BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perusahaan perlu membuat rencana yang matang dalam memutuskan pendanaan dan investasinya. Dengan rencana pendanaan dan investasi yang komprehensif, perusahaan dapat merancang suatu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal sehingga dapat memaksimumkan usaha perusahaan dalam mencapai tujuan utama perusahaan yaitu memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham. Namun karena adanya perbedaan karakteristik antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, sangat sulit untuk menetapkan struktur pendanaan atau modal yang ideal bagi perusahaan.
Dalam menentukan komposisi struktur pendanaannya, manajemen akan memilih komposisi yang mempunyai nilai tertinggi bagi perusahaan sehingga dapat menghasilkan nilai yang tertinggi bagi pemegang saham. Modigliani dan Miller (1993) menyatakan bahwa nilai perusahaan akan meningkat dengan peningkatan hutang karena adanya pajak perusahaan, sehingga untuk meningkatkan nilai, sebaiknya perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah besar dalam struktur modalnya.
Teori lain yaitu teori yang disebut dengan istilah Static Trade-Off (STO), yaitu penggunaan alternatif sumber dana perusahaan dengan teori STO didasarkan pada cost dan benefit-nya antara biaya modal dan keuntungan penggunaan hutang yaitu, biaya kebangkrutan dan keuntungan pajak (Christianti, 2006: 2).
Teori lainnya mengenai dasar keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana, baik sumber dana internal maupun sumber dana eksternal, adalah pecking order theory. Teori ini merupakan salah satu model struktur modal yang sering digunakan dalam manajemen keuangan, di mana menurut Myers dan Majluf (1984 dalam Frank dan Goyal, 2002) struktur modal suatu perusahaan mengikuti suatu hirarki dimulai dari sumber dana termurah, dana internal hingga saham sebagai sumber terakhir.
Struktur modal, seperti dikemukakan oleh Brigham dan Weston (2002: 15), dipengaruhi oleh 11 faktor, yaitu: kemampuan penjualan, struktur aktiva, operating leverage, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, tarif pajak, kendali manajemen perusahaan, tingkah laku (behavioral) manajemen dan penilaian pemberi pinjaman, kondisi pasar, dan kondisi intern perusahaan.
Sejauh ini, penelitian mengenai struktur modal, bertujuan untuk menentukan model atau teori struktur modal yang dapat menjelaskan perilaku keputusan pendanaan perusahaan. Berbagai penelitian empiris yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan telah dilakukan (Christianti, 2006: 2-3). Bowen et al. (1982), Bradley et al. (1984), Long dan Malitz (1985), Titman dan Wessels (1988), Friend dan Hasbrouch (1988), Mackie-Mason (1990), Rajan dan Zingales (1995) yang mengukur perilaku keputusan pendanaan dengan menggunakan leverage, dan faktor-faktor dalam teori struktur modal seperti, assets tangibility, firm size, growth, profitability, earning volatility, flexibility, dan lain-lain.
Hal yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian empiris selanjutnya. Chen dan Jiang (2001); Booth, et all (2001); Medeiros dan Daher (2004); Tong dan Green (2004), yang juga menggunakan leverage dan faktor-faktor penentu perilaku keputusan struktur modal perusahaan.
Opler dan Titman (2000) secara eksplisit menyatakan bahwa keputusan pendanaan berubah sepanjang waktu. Artinya, keputusan pendanaan berubah seiring dengan perubahan kondisi keuangan perusahaan. Dengan demikian, keputusan struktur modal di masa lalu sangat berperan penting dalam menentukan keputusan struktur modal saat ini. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa penelitian empiris seperti yang dilakukan oleh Masulis dan Korwar (1986); Asquith dan Mullins (1986); Kozajcyk, Lucas, dan McDonald (1988) menemukan bahwa jika harga saham perusahaan terlalu tinggi maka perusahaan akan menurunkan harga saham dengan cara menerbitkan saham, sehingga pendanaan yang berasal dari hutang akan turun dengan adanya penambahan dana dari penerbitan saham. Titman dan Wessels (1988) menemukan bahwa setelah perusahaan mendapatkan laba, perusahaan akan menggunakan labanya untuk mengurangi hutang sehingga penggunaan hutang dalam pendanaannya menjadi turun.
Friend dan Lang (1988) menemukan adanya perubahan struktur kepemilikan dalam perusahaan juga menyebabkan perubahan struktur modal. Seorang manajer yang memiliki proporsi kepemilikan saham paling banyak akan lebih memilih mendanai perusahaannya dengan hutang daripada menerbitkan saham karena akan menyebabkan delusi kepemilikan sahamnya.
Penelitian-penelitian empiris di atas memberikan informasi yang luas mengenai struktur pendanaan atau modal perusahaan. Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis secara lebih khusus mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan (company growth), sebagai salah satu faktor yang banyak diteliti oleh para ahli dan merupakan salah satu faktor dari pecking order theory, terhadap kebijakan struktur modal dengan mengambil obyek penelitian pada PT BCA, Tbk yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dengan demikian, dapat dirumuskan judul yang relevan terhadap fokus penelitian ini sebagai berikut: “PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL PADA PT BCA, TBK”.
1.2. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang terkait dengan penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana struktur modal dengan model Static Trade Off?
b. Bagaimana struktur modal dengan model pecking order theory?
c. Apa saja faktor-faktor dominan yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, khususnya pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia?
d. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat hutang perusahaan dengan keputusan pendanaan?
e. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat aktiva perusahaan dengan struktur pendanaan?
f. Apakah terdapat pengaruh antara pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan struktur modal?
g. Bagaimana dampak kebijakan struktur modal terhadap perubahan harga saham?
1.2.2. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, terlihat bahwa penelitian ini terkait dengan banyak faktor. Untuk itu perlu dilakukan pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu luas. Untuk itu, penulis membatasi permasalahan pokok penelitian hanya pada masalah: “Apakah terdapat pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan struktur modal?”
Dari 11 faktor yang dikemukakan oleh Brigham dan Weston (2002) di atas mengenai struktur pendanaan, dan faktor-faktor kebijakan struktur modal yang lain dari berbagai penelitian empiris di atas, penulis membatasi secara khusus pada faktor pertumbuhan perusahaan. Alasan pembatasan ini berlandaskan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriwardany (2006) yang meneliti faktor pertumbuhan perusahaan dan pengaruhnya terhadap kebijakan struktur modal, serta didukung oleh hasil penelitian Rajan dan Zingales (1995) yang salah satunya meneliti faktor pertumbuhan perusahaan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan struktur modal.
1.3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, penulis akan merumuskan masalah utama yang terdiri dari sub-sub masalah sebagai berikut:
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perusahaan perlu membuat rencana yang matang dalam memutuskan pendanaan dan investasinya. Dengan rencana pendanaan dan investasi yang komprehensif, perusahaan dapat merancang suatu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal sehingga dapat memaksimumkan usaha perusahaan dalam mencapai tujuan utama perusahaan yaitu memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham. Namun karena adanya perbedaan karakteristik antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, sangat sulit untuk menetapkan struktur pendanaan atau modal yang ideal bagi perusahaan.
Dalam menentukan komposisi struktur pendanaannya, manajemen akan memilih komposisi yang mempunyai nilai tertinggi bagi perusahaan sehingga dapat menghasilkan nilai yang tertinggi bagi pemegang saham. Modigliani dan Miller (1993) menyatakan bahwa nilai perusahaan akan meningkat dengan peningkatan hutang karena adanya pajak perusahaan, sehingga untuk meningkatkan nilai, sebaiknya perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah besar dalam struktur modalnya.
Teori lain yaitu teori yang disebut dengan istilah Static Trade-Off (STO), yaitu penggunaan alternatif sumber dana perusahaan dengan teori STO didasarkan pada cost dan benefit-nya antara biaya modal dan keuntungan penggunaan hutang yaitu, biaya kebangkrutan dan keuntungan pajak (Christianti, 2006: 2).
Teori lainnya mengenai dasar keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana, baik sumber dana internal maupun sumber dana eksternal, adalah pecking order theory. Teori ini merupakan salah satu model struktur modal yang sering digunakan dalam manajemen keuangan, di mana menurut Myers dan Majluf (1984 dalam Frank dan Goyal, 2002) struktur modal suatu perusahaan mengikuti suatu hirarki dimulai dari sumber dana termurah, dana internal hingga saham sebagai sumber terakhir.
Struktur modal, seperti dikemukakan oleh Brigham dan Weston (2002: 15), dipengaruhi oleh 11 faktor, yaitu: kemampuan penjualan, struktur aktiva, operating leverage, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, tarif pajak, kendali manajemen perusahaan, tingkah laku (behavioral) manajemen dan penilaian pemberi pinjaman, kondisi pasar, dan kondisi intern perusahaan.
