ABSTRAKSI
Bagi seorang peragawati penampilan prima dan daya tarik fisik sangatlah
penting karena dapat mempengaruhi popularitas dan karirnya, sehingga wajar bila
seorang model memiliki perhatian terhadap diri atau kecenderungan narsistik yang
berkaitan dengan penampilan. Apabila seorang model memiliki persepsi berbeda
terhadap konflik orangtuanya, bisa positif dan negatif. Bila mempersepsi konflik
orangtua secara positif akan meningkatkan rasa optimis, namun jika berlebihan justru
akan memunculkan perasaan over confidence, egois, superior, dan otoriter. Lalu
individu akan merasa bahwa dirinya paling menarik dan cenderung tidak memikirkan
orang lain. Sehingga bisa dikatakan bahwa model tersebut memiliki narsisme yang
tinggi. Sebaliknya jika mempersepsi terhadap konflik orangtua secara negatif akan
muncul perasaan inferior dan rendah diri. Lalu individu tersebut akan selalu merasa
kurang menarik dan menjadi canggung dalam bergaul. Hal ini bisa dikatakan model
tersebut memiliki kecenderungan narsisme rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi
terhadap konflik orangtua dengan kecenderungan narsistik pada peragawati. Hipotesis
yang penulis ajukan adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap konflik
orangtua dengan kecenderungan narsistik. Semakin tinggi persepsi terhadap konflik
orangtua maka akan semakin besar kecenderungan narsistiknya, dan sebaliknya.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi terhadap konflik orangtua,
sedangkan variabel tergantungnya kecenderungan narsistik. Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh peragawati Studio Inter Model Yogyakarta
berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel adalah studi populasi. Pengumpulan
data menggunakan skala persepsi terhadap konflik orangtua dan skala kecenderungan
narsistik.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik analisis product
moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,435 dengan p
Bagi seorang peragawati penampilan prima dan daya tarik fisik sangatlah
penting karena dapat mempengaruhi popularitas dan karirnya, sehingga wajar bila
seorang model memiliki perhatian terhadap diri atau kecenderungan narsistik yang
berkaitan dengan penampilan. Apabila seorang model memiliki persepsi berbeda
terhadap konflik orangtuanya, bisa positif dan negatif. Bila mempersepsi konflik
orangtua secara positif akan meningkatkan rasa optimis, namun jika berlebihan justru
akan memunculkan perasaan over confidence, egois, superior, dan otoriter. Lalu
individu akan merasa bahwa dirinya paling menarik dan cenderung tidak memikirkan
orang lain. Sehingga bisa dikatakan bahwa model tersebut memiliki narsisme yang
tinggi. Sebaliknya jika mempersepsi terhadap konflik orangtua secara negatif akan
muncul perasaan inferior dan rendah diri. Lalu individu tersebut akan selalu merasa
kurang menarik dan menjadi canggung dalam bergaul. Hal ini bisa dikatakan model
tersebut memiliki kecenderungan narsisme rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi
terhadap konflik orangtua dengan kecenderungan narsistik pada peragawati. Hipotesis
yang penulis ajukan adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap konflik
orangtua dengan kecenderungan narsistik. Semakin tinggi persepsi terhadap konflik
orangtua maka akan semakin besar kecenderungan narsistiknya, dan sebaliknya.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi terhadap konflik orangtua,
sedangkan variabel tergantungnya kecenderungan narsistik. Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh peragawati Studio Inter Model Yogyakarta
berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel adalah studi populasi. Pengumpulan
data menggunakan skala persepsi terhadap konflik orangtua dan skala kecenderungan
narsistik.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik analisis product
moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,435 dengan p