BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Melahirkan merupakan salah satu masa yang paling menegangkan dalam
sejarah hidup seorang perempuan. Bagaimana tidak, calon ibu akan menghadapi
pertarungan antara hidup dan mati dalam memperjuangkan lahirnya sang buah
hati. Perjuangan, kesabaran menahan rasa sakit dan tekad yang besar sangat
diperlukan jika ingin persalinan berjalan dengan sukses. Perempuan menyadari
bahwa melahirkan lengkap dengan segala resiko yang ada adalah sebuah
konsekuensi yang harus ditanggung oleh semua calon ibu.
Seiring dengan kemajuan teknologi, termasuk teknologi kedokteran
fenomena tersebut rupanya bergeser. Melahirkan kini ternyata tidak harus identik
dengan rasa sakit yang diderita karena kontraksi sebab melahirkan bisa dilakukan
dengan jalan operasi melalui bedah caesar sebagai alternatif yang sering
digunakan oleh ibu-ibu hamil saat ini.
Menghindari rasa sakit memang bisa menjadi salah satu motivasi ibu hamil
untuk melahirkan secara caesar, tapi ada hal lain yang dapat memotivasi ibu hamil
untuk melakukan operasi caesar. Hal yang sering memotivasi ibu untuk
melahirkan bayinya secara caesar sebagian adalah karena alasan medis. Menurut
Duffet (1985) indikasi yang paling sering yang menyebabkan dijalankannya bedah
caesar adalah seperti ketidak seimbangan sefalopelvik atau ukuran lingkar panggul
ibu terlalu kecil, salah letak janin misalnya saja posisi sungsang atau melintang,
adanya disproporsisi bayi atau bayi terlalu besar, adanya plasenta previa, dan
lain-lain.
Bedah caesar kini mulai menjadi fenomena, karena jumlah perempuan
yang melahirkan melalui operasi caesar mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Menurut Kusumowardhani (2003) keseluruhan pasien hamil,
sebenarnya yang perlu penanganan spesialistik hanyalah sekitar 10% dan hanya
separuh di antaranya yang (mungkin) perlu bedah caesar. Jadi, logikanya angka
bedah caesar itu tidaklah lebih daripada 15-20%. Tetapi, data menunjukkan bahwa
angka bedah caesar di RS swasta di kota-kota Indonesia di atas 30%, bahkan ada
yang mencapai lebih daripada 80%.
Kecenderungan melahirkan dengan operasi caesar yang dilakukan tanpa
pertimbangan medis biasanya banyak terjadi di kota-kota besar. Hal ini biasanya
dapat terjadi diantaranya karena banyak para ibu yang bekerja dimana mereka
sudah terikat dengan waktu dan memiliki jadwal tertentu misalnya kapan harus
kembali bekerja. Alasan lainnya, masih terkait dengan masalah kepercayaan yang
mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dengan harapan
apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian maka akan memperoleh
rezeki dan kehidupan yang lebih baik. Namun, mungkin alasan yang paling
banyak adalah anggapan yang salah bahwa dengan operasi, ibu tidak akan
mengalami rasa sakit seperti halnya pada persalinan alami. Hal ini terjadi karena
kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada
persalinan alami.
Keputusan untuk melahirkan secara caesar ada yang memang telah
direncanakan ada juga yang baru diputuskan pada saat mau melahirkan. Menurut
Duffet (1985) operasi caesar yang telah direncanakan merupakan operasi caesar
elektif yaitu operasi yang memang telah diputuskan sebelum operasi dimulai dan
keadaan ini biasanya sudah terdetekssi dari pemeriksaan kehamilan akhir semester
ketiga, misalnya karena keadaan panggul ibu yang sempit atau ibu mengalami
plasenta previa. Sebaliknya operasi caesar yang tidak direncanakan merupakan
operasi caesar darurat. Hal ini dilakukan biasanya karena adanya komplikasi saat
persalinan dan bayi harus dikeluarkan secepatnya.
Menurut Kasdu (2003) setiap orang mempunyai kemampuan adaptasi yang
berbeda. Demikian pula dalam hal menghadapi operasi untuk melahirkan buah
hati. Sebagian mungkin dapat cepat mempersiapkan mentalnya untuk menerima
keputusan dokter saat harus melahirkan dengan operasi caesar. Namun, sebagian
lagi mungkin sangat sulit menerima keadaan itu. Hal ini mungkin karena ibu
hamil merasa sudah mempersiapkan dirinya untuk melahirkan normal, tetapi
kenyataannya harus melahirkan dengan operasi.
Menurut Pitt (1978) beberapa wanita merasa agak senang karena terhindar
dari nyeri persalinan, khususnya jikalau mereka mengetahui sebelumnya bahwa
bedah caesar itu dilakukan dengan alasan yang baik. Tetapi ada wanita yang
merasa kecewa, tertipu, bukan wanita yang pantas, cemas karena telah dibedah,
cemas akan bekas irisan pada perut dan kemungkinan rahim menjadi lemah, dan
khususnya karena kehilangan getaran hati untuk mendorong bayinya keluar dari
rahimnya ke dunia. Juga mereka tidak suka dengan perasaan tidak enak pada
bekas luka dan bekas jahitan selama beberapa hari setelah operasi. Akan tetapi
bedah caesar tidak pernah dilakukan kecuali karena alasan-alasan kebidanan yang
sangat kuat dan apapun sikap atau reaksi emosional sang ibu, dia dihadapkan
dengan kebutuhan nyata, bukan hanya karena bertingkah mengikuti mode atau
menyenangkan diri.
Keputusan untuk melahirkan secara caesar bisa juga dilakukan atas
permintaan ibu hamil. Terutama, jika merasa tidak siap menghadapi proses
kelahiran karena ketakutan akan rasa sakit yang akan dialaminya. Namun, ini
sifatnya sangat individual mengingat rasa sakit yang akan dialami setiap orang
juga akan ditanggapi dengan sikap dan cara berpikir yang berbeda. Selain itu,
lingkungan juga berpengaruh terhadap terbentuknya sikap dalam menjalani proses
persalinan. Dan biasanya ibu hamil akan lebih merasa siap untuk melakukan
operasi caesar, hal ini karana alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan
dengan rasa sakit (Kasdu, 2003).
Persiapan fisik untuk persalinan bayi memang harus dilakukan, tetapi
persiapan mental juga tidak kalah pentingnya disiapkan juga. Pada satu sisi ibu
hamil mungkin merasa bahagia dan puas karena tahu bayi dapat lahir dengan
aman ke dunia, tapi di satu sisi juga ibu hamil mungkin merasa marah dan kesal
karena adanya campur tangan medis dalam persalinan. Walaupun bedah caesar
mungkin sudah direncanakan, tapi bagi ibu hamil hari-hari selama kehamilan
merupakan saat-saat yang dipenuhi stress. Keadaan ini dapat mempengaruhi
hubungan dengan orang-orang di luar lingkungan keluarga, karena ibu hamil akan
menjadi lebih sensitif. Perasaan ini sebenarnya amat normal, untuk itu ibu hamil
dapat membicarakannya dengan ibu hamil yang pernah mengalaminya untuk
berbagi pengalaman.
Seorang ibu yang telah merencanakan untuk melahirkan secara caesar baik
karena faktor medis atau non medis, biasanya memang tidak dapat berpartisipasi
dengan aktif seperti pada persalinan melalui vagina. Sebenarnya, seorang ibu
dapat membantu dalam kelancaran, kenyamanan dan kesuksesan bedah caesar
dengan melakukan persiapan mental dan intelektual, sehingga kesiapan psikologis
calon ibu dalam menghadapi persalinan secara caesar menjadi semakin mantap
dan dapat melihat pengalaman operasi caesar ini sebagai pengalaman yang positif.
Berdasarkan uraian yang tertulis di atas muncullah suatu permasalahan
sebagai berikut “Bagaimanakah kesiapan psikologis menghadapi kelahiran caesar
pada ibu hamil ?”. Pada akhirnya dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “KESIAPAN PSIKOLOGIS MENGHADAPI
KELAHIRAN CAESAR PADA IBU HAMIL”.
B. Tujuan Penelitian
Fungsi dari suatu tujuan penelitian adalah sebagai acuan pokok terhadap
masalah yang diteliti, dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memahami :
1. Faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil harus melahirkan secara caesar.
2. Kesiapan psikologis menghadapi kelahiran caesar yang direncanakan pada
ibu hamil.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Melahirkan merupakan salah satu masa yang paling menegangkan dalam
sejarah hidup seorang perempuan. Bagaimana tidak, calon ibu akan menghadapi
pertarungan antara hidup dan mati dalam memperjuangkan lahirnya sang buah
hati. Perjuangan, kesabaran menahan rasa sakit dan tekad yang besar sangat
diperlukan jika ingin persalinan berjalan dengan sukses. Perempuan menyadari
bahwa melahirkan lengkap dengan segala resiko yang ada adalah sebuah
konsekuensi yang harus ditanggung oleh semua calon ibu.
Seiring dengan kemajuan teknologi, termasuk teknologi kedokteran
fenomena tersebut rupanya bergeser. Melahirkan kini ternyata tidak harus identik
dengan rasa sakit yang diderita karena kontraksi sebab melahirkan bisa dilakukan
dengan jalan operasi melalui bedah caesar sebagai alternatif yang sering
digunakan oleh ibu-ibu hamil saat ini.
Menghindari rasa sakit memang bisa menjadi salah satu motivasi ibu hamil
untuk melahirkan secara caesar, tapi ada hal lain yang dapat memotivasi ibu hamil
untuk melakukan operasi caesar. Hal yang sering memotivasi ibu untuk
melahirkan bayinya secara caesar sebagian adalah karena alasan medis. Menurut
Duffet (1985) indikasi yang paling sering yang menyebabkan dijalankannya bedah
caesar adalah seperti ketidak seimbangan sefalopelvik atau ukuran lingkar panggul
ibu terlalu kecil, salah letak janin misalnya saja posisi sungsang atau melintang,
adanya disproporsisi bayi atau bayi terlalu besar, adanya plasenta previa, dan
lain-lain.
Bedah caesar kini mulai menjadi fenomena, karena jumlah perempuan
yang melahirkan melalui operasi caesar mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Menurut Kusumowardhani (2003) keseluruhan pasien hamil,
sebenarnya yang perlu penanganan spesialistik hanyalah sekitar 10% dan hanya
separuh di antaranya yang (mungkin) perlu bedah caesar. Jadi, logikanya angka
bedah caesar itu tidaklah lebih daripada 15-20%. Tetapi, data menunjukkan bahwa
angka bedah caesar di RS swasta di kota-kota Indonesia di atas 30%, bahkan ada
yang mencapai lebih daripada 80%.
Kecenderungan melahirkan dengan operasi caesar yang dilakukan tanpa
pertimbangan medis biasanya banyak terjadi di kota-kota besar. Hal ini biasanya
dapat terjadi diantaranya karena banyak para ibu yang bekerja dimana mereka
sudah terikat dengan waktu dan memiliki jadwal tertentu misalnya kapan harus
kembali bekerja. Alasan lainnya, masih terkait dengan masalah kepercayaan yang
mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dengan harapan
apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian maka akan memperoleh
rezeki dan kehidupan yang lebih baik. Namun, mungkin alasan yang paling
banyak adalah anggapan yang salah bahwa dengan operasi, ibu tidak akan
mengalami rasa sakit seperti halnya pada persalinan alami. Hal ini terjadi karena
kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada
persalinan alami.
Keputusan untuk melahirkan secara caesar ada yang memang telah
direncanakan ada juga yang baru diputuskan pada saat mau melahirkan. Menurut
Duffet (1985) operasi caesar yang telah direncanakan merupakan operasi caesar
elektif yaitu operasi yang memang telah diputuskan sebelum operasi dimulai dan
keadaan ini biasanya sudah terdetekssi dari pemeriksaan kehamilan akhir semester
ketiga, misalnya karena keadaan panggul ibu yang sempit atau ibu mengalami
plasenta previa. Sebaliknya operasi caesar yang tidak direncanakan merupakan
operasi caesar darurat. Hal ini dilakukan biasanya karena adanya komplikasi saat
persalinan dan bayi harus dikeluarkan secepatnya.
Menurut Kasdu (2003) setiap orang mempunyai kemampuan adaptasi yang
berbeda. Demikian pula dalam hal menghadapi operasi untuk melahirkan buah
hati. Sebagian mungkin dapat cepat mempersiapkan mentalnya untuk menerima
keputusan dokter saat harus melahirkan dengan operasi caesar. Namun, sebagian
lagi mungkin sangat sulit menerima keadaan itu. Hal ini mungkin karena ibu
hamil merasa sudah mempersiapkan dirinya untuk melahirkan normal, tetapi
kenyataannya harus melahirkan dengan operasi.
Menurut Pitt (1978) beberapa wanita merasa agak senang karena terhindar
dari nyeri persalinan, khususnya jikalau mereka mengetahui sebelumnya bahwa
bedah caesar itu dilakukan dengan alasan yang baik. Tetapi ada wanita yang
merasa kecewa, tertipu, bukan wanita yang pantas, cemas karena telah dibedah,
cemas akan bekas irisan pada perut dan kemungkinan rahim menjadi lemah, dan
khususnya karena kehilangan getaran hati untuk mendorong bayinya keluar dari
rahimnya ke dunia. Juga mereka tidak suka dengan perasaan tidak enak pada
bekas luka dan bekas jahitan selama beberapa hari setelah operasi. Akan tetapi
bedah caesar tidak pernah dilakukan kecuali karena alasan-alasan kebidanan yang
sangat kuat dan apapun sikap atau reaksi emosional sang ibu, dia dihadapkan
dengan kebutuhan nyata, bukan hanya karena bertingkah mengikuti mode atau
menyenangkan diri.
Keputusan untuk melahirkan secara caesar bisa juga dilakukan atas
permintaan ibu hamil. Terutama, jika merasa tidak siap menghadapi proses
kelahiran karena ketakutan akan rasa sakit yang akan dialaminya. Namun, ini
sifatnya sangat individual mengingat rasa sakit yang akan dialami setiap orang
juga akan ditanggapi dengan sikap dan cara berpikir yang berbeda. Selain itu,
lingkungan juga berpengaruh terhadap terbentuknya sikap dalam menjalani proses
persalinan. Dan biasanya ibu hamil akan lebih merasa siap untuk melakukan
operasi caesar, hal ini karana alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan
dengan rasa sakit (Kasdu, 2003).
Persiapan fisik untuk persalinan bayi memang harus dilakukan, tetapi
persiapan mental juga tidak kalah pentingnya disiapkan juga. Pada satu sisi ibu
hamil mungkin merasa bahagia dan puas karena tahu bayi dapat lahir dengan
aman ke dunia, tapi di satu sisi juga ibu hamil mungkin merasa marah dan kesal
karena adanya campur tangan medis dalam persalinan. Walaupun bedah caesar
mungkin sudah direncanakan, tapi bagi ibu hamil hari-hari selama kehamilan
merupakan saat-saat yang dipenuhi stress. Keadaan ini dapat mempengaruhi
hubungan dengan orang-orang di luar lingkungan keluarga, karena ibu hamil akan
menjadi lebih sensitif. Perasaan ini sebenarnya amat normal, untuk itu ibu hamil
dapat membicarakannya dengan ibu hamil yang pernah mengalaminya untuk
berbagi pengalaman.
Seorang ibu yang telah merencanakan untuk melahirkan secara caesar baik
karena faktor medis atau non medis, biasanya memang tidak dapat berpartisipasi
dengan aktif seperti pada persalinan melalui vagina. Sebenarnya, seorang ibu
dapat membantu dalam kelancaran, kenyamanan dan kesuksesan bedah caesar
dengan melakukan persiapan mental dan intelektual, sehingga kesiapan psikologis
calon ibu dalam menghadapi persalinan secara caesar menjadi semakin mantap
dan dapat melihat pengalaman operasi caesar ini sebagai pengalaman yang positif.
Berdasarkan uraian yang tertulis di atas muncullah suatu permasalahan
sebagai berikut “Bagaimanakah kesiapan psikologis menghadapi kelahiran caesar
pada ibu hamil ?”. Pada akhirnya dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “KESIAPAN PSIKOLOGIS MENGHADAPI
KELAHIRAN CAESAR PADA IBU HAMIL”.
B. Tujuan Penelitian
Fungsi dari suatu tujuan penelitian adalah sebagai acuan pokok terhadap
masalah yang diteliti, dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memahami :
1. Faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil harus melahirkan secara caesar.
2. Kesiapan psikologis menghadapi kelahiran caesar yang direncanakan pada
ibu hamil.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :