BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan—termasuk di dalamnya perguruan tinggi/institut—sebagai tempat untuk menimba ilmu merupakan lembaga yang bersifat dinamis, yang berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Dalam perkembangan setiap negara, perguruan tinggi merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan sekaligus jantung peradaban yang akan menentukan perkembangan negara di masa depan.
Dalam lingkup yang lebih konkret, perguruan tinggi—khususnya perguruan tinggi negeri—berkembangan sejalan dengan kebijakan pemerintah itu sendiri, terutama perkembangan dalam bidang sumber daya (resources) yang dimilikinya. Peningkatan sumber daya tersebut bisa berupa peningkatan dalam sumber daya manusianya, maupun sumber daya pendukung lain yang menyangkut sarana dan prasarana.
T. Hani Handoko dalam buku Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (1993) mengatakan, bahwa peningkatan dalam kedua sumber daya tersebut akan berhubungan langsung dengan peningkatan mutu dari produk yang dihasilkan—dalam hal ini, para mahasiswa sebagai produk dari sebuah perguruan tinggi yang mendidiknya. Peningkatan Sumber Daya Manusia dapat dicirikan dengan semakin terampilnya staf/karyawan sehingga akan berimplikasi pada kenaikan kinerja dari lembaga tersebut. Sedangkan peningkatan Sumber Daya Alam—atau sumber daya pendukung lainnya—akan tampak pada bertambahnya sarana dan prasarana yang dimiliki, bisa berupa gedung/ruang perkuliahan, komponen teknologi, koleksi buku di perpustakaan serta perlengkapan lainnya.
Dari sudut pandang Manajemen Sumber Daya Manusia, tujuan sebuah instansi/lembaga dapat tercapai hanya melalui pengelolaan yang baik serta merupakan interaksi antara individu yang berada di dalamnya. Sebagai sebuah lembaga pendidikan profesional, mutu dari peningkatan pelayanan terhadap masyarakat tergantung sekali pada mutu personalianya (Thompson dan Carr, 1987:48). Dalam hal ini staf sebuah lembaga pendidikan, baik dosen maupun staf lainnya, merupakan sumber daya yang paling berharga. Jadi, dengan demikian sebuah perguruan tinggi profesional jelas memerlukan staf yang profesional juga, yaitu yang mampu memberikan yang terbaik bagi mahasiswa dan instansi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Begitu pula dengan peningkatan Sumber Daya Alam. Faktor ini juga sangat menentukan terhadap suksesnya proses belajar mahasiswa dalam kegiatan rutinnya setiap hari. Apabila Sumber Daya Alam dari sebuah perguruan tinggi tidak mendukung maka akan menjadi kendala tersendiri bagi mahasiswa. Dengan tidak adanya sarana praktek (bagi mahasiswa yang mengambil jurusan teknik), misalnya, jelas akan menghambat keahlian dan kreativitas mereka; atau jika suasana ruang kuliah tidak kondusif bagi proses belajar, misalnya dengan tidak adanya media pengajaran yang efektif, maka perkembangan pengetahuan mahasiswa akan terhambat dengan sendirinya. Seperti diungkapkan Alex S. Nitisemito (1987:47) bahwa efektivitas dan produktivitas suatu perusahaan, instansi, maupun suatu lembaga sosial akan ditentukan oleh dua hal: Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam (asset).
Waktu dan sejarah telah membuktikan bahwa suatu perguruan tinggi—bahkan bukan hanya perguruan tinggi, melainkan seluruh organisasi—yang dikelola dengan baik oleh tenaga yang memiliki keahlian, keterampilan, pengetahuan yang luas serta didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai akan dapat menaikkan posisi perguruan tinggi tersebut ke dalam jajaran perguruan tinggi yang bersifat profesional dan bermutu.
Dalam era pembangunan yang pesat seperti sekarang ini, citra perguruan tinggi haruslah berubah dari kegiatan yang pasif ke kegiatan yang dinamis. Kegiatan yang pasif dengan mengharap bantuan sepenuhnya dari pemerintah, merupakan kegiatan perguruan tinggi yang “ketinggalan zaman”. Sebaliknya sejalan dengan pesatnya pembangunan dan mengingat alokasi APBN negara kita banyak terpusat kepada sektor pemulihan kondisi ekonomi yang sejak pertengahan tahun 1998 terus memburuk, maka perguruan tinggi negeri mau tidak mau dituntut untuk mandiri. Kesempatan ini merupakan peluang yang menantang (challengfull) bagi seluruh staf perguruan tinggi yang merupakan PNS untuk menunjukkan kemampuan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
Kondisi ini menjadi satu perkembangan yang baik bagi suatu perguruan tinggi negeri jika efektivitas dan efisiensi dari seluruh kegiatan perguruan tinggi ditingkatkan. Di sinilah pentingnya fungsi manajemen personalia dan bagian administrasi umum. Manajemen personalia dalam suatu perguruan tinggi saat ini memiliki tugas untuk terus meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia yang ada agar dapat bersaing dengan perguruan-perguruan tinggi yang lain, terutama dengan perguruan tinggi swasta yang semakin menunjukkan semangatnya dalam bersaing dengan perguruan tinggi negeri. Sedangkan bidang Administrasi Umum (atau istilah lain yang digunakan untuk menunjuk pada bagian yang bertanggungjawab dalam bidang Sumber Daya Alam suatu organisasi) saat ini memiliki tugas yang tidak kalah penting dibanding dengan bagian Manajemen Personalia (Human Resources Development). Saat ini ia memiliki tugas untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari sumber daya alam, baik yang berkenaan dengan sarana maupun prasarana, yakni inventaris kekayaan milik negara yang dimiliki oleh instansi/lembaga. Dengan upaya efektivitas dan efisiensi dari sumber daya alam yang ada, khususnya yang berkenaan dengan inventaris kekayaan milik negara, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap para mahasiswa dalam proses belajar mereka.
Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dari inventaris kekayaan milik negara adalah berarti meningkatkan efisiensi material dan memaksimalkan output terhadap pelanggan—dalam hal ini mahasiswa sebagai “pelanggan” utama di dalam sebuah perguruan tinggi. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dari inventaris kekayaan milik negara ini merupakan hal yang penting, mengingat hal itu sebagai modal utama dari setiap perguruan tinggi negeri serta merupakan amanat yang diberikan negara terhadap instansi yang bersangkutan. Secara konseptual, apabila pelayanan dalam bidang sarana dan prasarana baik maka tingkat kesuksesan belajar mahasiswa akan baik juga (Buchari Alma, 2000:111).
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Sarana dan Prasarana Inventaris Kekayaan Milik Negara terhadap Keberhasilan Belajar Mahasiswa di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta”.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan—termasuk di dalamnya perguruan tinggi/institut—sebagai tempat untuk menimba ilmu merupakan lembaga yang bersifat dinamis, yang berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Dalam perkembangan setiap negara, perguruan tinggi merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan sekaligus jantung peradaban yang akan menentukan perkembangan negara di masa depan.
Dalam lingkup yang lebih konkret, perguruan tinggi—khususnya perguruan tinggi negeri—berkembangan sejalan dengan kebijakan pemerintah itu sendiri, terutama perkembangan dalam bidang sumber daya (resources) yang dimilikinya. Peningkatan sumber daya tersebut bisa berupa peningkatan dalam sumber daya manusianya, maupun sumber daya pendukung lain yang menyangkut sarana dan prasarana.
T. Hani Handoko dalam buku Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (1993) mengatakan, bahwa peningkatan dalam kedua sumber daya tersebut akan berhubungan langsung dengan peningkatan mutu dari produk yang dihasilkan—dalam hal ini, para mahasiswa sebagai produk dari sebuah perguruan tinggi yang mendidiknya. Peningkatan Sumber Daya Manusia dapat dicirikan dengan semakin terampilnya staf/karyawan sehingga akan berimplikasi pada kenaikan kinerja dari lembaga tersebut. Sedangkan peningkatan Sumber Daya Alam—atau sumber daya pendukung lainnya—akan tampak pada bertambahnya sarana dan prasarana yang dimiliki, bisa berupa gedung/ruang perkuliahan, komponen teknologi, koleksi buku di perpustakaan serta perlengkapan lainnya.
Dari sudut pandang Manajemen Sumber Daya Manusia, tujuan sebuah instansi/lembaga dapat tercapai hanya melalui pengelolaan yang baik serta merupakan interaksi antara individu yang berada di dalamnya. Sebagai sebuah lembaga pendidikan profesional, mutu dari peningkatan pelayanan terhadap masyarakat tergantung sekali pada mutu personalianya (Thompson dan Carr, 1987:48). Dalam hal ini staf sebuah lembaga pendidikan, baik dosen maupun staf lainnya, merupakan sumber daya yang paling berharga. Jadi, dengan demikian sebuah perguruan tinggi profesional jelas memerlukan staf yang profesional juga, yaitu yang mampu memberikan yang terbaik bagi mahasiswa dan instansi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Begitu pula dengan peningkatan Sumber Daya Alam. Faktor ini juga sangat menentukan terhadap suksesnya proses belajar mahasiswa dalam kegiatan rutinnya setiap hari. Apabila Sumber Daya Alam dari sebuah perguruan tinggi tidak mendukung maka akan menjadi kendala tersendiri bagi mahasiswa. Dengan tidak adanya sarana praktek (bagi mahasiswa yang mengambil jurusan teknik), misalnya, jelas akan menghambat keahlian dan kreativitas mereka; atau jika suasana ruang kuliah tidak kondusif bagi proses belajar, misalnya dengan tidak adanya media pengajaran yang efektif, maka perkembangan pengetahuan mahasiswa akan terhambat dengan sendirinya. Seperti diungkapkan Alex S. Nitisemito (1987:47) bahwa efektivitas dan produktivitas suatu perusahaan, instansi, maupun suatu lembaga sosial akan ditentukan oleh dua hal: Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam (asset).
Waktu dan sejarah telah membuktikan bahwa suatu perguruan tinggi—bahkan bukan hanya perguruan tinggi, melainkan seluruh organisasi—yang dikelola dengan baik oleh tenaga yang memiliki keahlian, keterampilan, pengetahuan yang luas serta didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai akan dapat menaikkan posisi perguruan tinggi tersebut ke dalam jajaran perguruan tinggi yang bersifat profesional dan bermutu.
Dalam era pembangunan yang pesat seperti sekarang ini, citra perguruan tinggi haruslah berubah dari kegiatan yang pasif ke kegiatan yang dinamis. Kegiatan yang pasif dengan mengharap bantuan sepenuhnya dari pemerintah, merupakan kegiatan perguruan tinggi yang “ketinggalan zaman”. Sebaliknya sejalan dengan pesatnya pembangunan dan mengingat alokasi APBN negara kita banyak terpusat kepada sektor pemulihan kondisi ekonomi yang sejak pertengahan tahun 1998 terus memburuk, maka perguruan tinggi negeri mau tidak mau dituntut untuk mandiri. Kesempatan ini merupakan peluang yang menantang (challengfull) bagi seluruh staf perguruan tinggi yang merupakan PNS untuk menunjukkan kemampuan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
Kondisi ini menjadi satu perkembangan yang baik bagi suatu perguruan tinggi negeri jika efektivitas dan efisiensi dari seluruh kegiatan perguruan tinggi ditingkatkan. Di sinilah pentingnya fungsi manajemen personalia dan bagian administrasi umum. Manajemen personalia dalam suatu perguruan tinggi saat ini memiliki tugas untuk terus meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia yang ada agar dapat bersaing dengan perguruan-perguruan tinggi yang lain, terutama dengan perguruan tinggi swasta yang semakin menunjukkan semangatnya dalam bersaing dengan perguruan tinggi negeri. Sedangkan bidang Administrasi Umum (atau istilah lain yang digunakan untuk menunjuk pada bagian yang bertanggungjawab dalam bidang Sumber Daya Alam suatu organisasi) saat ini memiliki tugas yang tidak kalah penting dibanding dengan bagian Manajemen Personalia (Human Resources Development). Saat ini ia memiliki tugas untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari sumber daya alam, baik yang berkenaan dengan sarana maupun prasarana, yakni inventaris kekayaan milik negara yang dimiliki oleh instansi/lembaga. Dengan upaya efektivitas dan efisiensi dari sumber daya alam yang ada, khususnya yang berkenaan dengan inventaris kekayaan milik negara, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap para mahasiswa dalam proses belajar mereka.
Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dari inventaris kekayaan milik negara adalah berarti meningkatkan efisiensi material dan memaksimalkan output terhadap pelanggan—dalam hal ini mahasiswa sebagai “pelanggan” utama di dalam sebuah perguruan tinggi. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dari inventaris kekayaan milik negara ini merupakan hal yang penting, mengingat hal itu sebagai modal utama dari setiap perguruan tinggi negeri serta merupakan amanat yang diberikan negara terhadap instansi yang bersangkutan. Secara konseptual, apabila pelayanan dalam bidang sarana dan prasarana baik maka tingkat kesuksesan belajar mahasiswa akan baik juga (Buchari Alma, 2000:111).
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Sarana dan Prasarana Inventaris Kekayaan Milik Negara terhadap Keberhasilan Belajar Mahasiswa di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta”.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: