Abstrak
Individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikis
pada masa remaja. Perubahan fisik antara lain ditandai dengan makin matangnya
organ-organ seksual, sedangkan secara psikis antara lain ditandai dengan makin
kuatnya keinginan untuk menyalurkan dorongan seksual. Timbulnya dorongan
seksual menyebabkan rasa ingin tahu dalam diri remaja mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan seksual, sehingga menimbulkan sikap yang berbeda-beda
terhadap seks. Orang tua diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai
masalah seksualitas yang bertanggungjawab dan paling aman bagi remaja, bukan
sumber yang lain yang bersifat cabul misalnya teman sebaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi
komunikasi seksualitas orang tua-anak dan interaksi teman sebaya dengan sikap
terhadap perilaku seks bebas. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara
persepsi komunikasi seksualitas orang tua-anak dan interaksi teman sebaya
dengan sikap terhadap perilaku seks bebas.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi dari sebuah SMA Negeri
di kabupaten Wonogiri. Sampel penelitian berjumlah 130 siswa dengan teknik
pengambilan sampel yaitu cluster sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Skala penelitian yang
digunakan terdiri dari skala persepsi komunikasi seksualitas orang tua-anak, skala
interaksi teman sebaya dan skala sikap terhadap perilaku seks bebas. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda dua prediktor.
Berdasarkan analisis data diperoleh R = 0,254, F regresi = 4,376 dengan
p<0,05. Hal ini menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa makin baik persepsi komunikasi seksualitas orang tua-anak dan makin rendah interaksi teman sebaya maka sikap terhadap perilaku seks bebas makin negatif. Hasil rx1y= 0,104 dengan p>0,05 berarti tidak ada hubungan antara persepsi komunikasi seksualitas orang
tua-anak dengan sikap terhadap perilaku seks bebas, sedangkan hasil rx2y = 0,247
dengan p<0,01 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara interaksi teman sebaya dengan sikap terhadap perilaku seks bebas. Persepsi komunikasi seksualitas orang tua-anak hanya menyumbang sebesar 0,331% kepada sikap terhadap perilaku seks bebas, sedangkan interaksi teman sebaya menyumbang sebesar 6,116%. Berarti masih ada 93,523% faktor lain yang mempengaruhi sikap terhadap perilaku seks bebas. Subjek dalam penelitian ini pada umumnya memiliki persepsi komunikasi seksualitas dengan orang tuanyayang positif (mean empirik = 114,246 dan mean hipotetik = 107,5), memiliki interaksi yang tinggi dengan teman sebaya (mean empirik = 99,638 dan mean hipotetik = 82,5), dan sikap terhadap perilaku seks bebas yang negatif (mean empirik = 76,354 dan mean hipotetik = 97,5).
Individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikis
pada masa remaja. Perubahan fisik antara lain ditandai dengan makin matangnya
organ-organ seksual, sedangkan secara psikis antara lain ditandai dengan makin
kuatnya keinginan untuk menyalurkan dorongan seksual. Timbulnya dorongan
seksual menyebabkan rasa ingin tahu dalam diri remaja mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan seksual, sehingga menimbulkan sikap yang berbeda-beda
terhadap seks. Orang tua diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai
masalah seksualitas yang bertanggungjawab dan paling aman bagi remaja, bukan
sumber yang lain yang bersifat cabul misalnya teman sebaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi
komunikasi seksualitas orang tua-anak dan interaksi teman sebaya dengan sikap
terhadap perilaku seks bebas. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara
persepsi komunikasi seksualitas orang tua-anak dan interaksi teman sebaya
dengan sikap terhadap perilaku seks bebas.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi dari sebuah SMA Negeri
di kabupaten Wonogiri. Sampel penelitian berjumlah 130 siswa dengan teknik
pengambilan sampel yaitu cluster sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Skala penelitian yang
digunakan terdiri dari skala persepsi komunikasi seksualitas orang tua-anak, skala
interaksi teman sebaya dan skala sikap terhadap perilaku seks bebas. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda dua prediktor.
Berdasarkan analisis data diperoleh R = 0,254, F regresi = 4,376 dengan
p<0,05. Hal ini menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa makin baik persepsi komunikasi seksualitas orang tua-anak dan makin rendah interaksi teman sebaya maka sikap terhadap perilaku seks bebas makin negatif. Hasil rx1y= 0,104 dengan p>0,05 berarti tidak ada hubungan antara persepsi komunikasi seksualitas orang
tua-anak dengan sikap terhadap perilaku seks bebas, sedangkan hasil rx2y = 0,247
dengan p<0,01 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara interaksi teman sebaya dengan sikap terhadap perilaku seks bebas. Persepsi komunikasi seksualitas orang tua-anak hanya menyumbang sebesar 0,331% kepada sikap terhadap perilaku seks bebas, sedangkan interaksi teman sebaya menyumbang sebesar 6,116%. Berarti masih ada 93,523% faktor lain yang mempengaruhi sikap terhadap perilaku seks bebas. Subjek dalam penelitian ini pada umumnya memiliki persepsi komunikasi seksualitas dengan orang tuanyayang positif (mean empirik = 114,246 dan mean hipotetik = 107,5), memiliki interaksi yang tinggi dengan teman sebaya (mean empirik = 99,638 dan mean hipotetik = 82,5), dan sikap terhadap perilaku seks bebas yang negatif (mean empirik = 76,354 dan mean hipotetik = 97,5).