apendektomi.
2.Penelitian Rahma ( 2000 ),tentang pengaruh tehnik komunikasi terapeutik terhadap penurunan kecemasan pasien post laparatomi di IRNA I-A2 dan B2 RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, yang menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat terhadap skor kecemasan pasien.
3.Penelitian Mulyani ( 2001 ), tentang efektifitas komunikasi terapeutik terhadap kecemasan pasien pra bedah interna di IRNA RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, menyimpulkan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dengan penurunan kecemasan pasien pra bedah interna.