BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pengobatan tradisional semakin popular di dalam maupun di luar
negeri. Masyarakat Indonesia juga menaruh perhatian besar pada pemanfaatan obat
trandisional. Penggunaan obat tradisional disukai karena efek samping kecil
dibanding dari obat kimia. Tumbuhan merupakan sumber utama senyawa-senyawa
kimia yang digunakan terutama untuk industri farmasi. Sebagian besar senyawa
tersebut berasal dari spesies-spesies tumbuhan tropis, yang karena ketersediaan dan
biayanya mahal menyebabkan sintesis kimia tidak ekonomis. Oleh karena itu
biosintesis metabolit sekunder dengan menggunakan kultur jaringan tanaman sudah
lama menjadi tujuan yang berharga (Nugroho dan Sugito, 2000).
Kumarin merupakan metabolit sekunder turunan dari asam sikimat, berkhasiat
sebagai antikoagulan alami dan flouvering agent. Kadar kumarin dapat ditingkatkan
dengan metode kultur jaringan tanaman. Pertumbuhan sel Sonchus arvensis L. dalam
kultur jaringan dipengaruhi oleh penambahan sumber energi (sukrosa). Selain untuk
pertumbuhan sel sukrosa juga sebagai sumber energi untuk proses biosintesis.
Penambahan sukrosa dalam media kultur sel akan meningkatkan kadar kumarin.
Rumus molekul sukrosa adalah C12H22O11(2C6H12O6-H2O) (Kimball, 2000).
Didapati bahwa sukrosa adalah sumber karbon yang paling baik diikuti oleh glukosa,
maltosa, rafinosa, fruktosa, galaktosa, manosa, dan laktosa. Walaupun glukosa
menunjang pertumbuhan sel dengan baik namun yang paling baik adalah sukrosa
(Katuuk, 1989). Penambahan variasi sukrosa berfungsi sebagai sumber karbon akan
memacu pertumbuhan kalus suspensi sel dengan menyediakan suplai energi yang
banyak sehingga kalus dapat tumbuh dengan baik dan produksi metabolit sekunder
khususnya kumarin meningkat.
Tempuyung (Sonchus arvensis L) merupakan tanaman dari suku Asteraceae
(Compositae), yang memiliki beberapa kandungan kimia berkhasiat dalam
pengobatan salah satunya adalah kumarin. Dengan melakukan perbanyakan
tempuyung melalui kultur jaringan, diharapkan akan dapat dihasilkan kumarin dengan
kadar yang tinggi.
Dalam penelitian ini dilakukan penambahan sukrosa dengan variasi kadar
dalam kultur suspensi sel untuk mengetahui peningkatan kadar kumarin dalam kalus
tempuyung. Kandungan kumarin dalam kalus tempuyung dari hasil kultur
diidentifikasikan secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan
kuantitatif dengan densitometer.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pengobatan tradisional semakin popular di dalam maupun di luar
negeri. Masyarakat Indonesia juga menaruh perhatian besar pada pemanfaatan obat
trandisional. Penggunaan obat tradisional disukai karena efek samping kecil
dibanding dari obat kimia. Tumbuhan merupakan sumber utama senyawa-senyawa
kimia yang digunakan terutama untuk industri farmasi. Sebagian besar senyawa
tersebut berasal dari spesies-spesies tumbuhan tropis, yang karena ketersediaan dan
biayanya mahal menyebabkan sintesis kimia tidak ekonomis. Oleh karena itu
biosintesis metabolit sekunder dengan menggunakan kultur jaringan tanaman sudah
lama menjadi tujuan yang berharga (Nugroho dan Sugito, 2000).
Kumarin merupakan metabolit sekunder turunan dari asam sikimat, berkhasiat
sebagai antikoagulan alami dan flouvering agent. Kadar kumarin dapat ditingkatkan
dengan metode kultur jaringan tanaman. Pertumbuhan sel Sonchus arvensis L. dalam
kultur jaringan dipengaruhi oleh penambahan sumber energi (sukrosa). Selain untuk
pertumbuhan sel sukrosa juga sebagai sumber energi untuk proses biosintesis.
Penambahan sukrosa dalam media kultur sel akan meningkatkan kadar kumarin.
Rumus molekul sukrosa adalah C12H22O11(2C6H12O6-H2O) (Kimball, 2000).
Didapati bahwa sukrosa adalah sumber karbon yang paling baik diikuti oleh glukosa,
maltosa, rafinosa, fruktosa, galaktosa, manosa, dan laktosa. Walaupun glukosa
menunjang pertumbuhan sel dengan baik namun yang paling baik adalah sukrosa
(Katuuk, 1989). Penambahan variasi sukrosa berfungsi sebagai sumber karbon akan
memacu pertumbuhan kalus suspensi sel dengan menyediakan suplai energi yang
banyak sehingga kalus dapat tumbuh dengan baik dan produksi metabolit sekunder
khususnya kumarin meningkat.
Tempuyung (Sonchus arvensis L) merupakan tanaman dari suku Asteraceae
(Compositae), yang memiliki beberapa kandungan kimia berkhasiat dalam
pengobatan salah satunya adalah kumarin. Dengan melakukan perbanyakan
tempuyung melalui kultur jaringan, diharapkan akan dapat dihasilkan kumarin dengan
kadar yang tinggi.
Dalam penelitian ini dilakukan penambahan sukrosa dengan variasi kadar
dalam kultur suspensi sel untuk mengetahui peningkatan kadar kumarin dalam kalus
tempuyung. Kandungan kumarin dalam kalus tempuyung dari hasil kultur
diidentifikasikan secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan
kuantitatif dengan densitometer.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :