BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai harapan-harapan tentang
perkembangan atas dirinya di masa yang akan datang. Masa lalu telah menjadi
sejarah. Ia memberi banyak pelajaran tentang suatu hal. Sementara masa depan
masih belum bisa dipastikan. Masa lalu adalah peta tentang dari mana individu
tersebut dan masa depan merupakan wilayah tentang kemana individu tersebut.
Sehubungan hal tersebut biasanya timbul suatu pertanyaan pada diri seseorang
bagaimana dengan masa depannya, untuk itu setiap orang harus merasa optimis
dan memiliki semangat yang tinggi dalam mencapai kesuksesan.
Optimisme akan masa depan tidak dibangun di atas harapan utopis atau
impian kosong karena harapan dan impian akan kesuksesan bersifat gratis dan
bisa dimiliki oleh semua orang. Masa depan sulit diprediksi, hanya orang yang
mempunyai sikap optimis yang memandang masa depan dengan penuh semangat
dan harapan akan mampu meraih keberhasilan dan dapat mengembangkan diri
secara maksimal.
Setiap manusia akan selalu mempertanyakan masa depannya, bagaimana
dirinya nanti dan akan jadi apa kelak serta masih banyak cita-cita lain yang harus
diwujudkan. Disamping untuk kepuasan pribadi atau individu, tercapainya cita-
cita serta impian lebih menjadi lambang dari sebuah kesuksesan dan untuk
mencapai sebuah kesuksesan seorang individu harus mempunyai gambaran yang
jelas terhadap masa depannya, bersikap optimis serta mampu berfikir positif dan
mempunyai harapan yang lebih baik dalam menghadapi segala sesuatu, khususnya
terhadap masa depan yang mencakup semua bidang baik pendidikan, pekerjaan,
kesehatan.
Keberhasilan akan diperoleh jika seseorang bekerja dengan giat, salah
satunya dengan melalui jalur pendidikan. Pendidikan selalu bertumpu pada suatu
wawasan kesejarahan, yakni pengalaman-pengalaman masa lampau, kenyataan
dan kebutuhan mendesak masa kini dan aspirasi serta harapan masa depan.
Melalui pendidikan setiap individu akan melestarikan nilai-nilai luhur sosial
kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalam sejarah bangsa tersebut,
serta dapat menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam
maupun tuntutan karena pengaruh dari luar individu yang bersangkutan sehingga
dapat merencanakan kehidupan sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan
di masa depan.
Dalam UU-RI No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 telah ditetapkan antara lain bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan bagi perananya di masa datang.
Pendidikan formal atau sekolah merupakan lingkungan artifisial yang
sengaja diciptakan untuk membina individu ke arah tujuan tertentu, khususnya
untuk memberikan kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal kehidupannya
dikemudian hari. Individu dalam proses pendidikan diharapkan mempunyai
persepsi positif terhadap pendidikan formal yang dilaluinya supaya individu
mempunyai persiapan dan rencana dalam studinya sehingga memperoleh hasil
yang optimal. Setiap anak didik yang datang ke sekolah tidak lain adalah untuk
belajar di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari.
Sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk
belajar.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika
mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan,
dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh
anak didik tertentu. Hal ini dapat dilihat semakin banyaknya remaja, khususnya
siswa-siswa SMA yang memakai narkoba. Sekitar 70 % dari 4 juta pecandu
narkoba (narkotika dan obat-obatan berbahaya) tercatat sebagai anak usia sekolah,
antara 14-20 tahun ( Suyanto, 2000 ). Selain itu gangguan emosi yang serius
sering timbul pada anak-anak remaja. Mereka mengalami depresi, kecemasan
yang berlebihan tentang kesehatan sampai pikiran bunuh diri atau mencoba bunuh
diri. Penyalahangunaan obat bius dan alkohol bertambah secara dramatis akhir –
akhir tahun ini, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar serta tidak
memiliki semangat hidup lagi yang menyebabkan kegagalan dalam hidupnya
(Jiwandono, 2002).
Pendidikan formal yang dipersepsikan dalam penelitian ini berkenaan
dengan manfaat dan tujuan pendidikan yang masih sering dipermasalahkan.
Idealnya suatu tujuan pendidikan dapat dirasakan individu yang memperoleh
pendidikan tersebut. Pendidikan formal selain diharapkan bisa bermutu dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat, juga bisa berfungsi sebagai alat untuk
melakukan rekonstruksi positif di tengah masyarakat dan menjadi sarana untuk
mendapatkan pekerjaan atau menciptakan jenis-jenis pekerjaan pada masa
pembangunan sekarang ini dan dihari – hari esok.
Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang
dihayati sepanjang hidup manusia sebagai peserta didik, baik di dalam jalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Kehidupan pendidikan yang dialami
oleh remaja sebagai peserta didik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, atau
kehidupan masyarakat. Kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang di
dalam dunia kerja. Seperti dikatakan Garrison ( Sunarto, 1999) bahwa setiap tahun
di dunia ini terdapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja. Pada
hakikatnya kehidupan remaja di dalam pendidikan merupakan awal kehidupan
kariernya.
Menurut Ginting ( 1997 ) kunci keberhasilan dalam studi antara lain
persiapan.Persiapan tersebut salah satunya mengenai pemilihan program studi
atau jurusan yang harus dilakukan berdasarkan pertimbangan tentang minat dan
kemampuan diri sendiri. Persiapan yang baik sangat menunjang keberhasilan
dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru serta dalam mencapai tujuan belajar.
Persiapan yang baik bertujuan agar individu mempunyai sikap dan perilaku positif
termasuk motivasi yang tinggi, ketrampilan belajar dengan efektif dan efisien,
serta kemampuan yang memadai untuk mengatasi gangguan belajar, sehingga
keberhasilan akan dapat diraihnya. Selain faktor sosial ekonomi, faktor
lingkungan dan faktor pandangan hidup juga bisa mempengaruhi keberhasilan.
Seseorang yang menginginkan masa depan yang baik tidak akan merasa
puas dengan keadaannya sekarang, ia akan selalu membuat situasi yang lain agar
lebih baik yang membuatnya lebih puas dan senang sehingga dapat
mendorongnya mengarahkan kemampuan kekuatan serta usaha yang dimilikinya
untuk mencapai situasi tersebut. Untuk itu individu dalam menghadapi masa
depannya harus mempunyai sikap optimis. Optimisme merupakan suatu sikap
yang penuh harapan ( Drever, 1997 ). Hanya orang yang optimis yang
memandang masa depan dengan penuh semangat dan harapan akan mampu
meraih keberhasilan dan mengembangkan diri secara maksimal. Dalam proses
pendidikan diharapkan individu mempunyai persepsi yang positif terhadap
pendidikan formal yang dilaluinya supaya individu mempunyai keseriusan dalam
bersekolah. Walter mengungkapkan bahwa persepsi individu terhadap suatu
kejadian, memberi pengaruh yang kuat terhadap hasil dari suatu kejadian,
interpretasi yang positif akan meniadakan stres, sebaliknya interpretasi yang
negatif akan menimbulkan stres ( Williams, 1997 ). Maksudnya adalah bagaimana
siswa memberikan persepsi atau memandang setiap hal atau kejadian yang
dihadapi di sekolah, termasuk hal-hal yang menekan, akan menentukan respon
seseorang terhadap kejadian tersebut.
Pendidikan di samping mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus
akan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan melalui pendidikan
formal diharapkan tercapai peningkatan kehidupan manusia yang lebih sempurna
di masa yang akan datang, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dan
seseorang juga diharapkan tidak hanya mempunyai optimisme dalam meraih cita–
cita masa depan sebagai angan biasa, tetapi diupayakan untuk lebih dapat
memiliki kesiapan dan tekad untuk mengabdi pada masyarakat dalam bentuk
kesiapan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam dunia kerja maupun dalam
tempat tinggalnya.
Mengingat betapa pentingnya sikap optimis bagi individu dalam meraih
cita-citanya, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan antara persepsi terhadap pendidikan formal dengan sikap optimis
terhadap masa depan.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Persepsi Terhadap
Pendidikan Formal dengan Sikap Optimis Terhadap Masa Depan “.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui :
1. Hubungan antara persepsi terhadap pendidikan formal dengan sikap optimis
terhadap masa depan.
2. Sejauh mana persepsi terhadap pendidikan formal yang dimiliki subyek.
3. Sejauh mana sikap optimis terhadap masa depan yang dimiliki subyek.
C.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai harapan-harapan tentang
perkembangan atas dirinya di masa yang akan datang. Masa lalu telah menjadi
sejarah. Ia memberi banyak pelajaran tentang suatu hal. Sementara masa depan
masih belum bisa dipastikan. Masa lalu adalah peta tentang dari mana individu
tersebut dan masa depan merupakan wilayah tentang kemana individu tersebut.
Sehubungan hal tersebut biasanya timbul suatu pertanyaan pada diri seseorang
bagaimana dengan masa depannya, untuk itu setiap orang harus merasa optimis
dan memiliki semangat yang tinggi dalam mencapai kesuksesan.
Optimisme akan masa depan tidak dibangun di atas harapan utopis atau
impian kosong karena harapan dan impian akan kesuksesan bersifat gratis dan
bisa dimiliki oleh semua orang. Masa depan sulit diprediksi, hanya orang yang
mempunyai sikap optimis yang memandang masa depan dengan penuh semangat
dan harapan akan mampu meraih keberhasilan dan dapat mengembangkan diri
secara maksimal.
Setiap manusia akan selalu mempertanyakan masa depannya, bagaimana
dirinya nanti dan akan jadi apa kelak serta masih banyak cita-cita lain yang harus
diwujudkan. Disamping untuk kepuasan pribadi atau individu, tercapainya cita-
cita serta impian lebih menjadi lambang dari sebuah kesuksesan dan untuk
mencapai sebuah kesuksesan seorang individu harus mempunyai gambaran yang
jelas terhadap masa depannya, bersikap optimis serta mampu berfikir positif dan
mempunyai harapan yang lebih baik dalam menghadapi segala sesuatu, khususnya
terhadap masa depan yang mencakup semua bidang baik pendidikan, pekerjaan,
kesehatan.
Keberhasilan akan diperoleh jika seseorang bekerja dengan giat, salah
satunya dengan melalui jalur pendidikan. Pendidikan selalu bertumpu pada suatu
wawasan kesejarahan, yakni pengalaman-pengalaman masa lampau, kenyataan
dan kebutuhan mendesak masa kini dan aspirasi serta harapan masa depan.
Melalui pendidikan setiap individu akan melestarikan nilai-nilai luhur sosial
kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalam sejarah bangsa tersebut,
serta dapat menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam
maupun tuntutan karena pengaruh dari luar individu yang bersangkutan sehingga
dapat merencanakan kehidupan sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan
di masa depan.
Dalam UU-RI No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 telah ditetapkan antara lain bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan bagi perananya di masa datang.
Pendidikan formal atau sekolah merupakan lingkungan artifisial yang
sengaja diciptakan untuk membina individu ke arah tujuan tertentu, khususnya
untuk memberikan kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal kehidupannya
dikemudian hari. Individu dalam proses pendidikan diharapkan mempunyai
persepsi positif terhadap pendidikan formal yang dilaluinya supaya individu
mempunyai persiapan dan rencana dalam studinya sehingga memperoleh hasil
yang optimal. Setiap anak didik yang datang ke sekolah tidak lain adalah untuk
belajar di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari.
Sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk
belajar.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika
mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan,
dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh
anak didik tertentu. Hal ini dapat dilihat semakin banyaknya remaja, khususnya
siswa-siswa SMA yang memakai narkoba. Sekitar 70 % dari 4 juta pecandu
narkoba (narkotika dan obat-obatan berbahaya) tercatat sebagai anak usia sekolah,
antara 14-20 tahun ( Suyanto, 2000 ). Selain itu gangguan emosi yang serius
sering timbul pada anak-anak remaja. Mereka mengalami depresi, kecemasan
yang berlebihan tentang kesehatan sampai pikiran bunuh diri atau mencoba bunuh
diri. Penyalahangunaan obat bius dan alkohol bertambah secara dramatis akhir –
akhir tahun ini, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar serta tidak
memiliki semangat hidup lagi yang menyebabkan kegagalan dalam hidupnya
(Jiwandono, 2002).
Pendidikan formal yang dipersepsikan dalam penelitian ini berkenaan
dengan manfaat dan tujuan pendidikan yang masih sering dipermasalahkan.
Idealnya suatu tujuan pendidikan dapat dirasakan individu yang memperoleh
pendidikan tersebut. Pendidikan formal selain diharapkan bisa bermutu dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat, juga bisa berfungsi sebagai alat untuk
melakukan rekonstruksi positif di tengah masyarakat dan menjadi sarana untuk
mendapatkan pekerjaan atau menciptakan jenis-jenis pekerjaan pada masa
pembangunan sekarang ini dan dihari – hari esok.
Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang
dihayati sepanjang hidup manusia sebagai peserta didik, baik di dalam jalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Kehidupan pendidikan yang dialami
oleh remaja sebagai peserta didik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, atau
kehidupan masyarakat. Kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang di
dalam dunia kerja. Seperti dikatakan Garrison ( Sunarto, 1999) bahwa setiap tahun
di dunia ini terdapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja. Pada
hakikatnya kehidupan remaja di dalam pendidikan merupakan awal kehidupan
kariernya.
Menurut Ginting ( 1997 ) kunci keberhasilan dalam studi antara lain
persiapan.Persiapan tersebut salah satunya mengenai pemilihan program studi
atau jurusan yang harus dilakukan berdasarkan pertimbangan tentang minat dan
kemampuan diri sendiri. Persiapan yang baik sangat menunjang keberhasilan
dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru serta dalam mencapai tujuan belajar.
Persiapan yang baik bertujuan agar individu mempunyai sikap dan perilaku positif
termasuk motivasi yang tinggi, ketrampilan belajar dengan efektif dan efisien,
serta kemampuan yang memadai untuk mengatasi gangguan belajar, sehingga
keberhasilan akan dapat diraihnya. Selain faktor sosial ekonomi, faktor
lingkungan dan faktor pandangan hidup juga bisa mempengaruhi keberhasilan.
Seseorang yang menginginkan masa depan yang baik tidak akan merasa
puas dengan keadaannya sekarang, ia akan selalu membuat situasi yang lain agar
lebih baik yang membuatnya lebih puas dan senang sehingga dapat
mendorongnya mengarahkan kemampuan kekuatan serta usaha yang dimilikinya
untuk mencapai situasi tersebut. Untuk itu individu dalam menghadapi masa
depannya harus mempunyai sikap optimis. Optimisme merupakan suatu sikap
yang penuh harapan ( Drever, 1997 ). Hanya orang yang optimis yang
memandang masa depan dengan penuh semangat dan harapan akan mampu
meraih keberhasilan dan mengembangkan diri secara maksimal. Dalam proses
pendidikan diharapkan individu mempunyai persepsi yang positif terhadap
pendidikan formal yang dilaluinya supaya individu mempunyai keseriusan dalam
bersekolah. Walter mengungkapkan bahwa persepsi individu terhadap suatu
kejadian, memberi pengaruh yang kuat terhadap hasil dari suatu kejadian,
interpretasi yang positif akan meniadakan stres, sebaliknya interpretasi yang
negatif akan menimbulkan stres ( Williams, 1997 ). Maksudnya adalah bagaimana
siswa memberikan persepsi atau memandang setiap hal atau kejadian yang
dihadapi di sekolah, termasuk hal-hal yang menekan, akan menentukan respon
seseorang terhadap kejadian tersebut.
Pendidikan di samping mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus
akan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan melalui pendidikan
formal diharapkan tercapai peningkatan kehidupan manusia yang lebih sempurna
di masa yang akan datang, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dan
seseorang juga diharapkan tidak hanya mempunyai optimisme dalam meraih cita–
cita masa depan sebagai angan biasa, tetapi diupayakan untuk lebih dapat
memiliki kesiapan dan tekad untuk mengabdi pada masyarakat dalam bentuk
kesiapan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam dunia kerja maupun dalam
tempat tinggalnya.
Mengingat betapa pentingnya sikap optimis bagi individu dalam meraih
cita-citanya, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan antara persepsi terhadap pendidikan formal dengan sikap optimis
terhadap masa depan.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Persepsi Terhadap
Pendidikan Formal dengan Sikap Optimis Terhadap Masa Depan “.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui :
1. Hubungan antara persepsi terhadap pendidikan formal dengan sikap optimis
terhadap masa depan.
2. Sejauh mana persepsi terhadap pendidikan formal yang dimiliki subyek.
3. Sejauh mana sikap optimis terhadap masa depan yang dimiliki subyek.
C.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :