BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Masyarakat Indonesia mengenal
dan memakai tanaman berkhasiat obat sudah sejak dahulu sebagai salah satu
upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi, jauh sebelum
pelayanan kesehatan formal dengan obat-obat sintetik menyentuh masyarakat luas
(Thomas, 1992).
Pengobatan secara modern dirasa sangat mahal, efek sampingnya cukup
tinggi dan hasilnyapun belum tentu memuaskan. Keadaan ini memacu
pemanfaatan bahan alami untuk memperoleh bahan obat alternatif, salah satunya
dengan obat tradisional. Pertimbangan penggunaan obat tradisional adalah
harganya relatif lebih murah, juga mudah mendapatkannya. Namun penggunaan
obat alternatif masih membutuhkan tahapan penelitian lebih lanjut (Soedibyo,
1998).
Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah bayam duri
(Amaranthus spinosus L.). Tanaman ini secara tradisional dapat digunakan untuk
menghilangkan panas (antipiretik), menghilangkan racun (antitoksin) dan
menghilangkan bengkak (Wijayakusuma, 2002). Bayam duri juga mengandung
senyawa alkaloid yaitu amarantin yang kemungkinan memiliki aktivitas sebagai
antikanker. Untuk mengetahui manfaat bayam duri secara ilmiah maka perlu
dilakukan suatu penelitian.
Suatu metode yang menggunakan Artemia salina Leach telah
diperkenalkan sebagai metode bioassay yang sederhana untuk penelitian produk
alam. Dengan metode ini akan diperoleh nilai LC50 (Lethallity Concentration
50 %) yang dihitung berdasarkan pengaruh senyawa tersebut terhadap kematian
larva Artemia salina Leach. Hasil uji dinyatakan toksik terhadap larva Artemia
salina Leach bila ekstrak tumbuhan tersebut memiliki LC50 < 1000 µg/ml dan apabila toksik senyawa tersebut tidak hanya sebagai antikanker tetapi juga dapat digunakan sebagai antivirus dan fertilitas (Meyer et.al.,1982 cit Wahyuni, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketoksikan ekstrak daun Amaranthus spinosus L. dengan metode BST. Selanjutnya identifikasi kandungan kimia daun Amaranthus spinosus L. dapat dilakukan dengan skrining fitokimia dengan metode tabung dan kromatografi lapis tipis. Identifikasi ini sangat berguna sebagai petunjuk dalam pemanfaatan selanjutnya dengan demikian penelitian ini dapat dilanjutkan untuk memperoleh manfaat yang lebih besar. B. Perumusan Masalah 1. Apakah ekstrak kloroform dan ekstrak etanol daun bayam duri (A. spinosus) toksik terhadap larva Artemia salina Leach dan berapa konsentrasi yang menyebabkan efek toksik ? 2. Senyawa kimia apa saja yang terkandung di dalam daun bayam duri ? C. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) a. Uraian Tanaman Tanaman bayam duri merupakan tanaman semusim, batang tegak, tinggi 30 - 100 cm kerap kali bercabang banyak. Batangnya berwarna kemerahan, bagian 3 pangkal berkayu, polos, tetapi bagian atas sedikit berambut. Akar memiliki serat yang tipis, tumbuh dalam tanah. Daun tunggal, tumbuh berseling, warna hijau, bentuk bundar telur memanjang sampai lanset, panjang 1,5 - 6 cm, lebar 1 - 3 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi rata yang kadang-kadang beringgit. Tulang daun di punggung menonjol, tangkainya panjang. Pada ketiak daun terdapat sepasang duri keras yang mudah lepas. Bunga berkelamin tunggal. Bunga betina berkumpul dalam tukal yang rapat berbentuk bola di ketiak daun. Bunga jantan berbentuk bulir yang dapat bercabang pada pangkalnya, terdapat di ujung batang berwarna hijau keputihan (Wijayakusuma, 2000). b. Sistematika
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Masyarakat Indonesia mengenal
dan memakai tanaman berkhasiat obat sudah sejak dahulu sebagai salah satu
upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi, jauh sebelum
pelayanan kesehatan formal dengan obat-obat sintetik menyentuh masyarakat luas
(Thomas, 1992).
Pengobatan secara modern dirasa sangat mahal, efek sampingnya cukup
tinggi dan hasilnyapun belum tentu memuaskan. Keadaan ini memacu
pemanfaatan bahan alami untuk memperoleh bahan obat alternatif, salah satunya
dengan obat tradisional. Pertimbangan penggunaan obat tradisional adalah
harganya relatif lebih murah, juga mudah mendapatkannya. Namun penggunaan
obat alternatif masih membutuhkan tahapan penelitian lebih lanjut (Soedibyo,
1998).
Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah bayam duri
(Amaranthus spinosus L.). Tanaman ini secara tradisional dapat digunakan untuk
menghilangkan panas (antipiretik), menghilangkan racun (antitoksin) dan
menghilangkan bengkak (Wijayakusuma, 2002). Bayam duri juga mengandung
senyawa alkaloid yaitu amarantin yang kemungkinan memiliki aktivitas sebagai
antikanker. Untuk mengetahui manfaat bayam duri secara ilmiah maka perlu
dilakukan suatu penelitian.
Suatu metode yang menggunakan Artemia salina Leach telah
diperkenalkan sebagai metode bioassay yang sederhana untuk penelitian produk
alam. Dengan metode ini akan diperoleh nilai LC50 (Lethallity Concentration
50 %) yang dihitung berdasarkan pengaruh senyawa tersebut terhadap kematian
larva Artemia salina Leach. Hasil uji dinyatakan toksik terhadap larva Artemia
salina Leach bila ekstrak tumbuhan tersebut memiliki LC50 < 1000 µg/ml dan apabila toksik senyawa tersebut tidak hanya sebagai antikanker tetapi juga dapat digunakan sebagai antivirus dan fertilitas (Meyer et.al.,1982 cit Wahyuni, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketoksikan ekstrak daun Amaranthus spinosus L. dengan metode BST. Selanjutnya identifikasi kandungan kimia daun Amaranthus spinosus L. dapat dilakukan dengan skrining fitokimia dengan metode tabung dan kromatografi lapis tipis. Identifikasi ini sangat berguna sebagai petunjuk dalam pemanfaatan selanjutnya dengan demikian penelitian ini dapat dilanjutkan untuk memperoleh manfaat yang lebih besar. B. Perumusan Masalah 1. Apakah ekstrak kloroform dan ekstrak etanol daun bayam duri (A. spinosus) toksik terhadap larva Artemia salina Leach dan berapa konsentrasi yang menyebabkan efek toksik ? 2. Senyawa kimia apa saja yang terkandung di dalam daun bayam duri ? C. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) a. Uraian Tanaman Tanaman bayam duri merupakan tanaman semusim, batang tegak, tinggi 30 - 100 cm kerap kali bercabang banyak. Batangnya berwarna kemerahan, bagian 3 pangkal berkayu, polos, tetapi bagian atas sedikit berambut. Akar memiliki serat yang tipis, tumbuh dalam tanah. Daun tunggal, tumbuh berseling, warna hijau, bentuk bundar telur memanjang sampai lanset, panjang 1,5 - 6 cm, lebar 1 - 3 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi rata yang kadang-kadang beringgit. Tulang daun di punggung menonjol, tangkainya panjang. Pada ketiak daun terdapat sepasang duri keras yang mudah lepas. Bunga berkelamin tunggal. Bunga betina berkumpul dalam tukal yang rapat berbentuk bola di ketiak daun. Bunga jantan berbentuk bulir yang dapat bercabang pada pangkalnya, terdapat di ujung batang berwarna hijau keputihan (Wijayakusuma, 2000). b. Sistematika