BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap kehamilan secermat apapun direncanakan tetap akan memberi kejutan
baru bagi calon ibu. Apalagi bagi wanita yang baru mengalami kehamilan untuk
pertama kali. Kecemasan sering menyertai proses kehamilan tersebut karena banyak
perubahan yang akan dihadapi. Selain menghadapi perubahan baik fisiologis maupun
psikologis, wanita yang baru mengalami kehamilan pertama juga harus menghadapi
proses kelahiran dan perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup pada saat hamil
dan setelah mempunyai bayi terkadang sulit untuk diterima oleh calon ibu. Untuk itu
agar kehamilan dan melahirkan dapat berjalan lancar dan dapat dinikmati, perlu
persiapan baik secara fisik maupun mental.
Kehamilan merupakan peristiwa dan fase hidup yang paling istimewa dalam
kehidupan seorang calon ibu, karena sebentar lagi akan sempurna fungsinya dalam
keluarga. Seperti dikemukakan oleh Amran (1994), bahwa wanita diciptakan Tuhan
sebagai makhluk yang indah, yang berperasaan halus dan lembut. Kehalusan dan
kelembutan dibutuhkan untuk merawat dan mengasuh serta membina sebagaimana
fitrahnya.
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang membutuhkan perhatian ekstra,
karena banyak perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikis sehingga
perlu adanya kesiapan. Setiap ibu hamil akan merasakan perubahan pada
dirinya antara lain perubahan tubuh, yang meliputi keseluruhan organ baik yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Selain itu setiap ibu hamil juga akan
mengalami perubahan psikis, dimana pada wanita hamil bisanya menjadi lebih labil
dan emosional, ini menimbulkan kecemasan khususnya pada ibu hamil pertama.
Kehamilan dan kelahiran bayi pada umumnya memberikan arti emosional
yang sangat besar pada tiap wanita. Bersangkutan dengan peristiwa kehamilan
tersebut ada teori yang berpendapat bahwa calon ibu yang tengah hamil itu sering
dihinggapi keinginan-keinginan dan kebiasaan aneh-aneh. Bahkan ada yang
mempunyai keinginan yang irrasional. Peristiwa tersebut dalam bahasa Jawa disebut
“nyidam” dan pada umumnya hal tersebut dibarengi emosi-emosi dan dorongan-
dorongan yang sangat kuat (Kartono, 1992). Peristiwa ngidam dirangsang oleh
kebutuhan calon ibu yang menjadi sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Lebih-
lebih kalau keinginan tidak dipenuhi oleh suami. Kondisi ini semakin menjadi karena
pasangan suami istri mempercayai mitos bahwa jika wanita ngidam tidak dipenuhi,
maka kelak air liur anak akan keluar terus.
Pada kondisi tertentu individu dapat mengalami perasaan cemas terhadap
objek yang tidak jelas dan kecemasan merupakan reaksi negatif individu akibat
ketidakmampuan dan mengatasi konflik yang dialaminya. Kecemasan dan
ketakutan seringkali dibedakan dalam dua dimensi yaitu: (1) objek suatu ketakutan
biasanya mudah dispesifikasikan sedang objek kecemasan biasanya tidak,
(2) intensitas rasa takut itu sesuai dengan besar kecil ancaman, sedang intensitas
kecemasan seringkali jauh lebih besar daripada objek yang belum begitu jelas pula
(Davidoff, 1988).
Setiap ibu hamil yang akan melahirkan anak pertama akan lebih merasakan
kecemasan yang tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang sudah pernah
melahirkan anak pertamanya (Ambaryani, 2001). Kecemasan pada calon ibu
disebabkan adanya rasa takut terhadap kesehatan, usia kehamilan, kesulitan keuangan
dan masalah-msaalah pokok lain dalam kehidupan. Tingkat pengetahuan tentang
kehamilan dan proses persalinan juga turut menentukan besar kecilnya kecemasan
yang terjadi. Kondisi ini semakin menjadi ketika calon ibu percaya pada cerita
tahayul dan terpengaruh pada informasi-informasi tentang bayi dan kehamilan serta
masalah yang berkiatan dengannya, meskipun sumber informasi tersebut tidak jelas
bahkan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Kecemasan yang dialami calon ibu antara lain kecemasan terhadap keguguran
sehingga calon ibu akan terlalu mempermasalahkan kesehatan serta cemas akan
kondisi bayi. Kecemasan lain akan dirasakan calon ibu saat kehamilannya mendekati
waktu melahirkan. Ini dikarenakan perasaan tentang kondisi fisik (pinggul) terlalu
sempit atau kecil sehingga muncul ketakutan akan operasi caesar atau dengan
ekstraktor vacum. Di samping itu muncul juga kecemasan apabila bayi yang
dilahirkan cacat jasmani atau rohani, yang disebabkan oleh kesalahan atau dosa-dosa
yang pernah dilakukan di masa lampau (Kartono, 1992). Ketakutan akan dosa-dosa
tersebut merupakan hukuman dan kutukan pada diri sendiri maupun pada bayi yang
dilahirkan.
Menghadapi proses persalinan, calon ibu akan dilanda perasaan takut dan
cemas, bagaimana menghadapi kelahiran anaknya nanti. Kondisi tersebut apabila
dibiarkan terus menerus tidak akan baik bagi calon ibu. Rasa takut dan cemas yang
berlebihan jelas akan mengganggu konsentrasi dalam melakukan persiapan untuk
menghadapi persalinan, sehingga persiapan tidak dapat dilakukan secara optimal
apabila bagi calon ibu yang akan melahirkan anak pertamanya.
Kecemasan yang dialami calon ibu dalam menghadapi kelahiran anak
pertama dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi dengan kestabilan emosi.
Meichati (1987) mengartikan kestabilan emosi adalah kesanggupan untuk
menghadapi tekanan hidup baik ringan maupun berat serta dalam keadaan emosi yang
tetap baik. Kematangan emosional berdasarkan kesadaran yang mendalam terhadap
kebutuhan-kebutuhan, keinginan, cita-cita dan alam perasaannya serta terintegrasi
semuanya ke dalam suatu kepribadian yang pada dasarnya bulat dan harmonis yaitu
harmonis dalam ketegangan emosional.
Hasil wawancara awal (12 Oktober 2002) yang dilakukan pada wanita hamil
anak pertama, menunjukkan bahwa mayoritas mereka mengaku takut dan cemas
dalam menjalani masa-masa kehamilan, apalagi menghadapi kelahiran anaknya
kelak. Perasaan cemas terjadi bila ia membayangkan bagaimana kelak ia menghadapi
kelahiran anaknya. Hal ini dipengaruhi oleh makin meningkatnya sekresi hormon
adrenalin dan non adrenalin yang menyebabkan calon ibu merasa letih, badan terasa
lemas, sedih, sakit perut, pusing dan jantung berdebar. Hal ini sejalan dengan
pendapat Husada (1986) yang menyatakan bahwa pengalaman emosi yang tidak
menyenangkan dalam kadar yang bervariasi mulai perasaan cemas yang ringan
sampai ketakutan yang intensif, biasanya diiringi oleh perubahan-perubahan somatik,
fisiologik, autonomik, biokimiawi, hormonal, dan perilaku yang spesifik.
Daradjat (1994) mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu kondisi
prikologis individu berupa ketegangan, kegelisahan dan kekhawatiran, misalnya
kekhawatiran terhadap keluarga dan kesehatan. Kondisi seperti ini dapat muncul
karena pengalaman yang baru yang dapat menimbulkan ketegangan dan situasi yang
membawa pada kondisi cemas. Wanita hamil yang mengalami kecemasan dapat
disebabkan karena kurangnya perisapan menerima keadaan yang baru dan kurang
pengertian. Menurut Walgito (1983), pengalaman baru yang dihadapi dengan
kedewasaan, penuh pengertian yang disertai kematangan emosional tidak akan
menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan emosi yang stabil dan
sikap positif pada wanita untuk menghadapi kelahiran khususnya kelahiran anak
pertama yang merupakan pengalaman baru dalam hidupnya.
Kestabilan emosi sangat penting dalam mengendalikan kecemasan untuk
menghadapi kelahiran terutama untuk kelahiran anak pertama. Dengan kestabilan
emosi calon ibu akan mempunyai kemampuan untuk memberikan respon yang baik
dan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan diri sehingga akan mengurangi
kecemasan calon ibu yang sedang menuju kelahiran anak pertamanya.
Kematangan pribadi dan kestabilan emosi tidak diperoleh dari faktor bawaan
tetapi diperoleh dari pengalaman hidup, lingkungan dan juga dari faktor individu itu
sendiri. Adanya kestabilan emosi yang baik dan pribadi yang matang akan
menyebabkan rendahnya kecemasan pada calon ibu yang sedang menghadapi
kelahiran anak pertamanya, dan sebaliknya tidak adanya kestabilan emosi dan
kematangan pribadi akan menyebabkan makin meningkatnya kecemasan pada calon
ibu dalam menghadapi kelahiran anak pertamanya.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengajukan
rumusan masalah yaitu “Apakah ada hubungan antara kestabilan emosi dengan
kecemasan menghadapi kelahiran anak pertama ?. Dengan rumusan masalah tersebut
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian
berjudul ”Hubungan antara kestabilan emosi dengan kecemasan menghadapi
kelahiran anak pertama”.
B. Tujuan Penelitian
Dengan adanya latar belakang tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap kehamilan secermat apapun direncanakan tetap akan memberi kejutan
baru bagi calon ibu. Apalagi bagi wanita yang baru mengalami kehamilan untuk
pertama kali. Kecemasan sering menyertai proses kehamilan tersebut karena banyak
perubahan yang akan dihadapi. Selain menghadapi perubahan baik fisiologis maupun
psikologis, wanita yang baru mengalami kehamilan pertama juga harus menghadapi
proses kelahiran dan perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup pada saat hamil
dan setelah mempunyai bayi terkadang sulit untuk diterima oleh calon ibu. Untuk itu
agar kehamilan dan melahirkan dapat berjalan lancar dan dapat dinikmati, perlu
persiapan baik secara fisik maupun mental.
Kehamilan merupakan peristiwa dan fase hidup yang paling istimewa dalam
kehidupan seorang calon ibu, karena sebentar lagi akan sempurna fungsinya dalam
keluarga. Seperti dikemukakan oleh Amran (1994), bahwa wanita diciptakan Tuhan
sebagai makhluk yang indah, yang berperasaan halus dan lembut. Kehalusan dan
kelembutan dibutuhkan untuk merawat dan mengasuh serta membina sebagaimana
fitrahnya.
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang membutuhkan perhatian ekstra,
karena banyak perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikis sehingga
perlu adanya kesiapan. Setiap ibu hamil akan merasakan perubahan pada
dirinya antara lain perubahan tubuh, yang meliputi keseluruhan organ baik yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Selain itu setiap ibu hamil juga akan
mengalami perubahan psikis, dimana pada wanita hamil bisanya menjadi lebih labil
dan emosional, ini menimbulkan kecemasan khususnya pada ibu hamil pertama.
Kehamilan dan kelahiran bayi pada umumnya memberikan arti emosional
yang sangat besar pada tiap wanita. Bersangkutan dengan peristiwa kehamilan
tersebut ada teori yang berpendapat bahwa calon ibu yang tengah hamil itu sering
dihinggapi keinginan-keinginan dan kebiasaan aneh-aneh. Bahkan ada yang
mempunyai keinginan yang irrasional. Peristiwa tersebut dalam bahasa Jawa disebut
“nyidam” dan pada umumnya hal tersebut dibarengi emosi-emosi dan dorongan-
dorongan yang sangat kuat (Kartono, 1992). Peristiwa ngidam dirangsang oleh
kebutuhan calon ibu yang menjadi sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Lebih-
lebih kalau keinginan tidak dipenuhi oleh suami. Kondisi ini semakin menjadi karena
pasangan suami istri mempercayai mitos bahwa jika wanita ngidam tidak dipenuhi,
maka kelak air liur anak akan keluar terus.
Pada kondisi tertentu individu dapat mengalami perasaan cemas terhadap
objek yang tidak jelas dan kecemasan merupakan reaksi negatif individu akibat
ketidakmampuan dan mengatasi konflik yang dialaminya. Kecemasan dan
ketakutan seringkali dibedakan dalam dua dimensi yaitu: (1) objek suatu ketakutan
biasanya mudah dispesifikasikan sedang objek kecemasan biasanya tidak,
(2) intensitas rasa takut itu sesuai dengan besar kecil ancaman, sedang intensitas
kecemasan seringkali jauh lebih besar daripada objek yang belum begitu jelas pula
(Davidoff, 1988).
Setiap ibu hamil yang akan melahirkan anak pertama akan lebih merasakan
kecemasan yang tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang sudah pernah
melahirkan anak pertamanya (Ambaryani, 2001). Kecemasan pada calon ibu
disebabkan adanya rasa takut terhadap kesehatan, usia kehamilan, kesulitan keuangan
dan masalah-msaalah pokok lain dalam kehidupan. Tingkat pengetahuan tentang
kehamilan dan proses persalinan juga turut menentukan besar kecilnya kecemasan
yang terjadi. Kondisi ini semakin menjadi ketika calon ibu percaya pada cerita
tahayul dan terpengaruh pada informasi-informasi tentang bayi dan kehamilan serta
masalah yang berkiatan dengannya, meskipun sumber informasi tersebut tidak jelas
bahkan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Kecemasan yang dialami calon ibu antara lain kecemasan terhadap keguguran
sehingga calon ibu akan terlalu mempermasalahkan kesehatan serta cemas akan
kondisi bayi. Kecemasan lain akan dirasakan calon ibu saat kehamilannya mendekati
waktu melahirkan. Ini dikarenakan perasaan tentang kondisi fisik (pinggul) terlalu
sempit atau kecil sehingga muncul ketakutan akan operasi caesar atau dengan
ekstraktor vacum. Di samping itu muncul juga kecemasan apabila bayi yang
dilahirkan cacat jasmani atau rohani, yang disebabkan oleh kesalahan atau dosa-dosa
yang pernah dilakukan di masa lampau (Kartono, 1992). Ketakutan akan dosa-dosa
tersebut merupakan hukuman dan kutukan pada diri sendiri maupun pada bayi yang
dilahirkan.
Menghadapi proses persalinan, calon ibu akan dilanda perasaan takut dan
cemas, bagaimana menghadapi kelahiran anaknya nanti. Kondisi tersebut apabila
dibiarkan terus menerus tidak akan baik bagi calon ibu. Rasa takut dan cemas yang
berlebihan jelas akan mengganggu konsentrasi dalam melakukan persiapan untuk
menghadapi persalinan, sehingga persiapan tidak dapat dilakukan secara optimal
apabila bagi calon ibu yang akan melahirkan anak pertamanya.
Kecemasan yang dialami calon ibu dalam menghadapi kelahiran anak
pertama dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi dengan kestabilan emosi.
Meichati (1987) mengartikan kestabilan emosi adalah kesanggupan untuk
menghadapi tekanan hidup baik ringan maupun berat serta dalam keadaan emosi yang
tetap baik. Kematangan emosional berdasarkan kesadaran yang mendalam terhadap
kebutuhan-kebutuhan, keinginan, cita-cita dan alam perasaannya serta terintegrasi
semuanya ke dalam suatu kepribadian yang pada dasarnya bulat dan harmonis yaitu
harmonis dalam ketegangan emosional.
Hasil wawancara awal (12 Oktober 2002) yang dilakukan pada wanita hamil
anak pertama, menunjukkan bahwa mayoritas mereka mengaku takut dan cemas
dalam menjalani masa-masa kehamilan, apalagi menghadapi kelahiran anaknya
kelak. Perasaan cemas terjadi bila ia membayangkan bagaimana kelak ia menghadapi
kelahiran anaknya. Hal ini dipengaruhi oleh makin meningkatnya sekresi hormon
adrenalin dan non adrenalin yang menyebabkan calon ibu merasa letih, badan terasa
lemas, sedih, sakit perut, pusing dan jantung berdebar. Hal ini sejalan dengan
pendapat Husada (1986) yang menyatakan bahwa pengalaman emosi yang tidak
menyenangkan dalam kadar yang bervariasi mulai perasaan cemas yang ringan
sampai ketakutan yang intensif, biasanya diiringi oleh perubahan-perubahan somatik,
fisiologik, autonomik, biokimiawi, hormonal, dan perilaku yang spesifik.
Daradjat (1994) mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu kondisi
prikologis individu berupa ketegangan, kegelisahan dan kekhawatiran, misalnya
kekhawatiran terhadap keluarga dan kesehatan. Kondisi seperti ini dapat muncul
karena pengalaman yang baru yang dapat menimbulkan ketegangan dan situasi yang
membawa pada kondisi cemas. Wanita hamil yang mengalami kecemasan dapat
disebabkan karena kurangnya perisapan menerima keadaan yang baru dan kurang
pengertian. Menurut Walgito (1983), pengalaman baru yang dihadapi dengan
kedewasaan, penuh pengertian yang disertai kematangan emosional tidak akan
menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan emosi yang stabil dan
sikap positif pada wanita untuk menghadapi kelahiran khususnya kelahiran anak
pertama yang merupakan pengalaman baru dalam hidupnya.
Kestabilan emosi sangat penting dalam mengendalikan kecemasan untuk
menghadapi kelahiran terutama untuk kelahiran anak pertama. Dengan kestabilan
emosi calon ibu akan mempunyai kemampuan untuk memberikan respon yang baik
dan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan diri sehingga akan mengurangi
kecemasan calon ibu yang sedang menuju kelahiran anak pertamanya.
Kematangan pribadi dan kestabilan emosi tidak diperoleh dari faktor bawaan
tetapi diperoleh dari pengalaman hidup, lingkungan dan juga dari faktor individu itu
sendiri. Adanya kestabilan emosi yang baik dan pribadi yang matang akan
menyebabkan rendahnya kecemasan pada calon ibu yang sedang menghadapi
kelahiran anak pertamanya, dan sebaliknya tidak adanya kestabilan emosi dan
kematangan pribadi akan menyebabkan makin meningkatnya kecemasan pada calon
ibu dalam menghadapi kelahiran anak pertamanya.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengajukan
rumusan masalah yaitu “Apakah ada hubungan antara kestabilan emosi dengan
kecemasan menghadapi kelahiran anak pertama ?. Dengan rumusan masalah tersebut
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian
berjudul ”Hubungan antara kestabilan emosi dengan kecemasan menghadapi
kelahiran anak pertama”.
B. Tujuan Penelitian
Dengan adanya latar belakang tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan :