BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia semenjak lahir sampai usia akhir dari kehidupan,
seseorang selalu mengalami perubahan baik dalam pertumbuhan maupun
perkembangannya, yang biasanya disebut sebagai tahapan usia dalam jenjang
kehidupan manusia. Perkembangan tersebut akan melalui suatu tahapan, dimana
tahapan tersebut atribut-atribut sebagai masa kanak-kanak harus sudah ditinggalkan
menuju ke masa yang disebut sebagai masa remaja. Banyak orang mendefinisikan
masa remaja sebagai masa yang sangat menyenangkan dalam kehidupan, masa yang
penuh rasa bahagia, tidak sedikit waktu yang terlewati diisi dengan hal-hal yang
dirasakannya membawa kepuasan tersendiri bagi kaum remaja. Tapi pada
kenyatannya tidak semua remaja setuju dengan pendapat tersebut, bahkan pada masa
ini banyak persoalan-persoalan yang timbul, sehingga mau tidak mau remaja harus
mengahadapinya dan menyelesaikan persoalan tersebut.
Remaja sebagai masa peralihan yang terjadi pada setiap individu dari masa
anak-anak menuju masa dewasa, dimana masa yang harus dilewati dari dunia yang
membedakan antara kanak-kanak dengan tahapan selanjutnya yaitu remaja. Banyak
perubahan dalam beberapa hal yang dialami pada masa tersebut yaitu perubahan
secara fisik, perubahan psikis dan interaksi sosialnya. Dari perubahan-perubahan
tersebut biasanya membawa dampak-dampak tertentu dan biasanya menjadi sebab
timbulnya kegoncangan-kegoncangan batin remaja tersebut. Masa remaja juga
disebut sebagai masa yang sangat peka bagi perkembangan penyesuaian diri baik
dengan individu maupun dengan lingkungan sosial. Apabila individu remaja dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya secara efektif akan
membawa dampak positif bagi pertumbuhan pribadinya kearah masa dewasa dan
lebih mantap.
Perkembangan menuju kearah masa pubertas, perubahan fisik remaja akan
sangat mempengaruhi pandangan mengenai citra raganya, menurut remaja citra raga
tersebut merupakan faktor yang penting dan berpengaruh terhadap pembentukan pola
perilaku remaja. Jersild (dalam Hardy, 1985) menyatakan dari hasil penelitiannya
menunjukkan pada saat remaja ditanyai mengenai apa yang tidak disukai tentang diri
remaja, sedikit sekali remaja yang mengungkapkan mengenai kemampuan
kemampuan mereka seperti halnya prestasi-prestasi yang membanggakan namun
yang banyak diungkapkan oleh remaja tersebut lebih dari enam puluh pesen remaja
menyatakan bahwa penampilan fisiknya lebih penting dan paling banyak
diungkapkan. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Gunarso dan Gunarso (1981),
bahwa penampilan fisik mempunyai banyak pengaruh pada penampilan diri remaja
jika dibandingkan dengan kemampuan intelektualnya.
Citra raga itu sendiri sebenarnya dibentuk dalam pikiran, hal ini dimaksudkan
untuk menggambarkan penampilan fisik bagi diri sendiri yang meliputi perasaan-
perasaan tentang fisik seperti halnya mengenai kuat atau lemah, tinggi atau pendek,
cantik atau jelek dan lain sebagainya. Penilaian mengenai fisik memang merupakan
hal yang bersifat relatif. Di samping remaja dapat menilai keberadaan fisik mereka
sendiri, remaja juga dapat mengukur respon dan pendapat lingkungan terhadap diri
mereka. Sikap menilai terhadap tubuh sendiri sebagian dibentuk oleh norma-norma
budaya, siapa saja yang sangat jauh dari gambaran tersebut cenderung kecewa
terhadap tubuh mereka sendiri. Dengan demikian citra raga merupakan gambaran
fisik seseorang yang meliputi penampilan dan figur diri dalam pengamatan orang lain
(Gardner, 1996).
Timbulnya sikap positif pada diri remaja akan kepuasan yang diperoleh dari
citra fisik yang sangat diidamkan dapat diwujudkan dalam rasa percaya diri,
keyakinan diri yang kuat dan konsep mengenai diri yang sehat. Hal senada juga
dikatakan oleh Noles dkk. (1985), bahwa rasa puas mengenai citra gayanya
berhubungan dengan rasa kebahagiaan. Selanjutnya dari adanya rasa puas itu sendiri
yang nantinya mewujudkan konsep diri yang sehat sehingga akan berpengaruh
terhadap rasa aman baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dunia luarnya.
Selain berpengaruh terhadap rasa aman dan rasa puas juga dapat menimbulkan sikap
positif yang diekspresikan dalam percaya diri, keyakinan diri, dan konsep diri yang
sehat (Hurlock, 1993; Wadhani, 1999). Apabila dalam diri remaja tidak ditemui citra
raga yang positif akan menimbulkan perasaan tidak puas tubuhnya, timbulnya
perasaan kecewa (Scheiver & Carver dalam Higgins, 1986), sulit menerima apa
adanya (Jersild, 1979; Fuhrman, 1990), timbulnya rasa malu (Cooley dalam Higgins,
1986), peka terhadap kritik dan responsive terhadap pujian, pesimis (Books &
Emmert, dalam Rakhmat, 1989), menyangka orang lain tidak menyukai dirinya dan
hal tersebut akan menimbulkan konsep diri yang kurang baik serta kurangnya harga
diri (Hurlock, 1993).
Masa remaja juga disebut sebagai masa perubahan fisik, mental atau
psikologis serta perubahan dalam sosialnya. Dari perubahan-perubahan tersebut,
perubahan fisik sering mengalami ketidakseimbangan sehingga akan mempengaruhi
kesejahteraan mental remaja (Graber, Brooks-Gnn, Paikof, dan Warren, 1994). Tidak
sedikit remaja yang menghadapi perubahan-perubahan fisiknya sebagai suatu hal
yang aneh dan kadang-kadang membuat remaja menjadi bingung. Dari pernyataan
mengenai fisiknya sering merupakan suatu masalah, seperti halnya apakah mereka
cukup tampan serta menarik jika dibandingkan dengan teman sebaya lainnya, atau
mereka sudah merasa pas dalam penampilan di lingkungannya yang sesuai dengan
norma-norma budaya yang berlaku.
Penyesuaian diri diartikan sebagai usaha yang dilakukan individu untuk
mengatasi segala permasalahan, baik masalah yang berasal dari dalam dirinya seperti
dorongan-dorongan yang harus dipuaskan maupun masalah yang timbul karena faktor
dari luar dirinya seperti tuntutan-tuntutan lingkungan. Dalam melakukan penyesuaian
diri ada remaja yang dapat melakukannya secara baik dan berhasil, tetapi ada pula
yang menemui kegagalan. Remaja yang berhasil dalam mengatasi masalahnya, akan
terlepas dari rasa kecewa dan terlepas dari ketegangan dan konflik-konflik batin.
Sebaliknya kegagalan remaja dalam mengatasi masalahnya akan menimbulkan
kekecewaan, sehingga hal tersebut akan mengganggu kestabilan psikisnya.
Berdasarkanpengamatandalam kehidupan sehari-hari,kenyataan
memperlihatkan bahwa tidak semua remaja berhasil atau mampu melakukan
penyesuaian diri. Hal ini tampak dari banyaknya keluhan remaja yang disampaikan
dalam rubrik-rubrik konsultasi kesehatan ataupun psikologi dan dapat juga diketahui
dari berbagai berita atau ulasan mengenai masalah dan penyimpangan remaja.
Permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan diri remaja antara lain
berupa :
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia semenjak lahir sampai usia akhir dari kehidupan,
seseorang selalu mengalami perubahan baik dalam pertumbuhan maupun
perkembangannya, yang biasanya disebut sebagai tahapan usia dalam jenjang
kehidupan manusia. Perkembangan tersebut akan melalui suatu tahapan, dimana
tahapan tersebut atribut-atribut sebagai masa kanak-kanak harus sudah ditinggalkan
menuju ke masa yang disebut sebagai masa remaja. Banyak orang mendefinisikan
masa remaja sebagai masa yang sangat menyenangkan dalam kehidupan, masa yang
penuh rasa bahagia, tidak sedikit waktu yang terlewati diisi dengan hal-hal yang
dirasakannya membawa kepuasan tersendiri bagi kaum remaja. Tapi pada
kenyatannya tidak semua remaja setuju dengan pendapat tersebut, bahkan pada masa
ini banyak persoalan-persoalan yang timbul, sehingga mau tidak mau remaja harus
mengahadapinya dan menyelesaikan persoalan tersebut.
Remaja sebagai masa peralihan yang terjadi pada setiap individu dari masa
anak-anak menuju masa dewasa, dimana masa yang harus dilewati dari dunia yang
membedakan antara kanak-kanak dengan tahapan selanjutnya yaitu remaja. Banyak
perubahan dalam beberapa hal yang dialami pada masa tersebut yaitu perubahan
secara fisik, perubahan psikis dan interaksi sosialnya. Dari perubahan-perubahan
tersebut biasanya membawa dampak-dampak tertentu dan biasanya menjadi sebab
timbulnya kegoncangan-kegoncangan batin remaja tersebut. Masa remaja juga
disebut sebagai masa yang sangat peka bagi perkembangan penyesuaian diri baik
dengan individu maupun dengan lingkungan sosial. Apabila individu remaja dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya secara efektif akan
membawa dampak positif bagi pertumbuhan pribadinya kearah masa dewasa dan
lebih mantap.
Perkembangan menuju kearah masa pubertas, perubahan fisik remaja akan
sangat mempengaruhi pandangan mengenai citra raganya, menurut remaja citra raga
tersebut merupakan faktor yang penting dan berpengaruh terhadap pembentukan pola
perilaku remaja. Jersild (dalam Hardy, 1985) menyatakan dari hasil penelitiannya
menunjukkan pada saat remaja ditanyai mengenai apa yang tidak disukai tentang diri
remaja, sedikit sekali remaja yang mengungkapkan mengenai kemampuan
kemampuan mereka seperti halnya prestasi-prestasi yang membanggakan namun
yang banyak diungkapkan oleh remaja tersebut lebih dari enam puluh pesen remaja
menyatakan bahwa penampilan fisiknya lebih penting dan paling banyak
diungkapkan. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Gunarso dan Gunarso (1981),
bahwa penampilan fisik mempunyai banyak pengaruh pada penampilan diri remaja
jika dibandingkan dengan kemampuan intelektualnya.
Citra raga itu sendiri sebenarnya dibentuk dalam pikiran, hal ini dimaksudkan
untuk menggambarkan penampilan fisik bagi diri sendiri yang meliputi perasaan-
perasaan tentang fisik seperti halnya mengenai kuat atau lemah, tinggi atau pendek,
cantik atau jelek dan lain sebagainya. Penilaian mengenai fisik memang merupakan
hal yang bersifat relatif. Di samping remaja dapat menilai keberadaan fisik mereka
sendiri, remaja juga dapat mengukur respon dan pendapat lingkungan terhadap diri
mereka. Sikap menilai terhadap tubuh sendiri sebagian dibentuk oleh norma-norma
budaya, siapa saja yang sangat jauh dari gambaran tersebut cenderung kecewa
terhadap tubuh mereka sendiri. Dengan demikian citra raga merupakan gambaran
fisik seseorang yang meliputi penampilan dan figur diri dalam pengamatan orang lain
(Gardner, 1996).
Timbulnya sikap positif pada diri remaja akan kepuasan yang diperoleh dari
citra fisik yang sangat diidamkan dapat diwujudkan dalam rasa percaya diri,
keyakinan diri yang kuat dan konsep mengenai diri yang sehat. Hal senada juga
dikatakan oleh Noles dkk. (1985), bahwa rasa puas mengenai citra gayanya
berhubungan dengan rasa kebahagiaan. Selanjutnya dari adanya rasa puas itu sendiri
yang nantinya mewujudkan konsep diri yang sehat sehingga akan berpengaruh
terhadap rasa aman baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dunia luarnya.
Selain berpengaruh terhadap rasa aman dan rasa puas juga dapat menimbulkan sikap
positif yang diekspresikan dalam percaya diri, keyakinan diri, dan konsep diri yang
sehat (Hurlock, 1993; Wadhani, 1999). Apabila dalam diri remaja tidak ditemui citra
raga yang positif akan menimbulkan perasaan tidak puas tubuhnya, timbulnya
perasaan kecewa (Scheiver & Carver dalam Higgins, 1986), sulit menerima apa
adanya (Jersild, 1979; Fuhrman, 1990), timbulnya rasa malu (Cooley dalam Higgins,
1986), peka terhadap kritik dan responsive terhadap pujian, pesimis (Books &
Emmert, dalam Rakhmat, 1989), menyangka orang lain tidak menyukai dirinya dan
hal tersebut akan menimbulkan konsep diri yang kurang baik serta kurangnya harga
diri (Hurlock, 1993).
Masa remaja juga disebut sebagai masa perubahan fisik, mental atau
psikologis serta perubahan dalam sosialnya. Dari perubahan-perubahan tersebut,
perubahan fisik sering mengalami ketidakseimbangan sehingga akan mempengaruhi
kesejahteraan mental remaja (Graber, Brooks-Gnn, Paikof, dan Warren, 1994). Tidak
sedikit remaja yang menghadapi perubahan-perubahan fisiknya sebagai suatu hal
yang aneh dan kadang-kadang membuat remaja menjadi bingung. Dari pernyataan
mengenai fisiknya sering merupakan suatu masalah, seperti halnya apakah mereka
cukup tampan serta menarik jika dibandingkan dengan teman sebaya lainnya, atau
mereka sudah merasa pas dalam penampilan di lingkungannya yang sesuai dengan
norma-norma budaya yang berlaku.
Penyesuaian diri diartikan sebagai usaha yang dilakukan individu untuk
mengatasi segala permasalahan, baik masalah yang berasal dari dalam dirinya seperti
dorongan-dorongan yang harus dipuaskan maupun masalah yang timbul karena faktor
dari luar dirinya seperti tuntutan-tuntutan lingkungan. Dalam melakukan penyesuaian
diri ada remaja yang dapat melakukannya secara baik dan berhasil, tetapi ada pula
yang menemui kegagalan. Remaja yang berhasil dalam mengatasi masalahnya, akan
terlepas dari rasa kecewa dan terlepas dari ketegangan dan konflik-konflik batin.
Sebaliknya kegagalan remaja dalam mengatasi masalahnya akan menimbulkan
kekecewaan, sehingga hal tersebut akan mengganggu kestabilan psikisnya.
Berdasarkanpengamatandalam kehidupan sehari-hari,kenyataan
memperlihatkan bahwa tidak semua remaja berhasil atau mampu melakukan
penyesuaian diri. Hal ini tampak dari banyaknya keluhan remaja yang disampaikan
dalam rubrik-rubrik konsultasi kesehatan ataupun psikologi dan dapat juga diketahui
dari berbagai berita atau ulasan mengenai masalah dan penyimpangan remaja.
Permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan diri remaja antara lain
berupa :