Sejauh ini, penelitian mengenai struktur modal, bertujuan untuk menentukan model atau teori struktur modal yang dapat menjelaskan perilaku keputusan pendanaan perusahaan. Berbagai penelitian empiris yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan telah dilakukan (Christianti, 2006: 2-3). Bowen et al. (1982), Bradley et al. (1984), Long dan Malitz (1985), Titman dan Wessels (1988), Friend dan Hasbrouch (1988), Mackie-Mason (1990), Rajan dan Zingales (1995) yang mengukur perilaku keputusan pendanaan dengan menggunakan leverage, dan faktor-faktor dalam teori struktur modal seperti, assets tangibility, firm size, growth, profitability, earning volatility, flexibility, dan lain-lain.
Hal yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian empiris selanjutnya. Chen dan Jiang (2001); Booth, et all (2001); Medeiros dan Daher (2004); Tong dan Green (2004), yang juga menggunakan leverage dan faktor-faktor penentu perilaku keputusan struktur modal perusahaan.
Opler dan Titman (2000) secara eksplisit menyatakan bahwa keputusan pendanaan berubah sepanjang waktu. Artinya, keputusan pendanaan berubah seiring dengan perubahan kondisi keuangan perusahaan. Dengan demikian, keputusan struktur modal di masa lalu sangat berperan penting dalam menentukan keputusan struktur modal saat ini. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa penelitian empiris seperti yang dilakukan oleh Masulis dan Korwar (1986); Asquith dan Mullins (1986); Kozajcyk, Lucas, dan McDonald (1988) menemukan bahwa jika harga saham perusahaan terlalu tinggi maka perusahaan akan menurunkan harga saham dengan cara menerbitkan saham, sehingga pendanaan yang berasal dari hutang akan turun dengan adanya penambahan dana dari penerbitan saham. Titman dan Wessels (1988) menemukan bahwa setelah perusahaan mendapatkan laba, perusahaan akan menggunakan labanya untuk mengurangi hutang sehingga penggunaan hutang dalam pendanaannya menjadi turun.
Friend dan Lang (1988) menemukan adanya perubahan struktur kepemilikan dalam perusahaan juga menyebabkan perubahan struktur modal. Seorang manajer yang memiliki proporsi kepemilikan saham paling banyak akan lebih memilih mendanai perusahaannya dengan hutang daripada menerbitkan saham karena akan menyebabkan delusi kepemilikan sahamnya.
Penelitian-penelitian empiris di atas memberikan informasi yang luas mengenai struktur pendanaan atau modal perusahaan. Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis secara lebih khusus mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan (company growth), sebagai salah satu faktor yang banyak diteliti oleh para ahli dan merupakan salah satu faktor dari pecking order theory, terhadap kebijakan struktur modal dengan mengambil obyek penelitian pada PT BCA, Tbk yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dengan demikian, dapat dirumuskan judul yang relevan terhadap fokus penelitian ini sebagai berikut: “PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL PADA PT BCA, TBK”.
1.2. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang terkait dengan penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana struktur modal dengan model Static Trade Off?
b. Bagaimana struktur modal dengan model pecking order theory?
c. Apa saja faktor-faktor dominan yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, khususnya pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia?
d. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat hutang perusahaan dengan keputusan pendanaan?
e. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat aktiva perusahaan dengan struktur pendanaan?
f. Apakah terdapat pengaruh antara pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan struktur modal?
g. Bagaimana dampak kebijakan struktur modal terhadap perubahan harga saham?
1.2.2. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, terlihat bahwa penelitian ini terkait dengan banyak faktor. Untuk itu perlu dilakukan pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu luas. Untuk itu, penulis membatasi permasalahan pokok penelitian hanya pada masalah: “Apakah terdapat pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan struktur modal?”
Dari 11 faktor yang dikemukakan oleh Brigham dan Weston (2002) di atas mengenai struktur pendanaan, dan faktor-faktor kebijakan struktur modal yang lain dari berbagai penelitian empiris di atas, penulis membatasi secara khusus pada faktor pertumbuhan perusahaan. Alasan pembatasan ini berlandaskan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriwardany (2006) yang meneliti faktor pertumbuhan perusahaan dan pengaruhnya terhadap kebijakan struktur modal, serta didukung oleh hasil penelitian Rajan dan Zingales (1995) yang salah satunya meneliti faktor pertumbuhan perusahaan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan struktur modal.
1.3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, penulis akan merumuskan masalah utama yang terdiri dari sub-sub masalah sebagai berikut: