BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan normal dan mempertahankan hidup hewan termasuk manusia yang
secara alami tidak mampu untuk mensintesis senyawa-senyawa tersebut melalui
proses anabolisme yang tidak tergantung faktor lingkungan kecuali udara.
Senyawa-senyawa tersebut diperlukan dan efektif dalam jumlah sedikit, tidak
menghasilkan energi dan tidak digunakan sebagai unit pembangunan struktur
tubuh organisme, tetapi sangat penting untuk transformasi energi dan pengaturan
metabolisme tubuh (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Vitamin bekerja dengan cara memperkuat kegiatan antioksidan dalam
menghancurkan radikal bebas yang menjadi penyebab utama penuaan. Selain itu,
vitamin juga menghentikan proses fisiologi lainnya yang mempercepat penuaan.
Vitamin yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan antara lain adalah
vitamin C (Dalimarta dan Soedibyo, 1998).
Vitamin C merupakan vitamin yang paling sering digunakan sebagai
suplemen. Hal tersebut karena vitamin ini mempunyai rasa asam dan enak sebagai
konsumsi sehari-hari serta fungsi yang tidak kecil bagi kesehatan tubuh. Sejumlah
percobaan telah menunjukkan bahwa meningkatnya intake vitamin C,
memberikan beberapa keuntungan antara lain mengurangi resiko kanker,
menurunkan kolesterol darah, membantu mencegah infeksi beberapa jenis virus
dan bakteri, mempercepat penyembuhan luka, memperpanjang masa hidup, serta
mengurangi terjadinya katarak (Wirakusumah, 2002).
Sumber terbesar vitamin ini adalah buah-buahan yang masih segar maupun
yang sudah berupa minuman sari buah. Buah-buahan segar saat ini mudah dibeli
diberbagai tempat, dari pedagang kaki lima yang akrab dengan debu, pasar
tradisional yang becek bila hujan sampai pasar swalayan yang sejuk. Salah satu
dari buah-buahan tersebut adalah apel (Khomson, 2002).
Apel dikenal sebagai rajanya buah-buahan. Jenis apel yang menguasai
pasaran lokal saat ini adalah varietas rome beauty, Apel Australia atau Apel Hijau
yang sebenarnya termasuk varietas princes noble, dan Apel Manalagi. Apel hijau
mempunyai warna buah tetap hijau kekuningan walaupun sudah matang. Rasa
apel ini tetap segar dan mempunyai aroma buah yang kuat. Biasanya apel jenis ini
mempunyai kandungan vitamin C dan B lebih tinggi dari jenis apel lain
(Wirakusumah, 2002).
Dari data tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis tentang kandungan
vitamin C yang terdapat pada buah apel (Pyrus malus Linn) berdasarkan
perbedaan varietasnya.
Penetapan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan berbagai metode. Tapi
dalam menggunakan metode tersebut harus dipilih agar dapat menghasilkan nilai
kadar yang lebih baik. Syarat dari metode tersebut yaitu harus peka (sensitif),
tepat, selektif, praktis, dan mempunyai reprodusibilitas yang tinggi terhadap
bahan yang di analisis (Fatah dan Mursyidi, 1982).
Berdasarkan syarat tersebut maka dalam penetapan kadar vitamin C pada
apel ini akan digunakan metode 2,6-diklorofenolindofenol. Karena metode
tersebut dapat menentukan jumlah vitamin C dalam buah-buahan dan sayur-
sayuran dengan ketepatan yang tinggi (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kadar vitamin C
dalam apel (Pyrus malus Linn) berdasarkan perbedaan varietasnya dengan metode
titrasi 2,6-diklorofenolindofenol.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan normal dan mempertahankan hidup hewan termasuk manusia yang
secara alami tidak mampu untuk mensintesis senyawa-senyawa tersebut melalui
proses anabolisme yang tidak tergantung faktor lingkungan kecuali udara.
Senyawa-senyawa tersebut diperlukan dan efektif dalam jumlah sedikit, tidak
menghasilkan energi dan tidak digunakan sebagai unit pembangunan struktur
tubuh organisme, tetapi sangat penting untuk transformasi energi dan pengaturan
metabolisme tubuh (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Vitamin bekerja dengan cara memperkuat kegiatan antioksidan dalam
menghancurkan radikal bebas yang menjadi penyebab utama penuaan. Selain itu,
vitamin juga menghentikan proses fisiologi lainnya yang mempercepat penuaan.
Vitamin yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan antara lain adalah
vitamin C (Dalimarta dan Soedibyo, 1998).
Vitamin C merupakan vitamin yang paling sering digunakan sebagai
suplemen. Hal tersebut karena vitamin ini mempunyai rasa asam dan enak sebagai
konsumsi sehari-hari serta fungsi yang tidak kecil bagi kesehatan tubuh. Sejumlah
percobaan telah menunjukkan bahwa meningkatnya intake vitamin C,
memberikan beberapa keuntungan antara lain mengurangi resiko kanker,
menurunkan kolesterol darah, membantu mencegah infeksi beberapa jenis virus
dan bakteri, mempercepat penyembuhan luka, memperpanjang masa hidup, serta
mengurangi terjadinya katarak (Wirakusumah, 2002).
Sumber terbesar vitamin ini adalah buah-buahan yang masih segar maupun
yang sudah berupa minuman sari buah. Buah-buahan segar saat ini mudah dibeli
diberbagai tempat, dari pedagang kaki lima yang akrab dengan debu, pasar
tradisional yang becek bila hujan sampai pasar swalayan yang sejuk. Salah satu
dari buah-buahan tersebut adalah apel (Khomson, 2002).
Apel dikenal sebagai rajanya buah-buahan. Jenis apel yang menguasai
pasaran lokal saat ini adalah varietas rome beauty, Apel Australia atau Apel Hijau
yang sebenarnya termasuk varietas princes noble, dan Apel Manalagi. Apel hijau
mempunyai warna buah tetap hijau kekuningan walaupun sudah matang. Rasa
apel ini tetap segar dan mempunyai aroma buah yang kuat. Biasanya apel jenis ini
mempunyai kandungan vitamin C dan B lebih tinggi dari jenis apel lain
(Wirakusumah, 2002).
Dari data tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis tentang kandungan
vitamin C yang terdapat pada buah apel (Pyrus malus Linn) berdasarkan
perbedaan varietasnya.
Penetapan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan berbagai metode. Tapi
dalam menggunakan metode tersebut harus dipilih agar dapat menghasilkan nilai
kadar yang lebih baik. Syarat dari metode tersebut yaitu harus peka (sensitif),
tepat, selektif, praktis, dan mempunyai reprodusibilitas yang tinggi terhadap
bahan yang di analisis (Fatah dan Mursyidi, 1982).
Berdasarkan syarat tersebut maka dalam penetapan kadar vitamin C pada
apel ini akan digunakan metode 2,6-diklorofenolindofenol. Karena metode
tersebut dapat menentukan jumlah vitamin C dalam buah-buahan dan sayur-
sayuran dengan ketepatan yang tinggi (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kadar vitamin C
dalam apel (Pyrus malus Linn) berdasarkan perbedaan varietasnya dengan metode
titrasi 2,6-diklorofenolindofenol.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: