BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’a>n adalah kitab suci umat Islam yang mempunyai nilai i‘ja>z yang abadi dari berbagai aspeknya, baik tasyri>‘iy, lugawy maupun ‘ilmy, dan pada saat yang sama ia juga sebagai hudan lin-na>s. Maka al-Qur’a>n dengan keistimewaannya itu mampu berdialog dengan seluruh manusia sepanjang masa dan mengandung pesan-pesan serta solusi-solusi global terhadap problematika kehidupan, baik secara z}a>hir maupun ba>t}in, tersurat maupun tersirat.
Al-Qur’a>n diturunkan Allah SWT dengan memakai bahasa Arab, karena memang Nabi Muh}ammad hidup di sana. Bahasa sebagai simbol realitas yang bersifat arbritrer pada dasarnya dibentuk dan membentuk konsep yang dipegang masyarakat pemakainya dalam menyikapi dan memaknai dunia riil, baik melalui ciri gramatik maupun klasifikasi semantik yang dikandungnya. Maka al-Qur’a>n juga mengikuti kaidah-kaidah bahasa konvensional, namun juga memberikan gaya bahasa tersendiri yang belum pernah dipakai pada saat itu.
Di samping itu sebagai gejala bahasa, bahasa bersifat dinamis, tumbuh dan berkembang sejalan dengan meningkatnya kemajemukan persepsi manusia terhadap makrokosmos dan mikrokosmos. Oleh karena itu makna sebuah leksem kadang-kadang mengalami perubahan (baik dari makna sempit menjadi luas atau sebaliknya, bahkan hilang maknanya atau berubah sama sekali) dan kadang-kadang tetap. Hal ini tergantung konteks dan aspek-aspek sosial yang melatarbelakanginya. Oleh karena itulah konteks sangat menentukan makna dan mengabaikannya akan menghasilkan kesimpulan yang keliru, dengan demikian memahami makna suatu kata harus meneliti pemakaiannya dalam struktur kalimat yang berbeda-beda dan konteks yang berbeda-beda pula.
Al-Qur’a>n merupakan sistem bahasa yang mempunyai spesifikasi tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Al-Qur’a>n mempunyai gaya bahasa yang mengandung i’ja>z, sehingga dapat mempengaruhi hati manusia. Dengan pengaruh ini, mausia diharapkan mengikuti yang baik yang diserukannya dan meninggalkan yang buruk yang diperintahkannya untuk dijauhi.
Di antara gaya bahasa al-Qur’a>n itu adalah pemakaian madh} (pujian) dan z\amm (celaan). Ada beberapa cara yang dipakai al-Qur’a>n untuk memuji yang secara global dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Madh} secara langsung, yaitu memuji dengan memakai kata-kata yang mempunyai arti memuji, seperti al-hamdu, ni‘ma dan lain sebagainya.
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”
Allah dalam ayat di atas memuji Z|at-Nya sendiri, hal ini untuk menunjukkan keagungan-Nya dan juga untuk mengajarkan manusia agar memuji-Nya. Allah SWT juga berfirman:
وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمُوْآ اَنَّ اللهَ مَوْلاَكُمْ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
“Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Allah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
2. Madh} dengan menggunakan kata-kata yang tidak berarti memuji, namun setelah digabungkan menjadi satu kesatuan dalam sebuah kalimat, maka mengandung persepsi memuji, seperti firman Allah SWT:
وَاِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dengan gaya bahasa seperti dalam ayat ini, Allah SWT memuji rasul-Nya Muh}ammad, bahwa ia merupakan sosok yang berada di atas moral yang luhur. Allah juga berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِىْ اَسْرَىبِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلاَقْصَى
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil-h}ara>m ke al-aqs}a.”
Dalam ayat di atas Allah SWT memuji Z|at-Nya dengan menunjukkan sebagian sifat-Nya, yaitu Maha Suci. Statemen ini ditegaskan sebelum statemen misi inti untuk memberi penegasan dan warning, bahwa hal yang akan disampaikan merupakan sesuatu yang besar dan agung yang dalam konteks ini adalah isra’ Nabi Muh}ammad SAW.
Demikian pula dengan z\amm, ada beberapa cara yang dipakai al-Qur’a>n untuk mencela yang secara global dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’a>n adalah kitab suci umat Islam yang mempunyai nilai i‘ja>z yang abadi dari berbagai aspeknya, baik tasyri>‘iy, lugawy maupun ‘ilmy, dan pada saat yang sama ia juga sebagai hudan lin-na>s. Maka al-Qur’a>n dengan keistimewaannya itu mampu berdialog dengan seluruh manusia sepanjang masa dan mengandung pesan-pesan serta solusi-solusi global terhadap problematika kehidupan, baik secara z}a>hir maupun ba>t}in, tersurat maupun tersirat.
Al-Qur’a>n diturunkan Allah SWT dengan memakai bahasa Arab, karena memang Nabi Muh}ammad hidup di sana. Bahasa sebagai simbol realitas yang bersifat arbritrer pada dasarnya dibentuk dan membentuk konsep yang dipegang masyarakat pemakainya dalam menyikapi dan memaknai dunia riil, baik melalui ciri gramatik maupun klasifikasi semantik yang dikandungnya. Maka al-Qur’a>n juga mengikuti kaidah-kaidah bahasa konvensional, namun juga memberikan gaya bahasa tersendiri yang belum pernah dipakai pada saat itu.
Di samping itu sebagai gejala bahasa, bahasa bersifat dinamis, tumbuh dan berkembang sejalan dengan meningkatnya kemajemukan persepsi manusia terhadap makrokosmos dan mikrokosmos. Oleh karena itu makna sebuah leksem kadang-kadang mengalami perubahan (baik dari makna sempit menjadi luas atau sebaliknya, bahkan hilang maknanya atau berubah sama sekali) dan kadang-kadang tetap. Hal ini tergantung konteks dan aspek-aspek sosial yang melatarbelakanginya. Oleh karena itulah konteks sangat menentukan makna dan mengabaikannya akan menghasilkan kesimpulan yang keliru, dengan demikian memahami makna suatu kata harus meneliti pemakaiannya dalam struktur kalimat yang berbeda-beda dan konteks yang berbeda-beda pula.
Al-Qur’a>n merupakan sistem bahasa yang mempunyai spesifikasi tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Al-Qur’a>n mempunyai gaya bahasa yang mengandung i’ja>z, sehingga dapat mempengaruhi hati manusia. Dengan pengaruh ini, mausia diharapkan mengikuti yang baik yang diserukannya dan meninggalkan yang buruk yang diperintahkannya untuk dijauhi.
Di antara gaya bahasa al-Qur’a>n itu adalah pemakaian madh} (pujian) dan z\amm (celaan). Ada beberapa cara yang dipakai al-Qur’a>n untuk memuji yang secara global dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Madh} secara langsung, yaitu memuji dengan memakai kata-kata yang mempunyai arti memuji, seperti al-hamdu, ni‘ma dan lain sebagainya.
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”
Allah dalam ayat di atas memuji Z|at-Nya sendiri, hal ini untuk menunjukkan keagungan-Nya dan juga untuk mengajarkan manusia agar memuji-Nya. Allah SWT juga berfirman:
وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمُوْآ اَنَّ اللهَ مَوْلاَكُمْ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
“Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Allah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
2. Madh} dengan menggunakan kata-kata yang tidak berarti memuji, namun setelah digabungkan menjadi satu kesatuan dalam sebuah kalimat, maka mengandung persepsi memuji, seperti firman Allah SWT:
وَاِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dengan gaya bahasa seperti dalam ayat ini, Allah SWT memuji rasul-Nya Muh}ammad, bahwa ia merupakan sosok yang berada di atas moral yang luhur. Allah juga berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِىْ اَسْرَىبِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلاَقْصَى
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil-h}ara>m ke al-aqs}a.”
Dalam ayat di atas Allah SWT memuji Z|at-Nya dengan menunjukkan sebagian sifat-Nya, yaitu Maha Suci. Statemen ini ditegaskan sebelum statemen misi inti untuk memberi penegasan dan warning, bahwa hal yang akan disampaikan merupakan sesuatu yang besar dan agung yang dalam konteks ini adalah isra’ Nabi Muh}ammad SAW.
Demikian pula dengan z\amm, ada beberapa cara yang dipakai al-Qur’a>n untuk mencela yang secara global dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: