ABSTRAK
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dalam kaitannya dengan Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu jenis pendidikan dalam satuan pendidikan luar sekolah yang dilembagakan. Selain sebagai bagian dari masyarakat belajar dan komunitas sosial, pesantren juga merupakan sistem dan lembaga yang berakar mendalam dalam kultur masyarakat Indonesia sebagai “Institusi kultural”. Ada dua klisifikasi Pondok Pesantren, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren tradisional sering disebut sistem salafi, yaitu sistem yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan sistem pendidikan yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah). Hubungannya antara kewirausahaan dengan pesantren, terutama pada pesantren modern adalah, para santrinya mendapat pelajaran di kelas yang lebih lama dibanding para siswa sekolah umum. Ini karena mata pelajarannya lebih banyak. Para santri juga dibekali berbagai keterampilan seperti menjahit, membuat kerajinan tangan, berwirausaha, bercocok tanam, bela diri, keterampilan berbahasa, berpidato, komputer, dan berbagai macam ekstrakurikuler.
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Modern Daarul Fikri di JL. Margojoyo VII/6 Dau Malang dan Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Syamsul ‘Arifin di Desa Pukul Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan, pada tanggal 29 November sampai dengan 16 Desember 2005. Penelitian ini merupakan penelitian ekspost facto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan potensi kemampuan kewirausahaan dilihat dari karakteristik sosiologis santri di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Modern Daarul Fikri dan lembaga pendidikan Pondok Pesantren Syamsul ‘Arifin. Hasil penelitian berupa perbedaan rerata nilai skala sikap dari potensi kemampuan kewirausahaan dengan karakteristik sosiologis santri. Potensi kemampuan kewirausahaan dianalisis dengan menggunakan uji t (student t). Tinggi rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan orangtua santri dianalisis dengan cara memberikan skor pada pilihan jawaban. Apabila skor yang diperoleh ≥ 5 atau ≥ 5,5 maka status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan orangtua santri dinyatakan tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan potensi kemampuan kewirausahaan santri ditinjau dari klasifikasi asal daerah santri, status sosial ekonomi keluarga santri, dan jenis pondok pesantren. Sedangkan untuk tingkat pendidikan orangtua santri menunjukkan adanya perbedaan potensi kemampuan kewirausahaan santri.
Kemampuan kewirausahaan menjadi salah satu hal yang tengah digiatkan di lembaga pendidikan Pondok Pesantren, tujuannya agar santri tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah atau Pondok Pesantren, tetapi juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bukan sibuk untuk mencari lapangan pekerjaan yang semakin terbatas. Maka disarankan untuk, (1) pengasuh dan pengurus pondok pesantren supaya memberikan motivasi, perhatian, dan kasih sayang yang lebih tinggi dengan cara pendampingan yang lebih intensif kepada santri-santri yang tingkat pendidikan orangtuanya rendah oleh pihak pengasuh dan pengurus pondok pesantren agar perbedaan potensi wirausaha antara santri yang tingkat pendidikan orangtuanya lebih tinggi dengan santri yang tingkat pendidikan orangtuanya lebih rendah tidak terlalu mencolok.; (2) untuk mencapai keterandalan kaidah-kaidah yang telah diperoleh dalam penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama tetapi dalam wilayah penelitian yang lebih luas, dan alat ukur atau instrumen penelitian yang lebih akurat dan lengkap sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan maksimal.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dalam kaitannya dengan Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu jenis pendidikan dalam satuan pendidikan luar sekolah yang dilembagakan. Selain sebagai bagian dari masyarakat belajar dan komunitas sosial, pesantren juga merupakan sistem dan lembaga yang berakar mendalam dalam kultur masyarakat Indonesia sebagai “Institusi kultural”. Ada dua klisifikasi Pondok Pesantren, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren tradisional sering disebut sistem salafi, yaitu sistem yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan sistem pendidikan yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah). Hubungannya antara kewirausahaan dengan pesantren, terutama pada pesantren modern adalah, para santrinya mendapat pelajaran di kelas yang lebih lama dibanding para siswa sekolah umum. Ini karena mata pelajarannya lebih banyak. Para santri juga dibekali berbagai keterampilan seperti menjahit, membuat kerajinan tangan, berwirausaha, bercocok tanam, bela diri, keterampilan berbahasa, berpidato, komputer, dan berbagai macam ekstrakurikuler.
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Modern Daarul Fikri di JL. Margojoyo VII/6 Dau Malang dan Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Syamsul ‘Arifin di Desa Pukul Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan, pada tanggal 29 November sampai dengan 16 Desember 2005. Penelitian ini merupakan penelitian ekspost facto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan potensi kemampuan kewirausahaan dilihat dari karakteristik sosiologis santri di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Modern Daarul Fikri dan lembaga pendidikan Pondok Pesantren Syamsul ‘Arifin. Hasil penelitian berupa perbedaan rerata nilai skala sikap dari potensi kemampuan kewirausahaan dengan karakteristik sosiologis santri. Potensi kemampuan kewirausahaan dianalisis dengan menggunakan uji t (student t). Tinggi rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan orangtua santri dianalisis dengan cara memberikan skor pada pilihan jawaban. Apabila skor yang diperoleh ≥ 5 atau ≥ 5,5 maka status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan orangtua santri dinyatakan tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan potensi kemampuan kewirausahaan santri ditinjau dari klasifikasi asal daerah santri, status sosial ekonomi keluarga santri, dan jenis pondok pesantren. Sedangkan untuk tingkat pendidikan orangtua santri menunjukkan adanya perbedaan potensi kemampuan kewirausahaan santri.
Kemampuan kewirausahaan menjadi salah satu hal yang tengah digiatkan di lembaga pendidikan Pondok Pesantren, tujuannya agar santri tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah atau Pondok Pesantren, tetapi juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bukan sibuk untuk mencari lapangan pekerjaan yang semakin terbatas. Maka disarankan untuk, (1) pengasuh dan pengurus pondok pesantren supaya memberikan motivasi, perhatian, dan kasih sayang yang lebih tinggi dengan cara pendampingan yang lebih intensif kepada santri-santri yang tingkat pendidikan orangtuanya rendah oleh pihak pengasuh dan pengurus pondok pesantren agar perbedaan potensi wirausaha antara santri yang tingkat pendidikan orangtuanya lebih tinggi dengan santri yang tingkat pendidikan orangtuanya lebih rendah tidak terlalu mencolok.; (2) untuk mencapai keterandalan kaidah-kaidah yang telah diperoleh dalam penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama tetapi dalam wilayah penelitian yang lebih luas, dan alat ukur atau instrumen penelitian yang lebih akurat dan lengkap sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan maksimal.
