BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur dalam organisasi yang
mempunyai peranan penting, dimana maju-mundurnya organisasi tergantung pada
peran yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di dalamnya. Manusia
memiliki kecakapan,ketrampilan dan pengetahuan serta mempunyai kemampuan
untuk belajar dan berkembang yang sangat penting perananya.Karena secanggih
apapun sarana kerja tanpa adanya fungsi tenaga kerja manusia, maka tidak akan
berarti keberadaan perusahaan itu (As’ad, 1991).
Penekanan perhatian pada faktor manusia dalam organisasi, bukan berarti
bahwa bukan faktor-faktor lain tidak memegang peranan penting, karena berbagai
faktor yang diperlukan dalam organisasi saling menunjang dan melengkapi atau
dengan kata lain bersinergi antara satu dengan lainya.
Kesesuaian antara perusahaan dengan pekerja sangat perlu, perusahaan
tidak boleh mengabaikan kepentingan pekerja. Pekerja, selain merupakan unsur
pelaksana daripada kebijakan-kebijakan dalam organisasi, mereka juga
merupakan makhluk yang mempunyai pikiran perasaan, kebutuhan serta harapan-
harapan tertentu. Hal ini sangat memerlukan perhatian tersendiri karena faktor-
faktor tersebut akan mempengaruhi kinerja, dedikasi dan kecintaan terhadap
pekerjaan dan organisasi.
Usaha yang dilakukan manusia melalui organisasi termasuk dalam bentuk
perusahaan, pada dasarnya tertuju pada pemenuhan kebutuhan sebagai manusia.
Dengan kata lain, untuk dapat hidup layak secara manusiawi berdasarkan hakekat
kemanusiaannya, manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dan hal
tersebut hanya dapat dilakukan dengan cara bekerja.
Pada dasarnya manusia bekerja untuk mencukupi kebutuhan, dalam
pemenuhan kebutuhan tiap orang selalu berbeda-beda. Namun pada intinya ada
kesamaan yaitu kebutuhan sosial, kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis.
Begitu juga yang terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Setiap individu
yang memasuki suatu organisasi kerja membawa sejumlah harapan dalam dirinya
misalnya upah, status, pekerjaan, lingkungan sosial dan pengembangan dirinya.
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan itu merupakan persyaratan penting
untuk kelangsungannya bekerja pada perusahaan. Upaya individu untuk dapat
memenuhi sejumlah harapan maupun kebutuhannya tersebut membutuhkan
perilaku-perilaku tertentu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya.
Hal ini seperti yang diungkapkan Mobley (1986) yang menyebutkan bahwa proses
memasuki organisasi adalah proses menyesuaikan individu dan organisasi. Agar
penyesuaian ini efektif individu dan organisasi harus terlibat secara aktif,
ketidakefektifan penyesuaian ini akan mengakibatkan perilaku menarik diri pada
individu dari organisasi atau sering disebut dengan turn over.
Pergantian karyawan atau turn over merupakan masalah yang dihadapi
para pengusaha sejak dahulu. Kondisi kerja yang buruk, upah yang rendah, serta
tiadanya jaminan sosial merupakan penyebab utama timbulnya turn over pada
waktu itu (dalam Sunarso, 1991).
Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai demi
kemajuan perusahaan tersebut, untuk dapat mencapai tujuan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari aktifitas orang-orang yang menjadi anggotanya sehingga
diperlukan karyawan yang berkualitas yang merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan kerja. Karyawan dengan pekerjaan harus ada
kesesuaian. Bila karyawan tidak merasa sesuai, karyawan cepat bosan dan kurang
bergairah maka akibatnya ia akan melakukan turn over yaitu berpindah ke
perusahaan lain (Rindiani,2002).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan turn over karyawan, misalnya
kondisi dan lingkungan tempat kerja, kurang terbukanya kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan berkurangnya perhatian dari atasan, sehingga
hubungan antar manusia dalam perusahaan adalah penting. Hubungan yang
manusiawi antar manusia dalam sebuah perusahaan dikenal dengan human
relations. Human relations meliputi hubungan antara karyawan yang satu dengan
yang lain dan hubungan antara karyawan dengan pimpinan.
Human relations dalam perusahaan adalah segala hubungan yang formal
maupun informal yang dijalankan oleh atasan terhadap bawahan dalam usaha
untuk memupuk kerjasama yang intim dan selaras guna mencapai tujuan Scott
(dalam Banowati, 2000).
Pemahaman dan perhatian dari pihak perusahaan pada diri para karyawan
sangat diperlukan. Dengan mengenal diri karyawan maka pihak perusahaan akan
lebih jelas dan mudah dalam menentukan kebijakan kerja serta dapat memenuhi
kebutuhan diri para karyawan sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak hanya untuk mengejar upah yang tinggi
tetapi juga kebutuhan untuk dihormati dan dihargai secara wajar oleh orang lain.
Kebutuhan untuk dapat dihormati ini dapat terwujud bila melakukan hubungan
komunikasi yang baik terhadap semua anggota organisasi atau perusahaan. Oleh
karena itu maka dalam bekerja karyawan perlu menjalin human relations yang
hangat dengan orang-orang yang ada di sekitar tempat kerjanya. Stringer (1979),
mengatakan bahwa keinginan karyawan untuk dihargai dan merasa dibutuhkan
dapat dipenuhi bilamana terjadi hubungan komunikasi yang baik dan efektif
antara atasan dan bawahan, karyawan dengan karyawan.
Karyawan tidak hanya diperlakukan sebagai alat kerja juga perlu
diperhatikan segi kemanusiaannya. Manusia bekerja mendapatkan uang dan gaji
yang tinggi bukanlah faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan prestasi kerja.
Dalam hal ini karyawan dalam perusahaan perlu diperhatikan kebutuhan sosial
atau psikologisnya guna mengurangi stres kerja.
Ada perusahaan yang kurang memperhatikan keselarasan kebutuhan dan
harapan perusahaan dengan kebutuhan individu karyawan sebagai suatu kontrak
psikis. Hal yang demikian menyebabkan adanya ketidaksesuaian pekerjaan dan
terjadi ketimpangan antara tuntutan pekerjaan dengan potensi atau kemampuan
diri dan human relations didalam lingkungan kerja yang buruk sehingga
menyebabkan kegagalan selalu mengancamnya.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan timbul pertanyaan
“Apakah ada hubungan antara human relations dengan intensi turn over pada
karyawan”. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Antara Human Relations dengan Intensi Turn Over
Pada Karyawan”.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menyelidiki, antara lain:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur dalam organisasi yang
mempunyai peranan penting, dimana maju-mundurnya organisasi tergantung pada
peran yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di dalamnya. Manusia
memiliki kecakapan,ketrampilan dan pengetahuan serta mempunyai kemampuan
untuk belajar dan berkembang yang sangat penting perananya.Karena secanggih
apapun sarana kerja tanpa adanya fungsi tenaga kerja manusia, maka tidak akan
berarti keberadaan perusahaan itu (As’ad, 1991).
Penekanan perhatian pada faktor manusia dalam organisasi, bukan berarti
bahwa bukan faktor-faktor lain tidak memegang peranan penting, karena berbagai
faktor yang diperlukan dalam organisasi saling menunjang dan melengkapi atau
dengan kata lain bersinergi antara satu dengan lainya.
Kesesuaian antara perusahaan dengan pekerja sangat perlu, perusahaan
tidak boleh mengabaikan kepentingan pekerja. Pekerja, selain merupakan unsur
pelaksana daripada kebijakan-kebijakan dalam organisasi, mereka juga
merupakan makhluk yang mempunyai pikiran perasaan, kebutuhan serta harapan-
harapan tertentu. Hal ini sangat memerlukan perhatian tersendiri karena faktor-
faktor tersebut akan mempengaruhi kinerja, dedikasi dan kecintaan terhadap
pekerjaan dan organisasi.
Usaha yang dilakukan manusia melalui organisasi termasuk dalam bentuk
perusahaan, pada dasarnya tertuju pada pemenuhan kebutuhan sebagai manusia.
Dengan kata lain, untuk dapat hidup layak secara manusiawi berdasarkan hakekat
kemanusiaannya, manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dan hal
tersebut hanya dapat dilakukan dengan cara bekerja.
Pada dasarnya manusia bekerja untuk mencukupi kebutuhan, dalam
pemenuhan kebutuhan tiap orang selalu berbeda-beda. Namun pada intinya ada
kesamaan yaitu kebutuhan sosial, kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis.
Begitu juga yang terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Setiap individu
yang memasuki suatu organisasi kerja membawa sejumlah harapan dalam dirinya
misalnya upah, status, pekerjaan, lingkungan sosial dan pengembangan dirinya.
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan itu merupakan persyaratan penting
untuk kelangsungannya bekerja pada perusahaan. Upaya individu untuk dapat
memenuhi sejumlah harapan maupun kebutuhannya tersebut membutuhkan
perilaku-perilaku tertentu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya.
Hal ini seperti yang diungkapkan Mobley (1986) yang menyebutkan bahwa proses
memasuki organisasi adalah proses menyesuaikan individu dan organisasi. Agar
penyesuaian ini efektif individu dan organisasi harus terlibat secara aktif,
ketidakefektifan penyesuaian ini akan mengakibatkan perilaku menarik diri pada
individu dari organisasi atau sering disebut dengan turn over.
Pergantian karyawan atau turn over merupakan masalah yang dihadapi
para pengusaha sejak dahulu. Kondisi kerja yang buruk, upah yang rendah, serta
tiadanya jaminan sosial merupakan penyebab utama timbulnya turn over pada
waktu itu (dalam Sunarso, 1991).
Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai demi
kemajuan perusahaan tersebut, untuk dapat mencapai tujuan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari aktifitas orang-orang yang menjadi anggotanya sehingga
diperlukan karyawan yang berkualitas yang merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan kerja. Karyawan dengan pekerjaan harus ada
kesesuaian. Bila karyawan tidak merasa sesuai, karyawan cepat bosan dan kurang
bergairah maka akibatnya ia akan melakukan turn over yaitu berpindah ke
perusahaan lain (Rindiani,2002).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan turn over karyawan, misalnya
kondisi dan lingkungan tempat kerja, kurang terbukanya kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan berkurangnya perhatian dari atasan, sehingga
hubungan antar manusia dalam perusahaan adalah penting. Hubungan yang
manusiawi antar manusia dalam sebuah perusahaan dikenal dengan human
relations. Human relations meliputi hubungan antara karyawan yang satu dengan
yang lain dan hubungan antara karyawan dengan pimpinan.
Human relations dalam perusahaan adalah segala hubungan yang formal
maupun informal yang dijalankan oleh atasan terhadap bawahan dalam usaha
untuk memupuk kerjasama yang intim dan selaras guna mencapai tujuan Scott
(dalam Banowati, 2000).
Pemahaman dan perhatian dari pihak perusahaan pada diri para karyawan
sangat diperlukan. Dengan mengenal diri karyawan maka pihak perusahaan akan
lebih jelas dan mudah dalam menentukan kebijakan kerja serta dapat memenuhi
kebutuhan diri para karyawan sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak hanya untuk mengejar upah yang tinggi
tetapi juga kebutuhan untuk dihormati dan dihargai secara wajar oleh orang lain.
Kebutuhan untuk dapat dihormati ini dapat terwujud bila melakukan hubungan
komunikasi yang baik terhadap semua anggota organisasi atau perusahaan. Oleh
karena itu maka dalam bekerja karyawan perlu menjalin human relations yang
hangat dengan orang-orang yang ada di sekitar tempat kerjanya. Stringer (1979),
mengatakan bahwa keinginan karyawan untuk dihargai dan merasa dibutuhkan
dapat dipenuhi bilamana terjadi hubungan komunikasi yang baik dan efektif
antara atasan dan bawahan, karyawan dengan karyawan.
Karyawan tidak hanya diperlakukan sebagai alat kerja juga perlu
diperhatikan segi kemanusiaannya. Manusia bekerja mendapatkan uang dan gaji
yang tinggi bukanlah faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan prestasi kerja.
Dalam hal ini karyawan dalam perusahaan perlu diperhatikan kebutuhan sosial
atau psikologisnya guna mengurangi stres kerja.
Ada perusahaan yang kurang memperhatikan keselarasan kebutuhan dan
harapan perusahaan dengan kebutuhan individu karyawan sebagai suatu kontrak
psikis. Hal yang demikian menyebabkan adanya ketidaksesuaian pekerjaan dan
terjadi ketimpangan antara tuntutan pekerjaan dengan potensi atau kemampuan
diri dan human relations didalam lingkungan kerja yang buruk sehingga
menyebabkan kegagalan selalu mengancamnya.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan timbul pertanyaan
“Apakah ada hubungan antara human relations dengan intensi turn over pada
karyawan”. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Antara Human Relations dengan Intensi Turn Over
Pada Karyawan”.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menyelidiki, antara lain: