Abstrak
Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana
pada masa ini remaja sudah mulai belajar untuk bermasyarakat, remaja tidak akan lepas tanpa
kehadiran individu lain. Interaksi sosial adalah hubungan dua individu atau lebih dan bereaksi
terhadap pengaruh yang dirasakannya serta terjadi saling ketergantungan antar individu untuk
mencapai hasil-hasil yang positif untuk dapat diterima disebuah lingkungan baru.
Kemampuan dalam berinteraksi sosial ini tidak lepas dari kemampuan penerimaan diri yang
berarti seseorang menyadari, memahami dan menerima diri apa adanya dengan disertai
kemauan, keinginan dan kemampuan diri untuk senantiasa mengembangkan diri sehingga
dapat menjalani hidup dengan baik dan penuh tanggung jawab. Penerimaan diri
memungkinkan individu untuk memiliki dasar yang diperlukan agar seseorang bergaul
dengan baik terhadap teman sebaya, keluarga dan lingkungan sekitar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dengan
interaksi sosial serta untuk mengetahui sejauhmana peranan penerimaan diri terhadap
interaksi sosial pada remaja . Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara
penerimaan diri dengan interaksi sosial pada remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi SMU 2 Semarang dan pengambilan sampel pada penelitian ini dengan
menggunakan tehnik cluster random sampling, yaitu satuan sampel yang terdiri dari
kelompok-kelompok dimana dalam hal ini adalah kelas. Dalam penelitian ini subjek
penelitian terdiri dari 60 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan
menggunakan skala penerimaan diri dan skala interaksi sosial.
Tehnik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis product moment dari
Pearson dan berdasarkan hasil analisis data tersebut diperoleh r sebesar 0,618 dengan p
0,01, berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara penerimaan diri dengan
interaksi sosial pada remaja dengan sumbangan efektifnya (SE) yang didapat dari r2 sebesar
38,2% hal ini berarti pengaruh peranan penerimaan diri terhadap interaksi sosial pada remaja
cukup sedikit atau masih banyak faktor lain yang mempengaruhi. Subjek penelitian ini pada
umumnya memiliki penerimaan diri sedang yaitu dilihat dari perolehan mean empirik sebesar
89,68 yang lebih besar dari mean hipotetik sebesar 85, sedangkan tingkat interaksi sosial
yang dimiliki subjek tergolong tinggi yaitu ditunjukkan dengan mean empirik sebesar 91,95
yang lebih besar dari mean hipotetik sebesar 80. Adapun kesimpulan dari penelitian ini
adalah ada hubungan positif antara penerimaan diri dengan interaksi sosial . Artinya semakin
tinggi penerimaan diri pada subjek maka semakin tinggi interaksi sosialnya, semakin rendah
penerimaan diri maka semakin rendah interaksi sosial pada subjek, sehingga hipotesis dapat
diterima.
Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana
pada masa ini remaja sudah mulai belajar untuk bermasyarakat, remaja tidak akan lepas tanpa
kehadiran individu lain. Interaksi sosial adalah hubungan dua individu atau lebih dan bereaksi
terhadap pengaruh yang dirasakannya serta terjadi saling ketergantungan antar individu untuk
mencapai hasil-hasil yang positif untuk dapat diterima disebuah lingkungan baru.
Kemampuan dalam berinteraksi sosial ini tidak lepas dari kemampuan penerimaan diri yang
berarti seseorang menyadari, memahami dan menerima diri apa adanya dengan disertai
kemauan, keinginan dan kemampuan diri untuk senantiasa mengembangkan diri sehingga
dapat menjalani hidup dengan baik dan penuh tanggung jawab. Penerimaan diri
memungkinkan individu untuk memiliki dasar yang diperlukan agar seseorang bergaul
dengan baik terhadap teman sebaya, keluarga dan lingkungan sekitar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dengan
interaksi sosial serta untuk mengetahui sejauhmana peranan penerimaan diri terhadap
interaksi sosial pada remaja . Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara
penerimaan diri dengan interaksi sosial pada remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi SMU 2 Semarang dan pengambilan sampel pada penelitian ini dengan
menggunakan tehnik cluster random sampling, yaitu satuan sampel yang terdiri dari
kelompok-kelompok dimana dalam hal ini adalah kelas. Dalam penelitian ini subjek
penelitian terdiri dari 60 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan
menggunakan skala penerimaan diri dan skala interaksi sosial.
Tehnik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis product moment dari
Pearson dan berdasarkan hasil analisis data tersebut diperoleh r sebesar 0,618 dengan p
0,01, berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara penerimaan diri dengan
interaksi sosial pada remaja dengan sumbangan efektifnya (SE) yang didapat dari r2 sebesar
38,2% hal ini berarti pengaruh peranan penerimaan diri terhadap interaksi sosial pada remaja
cukup sedikit atau masih banyak faktor lain yang mempengaruhi. Subjek penelitian ini pada
umumnya memiliki penerimaan diri sedang yaitu dilihat dari perolehan mean empirik sebesar
89,68 yang lebih besar dari mean hipotetik sebesar 85, sedangkan tingkat interaksi sosial
yang dimiliki subjek tergolong tinggi yaitu ditunjukkan dengan mean empirik sebesar 91,95
yang lebih besar dari mean hipotetik sebesar 80. Adapun kesimpulan dari penelitian ini
adalah ada hubungan positif antara penerimaan diri dengan interaksi sosial . Artinya semakin
tinggi penerimaan diri pada subjek maka semakin tinggi interaksi sosialnya, semakin rendah
penerimaan diri maka semakin rendah interaksi sosial pada subjek, sehingga hipotesis dapat
diterima.