BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan peradaban dunia membawa dampak positif bagi manusia.
Namun di balik itu, dampak negatifpun tidak henti-hentinya mengancam. Salah
satu dampak negatif dari kemajuan atau yang kerap disebut sebagai modernisme
adalah timbulnya sifat konsumerisme. Kebutuhan hidup manusia semakin
bertambah seiring dengan kamajuan jaman sehingga orang dituntut untuk terus
bekerja keras agar dapat memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi.
Tuntutan kehidupan yang semakin berat menjadikan orang semakin takut
menghadapi kenyataan. Banyak sekali keinginan yang timbul karena godaan akan
modernitas sedemikian besar. Namun tidak selamanya keinginan dapat terpenuhi,
sehingga menyebabkan orang menjadi kecewa dan putus asa. Kekecewaan dan
keputusasaan yang terakumulasi, pada gilirannya dapat memicu timbulnya
kecenderungan depresi. Lahaye (1985) menyebutkan salah satu yang menjadi
penyebab depresi adalah adanya kekecewaan karena tujuan-tujuan yang tidak
tercapai. Individu yang mengalami kegagalan ini akan menemui kesulitan dalam
hidupnya, hal ini tidak mustahil akan mengalami depresi dan keputusasaan yang
akan mempengaruhi keadaan emosi seseorang, yakni ketidakstabilan emosi dan
ketidakstabilan ini akan mengganggu kegiatan seseorang dalan bekerja atau
bergaul (Hidayati dalam Henri, 1995).
Pengetahuan tentang depresi sudah ada sejak 400 tahun sebelum masehi
yang dimulai oleh Hipokratus, akan tetapi sampai sekarang pengetahuan tentang
penyakit ini belum berkembang secara nyata. Penyakit depresi sendiri bersifat
universal dan mempunyai prevalensi yang tinggi, dan akan terus berkembang baik
dalam jumlah maupun macam atau kualitasnya (Prawirohusodo, 1989).
Orang yang mandiri umumnya percaya bahwa keberhasilan dan kegagalan
tergantung pada diri sendiri. Sebaliknya, orang yang tidak atau kurang mandiri,
bila dihadapkan pada situasi yang tidak mengenakkan, akan menganggap bahwa
situasi itu akibat faktor di luar dirinya (Powell, 1983), sehingga menjadikan
tertekan, tidak mampu berbuat apapun untuk mengubahnya, dan cenderung untuk
depresi.
Depresi berbeda dengan kesedihan biasa. Perbedaan ini terletak pada
intensitas dan masa berlangsungnya, sehingga kesedihan dapat menjurus ke arah
depresi. Beck (dalam Stevia, 1992) mengemukakan bahwa ada suatu perasaan
yang dialami oleh individu yang mengalami kesedihan dan depresi, yaitu isi
pikiran mereka didominasi oleh konsep kehilangan atau suatu yang bermakna
telah hilang. Hilangnya sesuatu yang berarti sangat mempengaruhi pola pikir dan
dapat membawa kesedihan di dalam depresi. Bila yang dianggap hilang adalah
sesuatu yang sangat berpengaruh bagi kebahagiannya.
Dikatakan Beck (dalam Burn’s, 1988) bahwa kondisi mental yang negatif
akan pesimistik dapat mempengaruhi sesuatu hati, motivasi dan hubungan dengan
lain serta menyebabkan timbulnya berbagai segala psikis dan fisik yang khas.
Diungkapkan juga bahwa lebih dari 80% penderita dapat dinyatakan
ketidaksukaannya pada diri sendiri dan menggambarkan diri mereka yang ditandai
dengan 4D, yaitu defeated (gagal), defective (kurang), deserted (tersingkir),
deprived (miskin).
Selanjutnya (Beck, 1979) berpendapat bahwa depresi secara awam dikenal
masyarakat sebagai gangguan mental berbeda dengan kesedihan biasa. Perbedaan
ini tertekan pada intensitas dan lainnya. Apabila integritas kesedihan yang
mendalam dan berlangsung lama, maka kesedihan sudah menjurus ke depresi.
Depresi, kalau dibiarkan berlarut-larut akan merusak kesehatan jiwa,
apalagi bila depresi ini terjadi pada remaja yang merupakan calon-calon penerus
generasi bangsa. Hal ini dikarenakan remaja sebagai calon generasi penerus
bangsa diharapkan dapat ikut serta mengisi pembangunan. Agar remaja dapat ikut
aktif mengisi pembangunan maka perlu ditingkatkan kualitas kepribadiannya.
Salah satu unsur kepribadian yang penting adalah kemandirian.
Perilaku mandiri secara sosial dan psikologis dianggap penting karena
dalam hubungannya dengan orang lain. Tanpa berperilaku mandiri individu tidak
mungkin dapat mempengaruhi lingkungan tetapi sebaliknya ia akan banyak
menerima pengaruh dari lingkungan dan pada akhirnya akan dikuasai oleh
lingkungan. Dengan demikian maka perilaku mandiri merupakan modal dasar
bagi individu untuk dapat berprestasi dan berkreasi. Perilaku mandiri juga
merupakan modal bagi setiap individu untuk mengahadapi permasalahannya.
Alwi (1985) mengungkapkan bahwa kemandirian merupakan aspek kualitas non
fisik yang menjadikan seseorang mampu mencari sendiri pemecahan masalahnya.
Perilaku Mandiri sangat penting dimiliki oleh individu agar mantap dalam
bersikap dan melaksanakan tugas, tidak tergantung pada orang lain dan
bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya (Anggraeni, 1998). Perilaku
mandiri merupakan aspek kepribadian yang penting bagi individu dalam
mengahadapi kehidupan dan turut menentukan individu dalam menghadapi dan
berhubungan dengan lingkungannya.
Pada dasarnya perilaku mandiri sangat diperlukan bagi orang dewasa,
remaja maupun anak-anak. Perilaku mandiri merupakan sifat yang diinginkan
setiap orang, karena dengan perilaku mandiri individu mampu mengembangkan
mengembangkan sikap kritis terhadap kekuasaan yang datang dari luar dirinya,
tidak saja menerima kekuatan melainkan memikirkan juga kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi, sehingga di dalam memutuskan sesuatu yang akan
dilakukan akan memutuskan secara bebas, artinya tidak dipengaruhi oleh orang
lain (Bower dalam Widodo, 2000).
Individu yang mandiri adalah individu yang mampu melakukan sesuatu
atas dasar dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh
ketekunan serta keinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain,
mampu berpikir dan bertindak original, mampu mengatasi masalah yang dihadapi,
mampu mengendalikan emosi dan tindakan, mampu mempengaruhi lingkungan,
mempunyai rasa percaya diri dan merasa puas atas dasar usaha sendiri (Masrun,
1986).
Masa remaja akhir, sudah memiliki kemandirian yang mantap sehigga
mampu menyelesaikan segala masalah yang datang padanya dan terhindar dari
segala gangguan-gangguan jiwa. Akan tetapi kenyataannya masih banyak remaja
menderita depresi yang cukup tinggi, oleh karena itu perlu diperhatikan dan
ditangani segera mengingat akibat negatif yang mungkin menyertai depresi pada
remaja (Nuryoto, 1992).
Suhamidjaya (1980) menyatakan bahwa faktor pendukung dalam
kemandirian seseorang adalah gabungan antara faktor intern dan faktor ekstern
yang masing-masing faktor tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang
lain.
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan
sebagai berikut: “apakah ada hubungan antara kemandirian dengan
kecenderungan depresi?” Berdasarkan permasalahan di atas, judul penelitian ini
adalah: ”Hubungan antara Kemandirian dengan Kecenderungan Depresi.”
B. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan kecenderungan
depresi.
b. Untuk mengetahui tingkat kemandirian pada subjek.
c. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan depresi pada subjek.
d. Untuk mengetahui peranan kemandirian terhadap kecenderungan depresi.
C. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat ditarik manfaat bagi baik secara teoris
maupun praktis.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan peradaban dunia membawa dampak positif bagi manusia.
Namun di balik itu, dampak negatifpun tidak henti-hentinya mengancam. Salah
satu dampak negatif dari kemajuan atau yang kerap disebut sebagai modernisme
adalah timbulnya sifat konsumerisme. Kebutuhan hidup manusia semakin
bertambah seiring dengan kamajuan jaman sehingga orang dituntut untuk terus
bekerja keras agar dapat memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi.
Tuntutan kehidupan yang semakin berat menjadikan orang semakin takut
menghadapi kenyataan. Banyak sekali keinginan yang timbul karena godaan akan
modernitas sedemikian besar. Namun tidak selamanya keinginan dapat terpenuhi,
sehingga menyebabkan orang menjadi kecewa dan putus asa. Kekecewaan dan
keputusasaan yang terakumulasi, pada gilirannya dapat memicu timbulnya
kecenderungan depresi. Lahaye (1985) menyebutkan salah satu yang menjadi
penyebab depresi adalah adanya kekecewaan karena tujuan-tujuan yang tidak
tercapai. Individu yang mengalami kegagalan ini akan menemui kesulitan dalam
hidupnya, hal ini tidak mustahil akan mengalami depresi dan keputusasaan yang
akan mempengaruhi keadaan emosi seseorang, yakni ketidakstabilan emosi dan
ketidakstabilan ini akan mengganggu kegiatan seseorang dalan bekerja atau
bergaul (Hidayati dalam Henri, 1995).
Pengetahuan tentang depresi sudah ada sejak 400 tahun sebelum masehi
yang dimulai oleh Hipokratus, akan tetapi sampai sekarang pengetahuan tentang
penyakit ini belum berkembang secara nyata. Penyakit depresi sendiri bersifat
universal dan mempunyai prevalensi yang tinggi, dan akan terus berkembang baik
dalam jumlah maupun macam atau kualitasnya (Prawirohusodo, 1989).
Orang yang mandiri umumnya percaya bahwa keberhasilan dan kegagalan
tergantung pada diri sendiri. Sebaliknya, orang yang tidak atau kurang mandiri,
bila dihadapkan pada situasi yang tidak mengenakkan, akan menganggap bahwa
situasi itu akibat faktor di luar dirinya (Powell, 1983), sehingga menjadikan
tertekan, tidak mampu berbuat apapun untuk mengubahnya, dan cenderung untuk
depresi.
Depresi berbeda dengan kesedihan biasa. Perbedaan ini terletak pada
intensitas dan masa berlangsungnya, sehingga kesedihan dapat menjurus ke arah
depresi. Beck (dalam Stevia, 1992) mengemukakan bahwa ada suatu perasaan
yang dialami oleh individu yang mengalami kesedihan dan depresi, yaitu isi
pikiran mereka didominasi oleh konsep kehilangan atau suatu yang bermakna
telah hilang. Hilangnya sesuatu yang berarti sangat mempengaruhi pola pikir dan
dapat membawa kesedihan di dalam depresi. Bila yang dianggap hilang adalah
sesuatu yang sangat berpengaruh bagi kebahagiannya.
Dikatakan Beck (dalam Burn’s, 1988) bahwa kondisi mental yang negatif
akan pesimistik dapat mempengaruhi sesuatu hati, motivasi dan hubungan dengan
lain serta menyebabkan timbulnya berbagai segala psikis dan fisik yang khas.
Diungkapkan juga bahwa lebih dari 80% penderita dapat dinyatakan
ketidaksukaannya pada diri sendiri dan menggambarkan diri mereka yang ditandai
dengan 4D, yaitu defeated (gagal), defective (kurang), deserted (tersingkir),
deprived (miskin).
Selanjutnya (Beck, 1979) berpendapat bahwa depresi secara awam dikenal
masyarakat sebagai gangguan mental berbeda dengan kesedihan biasa. Perbedaan
ini tertekan pada intensitas dan lainnya. Apabila integritas kesedihan yang
mendalam dan berlangsung lama, maka kesedihan sudah menjurus ke depresi.
Depresi, kalau dibiarkan berlarut-larut akan merusak kesehatan jiwa,
apalagi bila depresi ini terjadi pada remaja yang merupakan calon-calon penerus
generasi bangsa. Hal ini dikarenakan remaja sebagai calon generasi penerus
bangsa diharapkan dapat ikut serta mengisi pembangunan. Agar remaja dapat ikut
aktif mengisi pembangunan maka perlu ditingkatkan kualitas kepribadiannya.
Salah satu unsur kepribadian yang penting adalah kemandirian.
Perilaku mandiri secara sosial dan psikologis dianggap penting karena
dalam hubungannya dengan orang lain. Tanpa berperilaku mandiri individu tidak
mungkin dapat mempengaruhi lingkungan tetapi sebaliknya ia akan banyak
menerima pengaruh dari lingkungan dan pada akhirnya akan dikuasai oleh
lingkungan. Dengan demikian maka perilaku mandiri merupakan modal dasar
bagi individu untuk dapat berprestasi dan berkreasi. Perilaku mandiri juga
merupakan modal bagi setiap individu untuk mengahadapi permasalahannya.
Alwi (1985) mengungkapkan bahwa kemandirian merupakan aspek kualitas non
fisik yang menjadikan seseorang mampu mencari sendiri pemecahan masalahnya.
Perilaku Mandiri sangat penting dimiliki oleh individu agar mantap dalam
bersikap dan melaksanakan tugas, tidak tergantung pada orang lain dan
bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya (Anggraeni, 1998). Perilaku
mandiri merupakan aspek kepribadian yang penting bagi individu dalam
mengahadapi kehidupan dan turut menentukan individu dalam menghadapi dan
berhubungan dengan lingkungannya.
Pada dasarnya perilaku mandiri sangat diperlukan bagi orang dewasa,
remaja maupun anak-anak. Perilaku mandiri merupakan sifat yang diinginkan
setiap orang, karena dengan perilaku mandiri individu mampu mengembangkan
mengembangkan sikap kritis terhadap kekuasaan yang datang dari luar dirinya,
tidak saja menerima kekuatan melainkan memikirkan juga kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi, sehingga di dalam memutuskan sesuatu yang akan
dilakukan akan memutuskan secara bebas, artinya tidak dipengaruhi oleh orang
lain (Bower dalam Widodo, 2000).
Individu yang mandiri adalah individu yang mampu melakukan sesuatu
atas dasar dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh
ketekunan serta keinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain,
mampu berpikir dan bertindak original, mampu mengatasi masalah yang dihadapi,
mampu mengendalikan emosi dan tindakan, mampu mempengaruhi lingkungan,
mempunyai rasa percaya diri dan merasa puas atas dasar usaha sendiri (Masrun,
1986).
Masa remaja akhir, sudah memiliki kemandirian yang mantap sehigga
mampu menyelesaikan segala masalah yang datang padanya dan terhindar dari
segala gangguan-gangguan jiwa. Akan tetapi kenyataannya masih banyak remaja
menderita depresi yang cukup tinggi, oleh karena itu perlu diperhatikan dan
ditangani segera mengingat akibat negatif yang mungkin menyertai depresi pada
remaja (Nuryoto, 1992).
Suhamidjaya (1980) menyatakan bahwa faktor pendukung dalam
kemandirian seseorang adalah gabungan antara faktor intern dan faktor ekstern
yang masing-masing faktor tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang
lain.
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan
sebagai berikut: “apakah ada hubungan antara kemandirian dengan
kecenderungan depresi?” Berdasarkan permasalahan di atas, judul penelitian ini
adalah: ”Hubungan antara Kemandirian dengan Kecenderungan Depresi.”
B. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan kecenderungan
depresi.
b. Untuk mengetahui tingkat kemandirian pada subjek.
c. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan depresi pada subjek.
d. Untuk mengetahui peranan kemandirian terhadap kecenderungan depresi.
C. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat ditarik manfaat bagi baik secara teoris
maupun praktis.