BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Perilaku merupakan segala sesuatu dilakukan individu dan yang dapat
diobservasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku dapat diukur
dengan melihat apa yang dilakukan seorang individu dan mendengarkan apa yang
dikatakannya, sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan menangani perasaan, sikap,
pemikiran dan proses mental yang melatarbelakangi dan yang sedang terjadi.
Mubarok (2000) menyatakan bahwa tingkah laku manusia dapat berwujud perbuatan,
perkataan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, dan juga dapat bersifat
fisik serta kegiatan mental.
Azwar (1999) mengatakan bahwa perilaku merupakan reaksi yang dapat
bersifat sederhana atau kompleks, artinya stimulus yang sama belum tentu
menimbulkan reaksi yang sama. Perilaku yang dilakukan oleh beberapa orang belum
tentu bermakna satu, tetapi mungkin memiliki dua makna atau lebih.
Menurut Byrne (1980) perilaku yang mempunyai tujuan menyakiti badan atau
perasaan disebut agresi. Perilaku agresi mempunyai konsekuensi hampir sama dengan
kenakalan remaja pada umumnya, akan tetapi cakupan korban lebih luas yaitu diri
sendiri atau orang lain. Jadi perilaku agresi dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain. Kecenderungan perilaku agresi adalah keinginan subyek untuk melukai badan
atau perasaan baik pada diri sendiri atau orang lain dengan kata-kata atau alat.
Menurut Freud (Koeswara, 1988) agresi adalah penyaluran kebutuhan naluri
kematian yang ditekan oleh suatu sistem kepribadian yang disebut ego agar berada
dalam taraf tidak sadar, karena perilaku agresi dalam bentuk apapun dan kepada
siapapun tidak dapat diterima secara sosial dan selalu berhadapan dengan kendali
masyarakat, norma, dan hukum. Akan tetapi akan selalu ada kemungkinan agresi
tersebut muncul menembus barikade pertahanan ego karena agresi sangat dipengaruhi
oleh kondisi dan faktor-faktor tertentu yang mengarahkan atau mencetuskannya.
Dorongan agresi berkembang dan terwujud oleh beberapa sebab yang
mempengaruhinya. Ada kalanya dorongan agresi termanifestasi dalam wujud
perilaku agresi akan tetapi dorongan agresi juga dapat terwujud dalam bentuk emosi
agresi. Hal ini tampak pada ekspresi wajah dan dorongan agresi seperti ini hanya
menjadi keinginan agresi atau kecenderungan agresi saja.
Memahami perilaku agresi sebagai salah satu permasalahan sosial pada
individu sebaiknya dipahami pula paradigma sebab-sebab munculnya suatu perilaku
dalam kehidupan manusia/individu. Musik merupakan bagian yang lekat dengan
kehidupan manusia, dan disadari atau tidak, musik dapat menghadirkan suasana yang
mampu mempengaruhi batin seseorang dan tingkah laku pendengarnya. Musik bisa
menimbulkan emosi seseorang yang kemudian akan mempengaruhi saraf dan hormon
yang berperan dalam pengambilan sikap dan perilaku seseorang.
Menurut beberapa penelitian pengaruh paling kuat dari musik terdapat pada
iramanya. Jenis musik yang memberikan dampak negatif bagi tubuh manusia yaitu
musik berirama anapestik (terdapat pada musik rock). Jenis musik ini memberikan
tekanan pada irama terakhir, istirahat sebentar, sebelum mulai dengan irama pertama.
Ritme ini bertentangan dengan ritme tubuh manusia, yang selalu teratur dan
memberikan penekanan pada irama pertama (terdapat pada ritme lagu waltz).
Pernah diadakan penelitian pada musik rock dan classic terhadap pengaruhnya
pada tumbuhan & tikus. Tumbuhan dan tikus tersebut dibagi kedalam 2 kelompok.
Kelompok pertama diberi musik klasik sedangkan pada kelompok kedua diberi musik
rock. Pada kelompok yang diberi musik klasik, tumbuhan tersebut tumbuh mendekati
sumber suara musik, tidak perlu diberi banyak air dan pertumbuhannya bagus.
Sedangkan pada kelompok kedua, tumbuhan tumbuh menjauhi sumber suara musik
dan cenderung memerlukan lebih banyak air. Begitu pula halnya dengan tikus, pada
kelompok yang diberi musik klasik, tikus tersebut lebih cepat mengingat tempat
makanan mereka diletakkan. Sedangkan pada kelompok yang diberi musik rock
setelah beberapa hari, mereka tidak dapat mengingat tempat makan mereka. Lebih
lanjut dikemukakan oleh Handayani (2004) "Musik mampu meningkatkan
pertumbuhan otak anak, karena musik itu sendiri merangsang pertumbuhan sel otak.
Musik bisa membuat kita rileks dan senang hati, yang merupakan emosi positif.
Emosi positif inilah membuat fungsi berpikir seseorang menjadi maksimal," Selain
itu, musik juga bagus untuk emosional anak. "Misal, jika didengarkan musik lembut,
maka anak akan tenang, kalau musik yang riang, anak pun akan terlihat gembira,"
jelasnya. Biasanya, seorang anak yang sejak dalam kandungan, biasa didengarkan
musik, ketika dalam perkembangan pertumbuhannya nanti, anak itu dapat dengan
mudah beradaptasi dan belajar soal musik.
Musik dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat karena musik
mampu mempengaruhi masyarakat, memantapkan masyarakat, menghindari berbagai
perubahan masyarakat, dan musik bisa mendukung berbagai perkembangan
masyarakat ke arah positif. Ternyata dari aspek ini sulit untuk ditentukan secara
obyektif dan konkrit karena dalam kenyataannya keluhan-keluhan tentang dampak
negatif oleh berbagai jenis musik seolah-olah dapat memperketat dan memperdalam
segi negatif ini dalam masyarakat sendiri. Misalnya perwujudan musik rock yaitu
perilaku yang berupa pesta miras dan penggunaan obat-obat terlarang, perilaku
agresi.
Musik Rock merupakan jenis musik perpaduan antara kesenduan lagu-lagu
blues yang ekspresi dengan keterbukaan lagu-lagu country yang dipadukan dengan
seni panggung dan didukung oleh teknologi yang lazim dipakai untuk
mengungkapkan keteguhan sikap dan pendapat yang tak terlepas dari dunia remaja
pada umumnya (Soeharto,1995).
Zhelebour (2000) mengatakan bahwa di satu sisi musik rock mempunyai sifat
yang dinamis dan ekspresif, garang tetapi kaya harmoni, lugas tapi tetap teratur dan
keras tetapi tetap indah, namun di sisi lain unsur-unsur musik rock yaitu irama, tempo
yang cepat, dan tingkat volume yang keras memberikan rangsangan-rangsangan
psikis yaitu membangkitkan semangat, perasaan senang dan puas sehingga muncul
perilaku yang agresif.
Fenomena tersebut terlihat jelas pada individu yang menyenangi musik rock,
banyak diantara mereka yang berpenampilan aneh, gaya rambut seperti kulit durian
dicat warna-warni, telinga, hidung, sampai lidah ditindik serta mengenakan aksesori
seperti peniti, rantai gembok digantungkan pada baju dan celana untuk meniru
musisi-musisi rock yang mereka senangi. Dalam membuktikan kefanatikan mereka
terhadap musik rock, tak jarang mereka mengidentifikasi perilaku musisi-musisi rock
yang mereka gemari tanpa mempertimbangkan baik buruknya terlebih dahulu
sehingga sering berakibat negatif terhadap mereka, contohnya banyak remaja yang
menggunakan narkoba karena meniru artis idolanya.
Selama masuk abad 21 di Indonesia banyak sekali pertunjukan musik yang
diadakan khususnya pertunjukan musik rock. Ada yang berlangsung mulus tanpa ada
keributan dan ada pula yang berakhir dengan kerusuhan. Pada bulan april 1993 group
Metallica asal Amerika menggelar konser yang berlangsung di stadioan Lebak Bulus,
Jakarta. Inilah konser yang berlangsung damai di dalam stadion tapi berakhir dengan
keributan diluar panggung, dimana sejumlah mobil dan warung habis dibakar oleh
penonton sehingga aparat keamanan pada masa itu mengeluarkan maklumat pentas
musik rock dilarang.
Begitu pula dengan pertunjukan Bon Jovi dengan titel “cross road to the east
concert” pada tahun 1995 di Ancol berakhir dengan ricuh sehingga mengakibatkan
sejumlah kendaraan hancur dan puluhan penonton cedera. Konser Green Day yang
diadakan dalam ruangan tertutup di Jakarta Hall Convention Centre pada tahun 1996
pun tak lepas dari kerusuhan, sejumlah kaca di pintu masuk dirusak oleh
penggemarnya. Pada awal februari 2004 group musik underground Korn juga konser
di Plenary Hall Jakarta juga berakhir dengan ribut karena banyak penonton yang
kecewa dengan tiket yang terlalu mahal (Suryawan, 1999).
Tanggal 13 Februari 2004 berlangsung konser rock di stadion Mandala Krida
Yogyakarta yang mendatangkan group rock yang lagu-lagunya sudah melekat
ditelinga masyarakat Indonesia yaitu Jamrud dan Helloween, dua group rock besar
tersebut membuat para penggemarnya yang berada di luar stadion tidak betah
sehingga pintu masuk dan keluar stadion dijebol dengan melakukan perlawanan yang
berarti kepada aparat yang personilnya hanya sedikit, tak urung para penonton yang
berhasil masuk banyak yang luka-luka karena pihak panitia tidak mau merugi dan
aparat yang membawa senjata tidak tinggal diam (Ariyanto, 2004).
Konser Slank dan Naif yang diselenggarakan pada tanggal 29 februari 2004 di
stadion Sriwedari Solo juga terjadi tawuran antar penonton akibat dari pengaruh
musik yang dominan menggunakan efek Distorsi (jenis suara gitar yang kuat, yang
ditimbulkan dari efek gitar atau alat macam suara), sehingga memancing penonton
untuk berjingkrak-jingkrak dan saling adu otot. Keributan terjadi setelah group Slank
membawakan beberapa buah lagu yang menjadi andalannya, hingga Slank
memberhentikan musiknya untuk sementara karena aparat kewalahan. Logo dan
simbol group musik Slank yang selama ini dijunjung tinggi para penggemarnya
(slankers / kaum minoritas) yaitu “piss” (cinta damai) terabaikan, karena pengaruh
musik yang keras dan dari berbagai jenis zat yang memabukkan (Syamsul, 2004).
Kerusuhan bukan hanya terjadi pada pertunjukan konser dikota-kota besar dan
yang bertarif relatif mahal, dalam pertujukan gratis yang berlangsung di kota kecilpun
seperti Purwodadi juga berakhir dengan agresi penonton. Konser Power Slaves yang
diselenggarakan pada tanggal 7 maret 2000 di GOR simpang lima purwodadi, juga
terjadi agresi penonton yang kebanyakan para penonton menenggak minuman keras
yang sudah menjadi tradisi apabila melihat tontonan atau event yang besar di kota
Purwodadi, bahkan group music Jikustik yang melantunkan lagu-lagu melankolis
yang berlangsung di GOR Simpang Lima pada bulan Desember 1999 juga terjadi
kerusuhan, sehingga pertunjukan musik dihentikan beberapa menit untuk meredakan
kerusuhan, agresi tersebut terjadi karena polisi yang kurang bisa mengantisipasi
keamanan yang sebelumnya belum pernah memberikan pengamanan dalam konser
musik besar (Yohana, 2000).
Fenomena tersebut sering terjadi baik di kota-kota besar maupun kota-kota
kecil seperti kota purwodadi, agresi yang terjadi menimbulkan banyak korban baik itu
secara materi maupun yang lainnya. Didalam pertunjukan musik rock manifestasinya
dapat terlihat dengan jelas, dimana para penonton dalam menikmati pertunjukan
mereka saling membenturkan badan dengan keras (pow go), mengibas-kibaskan
kepala dengan keras (head banging), berteriak-teriak dan berbagai aksi lainnya yang
terlihat brutal.
Pada pentas pertunjukan musik Rock seringkali terlihat bentuk-bentuk
perilaku agresi yang muncul baik itu bersifat agresi verbal maupun agresi fisik yang
dimunculkan oleh para penggemar ataupun para musisinya. Tak jarang para artis-
artis musik Rock membawa simbol-simbol agresi seperti gergaji, tengkorak, simbol
fasisme dan lain sebagainya untuk mendukung penampilannya, ada juga yang
melakukan adegan-adegan merusakkan alat (membanting dan menendang) supaya
lebih terlihat ekspresif dan sangar. Demikian pula dengan lagu-lagu yang dibawakan
banyak juga yang berisi kata-kata makian dan protes yang diucapkan secara eksplisit
ditujukan kepihak-pihak tertentu sebagai ungkapan ketidakpuasan mereka terhadap
lingkungan sekitar.
Begitu pula dengan para penontonnya, dalam menikmati pertunjukan
seringkali mereka bergaya gila-gilaan dengan gerakannya yang khas yaitu meletakkan
tangannya diatas dada dan menggerakkannya naik turun, menghentak-hentakkan
kepala seperti orang yang kesurupan mengikuti irama musik yang keras, membentur-
benturkan badan dengan sesama penonton yang lain hingga lompat berkali-kali
ketengah-tengah kerumunan penonton bahkan sampai terluka, dalam melakukan hal-
hal tersebut banyak sekali para penonton seperti tidak sadarkan diri karena dengan
cara seperti itu mereka menikmati dan meresapi musik rock atau karena dalam
pengaruh NARKOBA. Pemandangan tersebut selalu ada pada hampir setiap
pertunjukan musik rock yang diadakan.
Sering juga terjadi perkelahian diantara sesama penonton yang disebabkan
hal-hal yang sepele dan dalam skala yang lebih besar perilaku agresi penonton
pertunjukan musik rock dapat mengarah kepada perilaku kriminal seperti
pengrusakan, perampasan sebagaimana yang pernah terjadi beberapa waktu yang lalu.
Maraknya perilaku agresi dalam pertunjukan musik rock menyebabkan masyarakat
menilai musik rock identik dengan kekerasan.
Remaja dengan beragam karakteristiknya banyak yang mengekspresikan
dirinya dalam komunitas-komunitas musik rock, baik itu sebagai penggemar ataupun
menjadi musisi rock. Bagi mereka lewat energinya, ekspresi yang bebas serta liriknya
yang benyak bertemakan tentang cinta, krisis identitas, pembelaan terhadap frustasi
serta hal-hal lain yang mereka rasakan, musik rock diyakini mampu mewakili dan
menyuarakan protes mereka, tuntutan terhadap nilai-nilai baru serta penolakan
terhadap nilai-nilai lama yang membuat mereka terkekang, hal inilah yang membuat
musik rock sangat populer dikalangan remaja karena memang sesuai dengan keadaan
emosi mereka yang meluap-luap.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat diuraikan
bahwa Pertunjukan musik rock yang sering di gelar banyak sekali perilaku agresi
yang melibatkan remaja, sehingga dalam hal ini rumusan masalah yang ada yaitu: 1)
Apakah yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresi pada penonton
pertunjukkan musik rock 2) Bagaimanakah bentuk-bentuk perilaku agresi yang
muncul pada penonton pertunjukan musik rock? Berdasarkan rumusan masalah
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai fenomena tersebut dengan
melakukan penelitian berjudul: “Studi tentang klasifikasi penyebab dan identifikasi
agresi remaja penonton pertunjukan musik rock di Purwodadi”
B. Pembatasan Masalah
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang akan
diteliti, maka penulis akan memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini ditekankan mengenai penyebab timbulnya perilaku agresi dan
bentuk-bentuk agresi yang muncul pada penonton pertunjukan musik rock.
2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah agresi dan musik rock.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk:
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Perilaku merupakan segala sesuatu dilakukan individu dan yang dapat
diobservasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku dapat diukur
dengan melihat apa yang dilakukan seorang individu dan mendengarkan apa yang
dikatakannya, sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan menangani perasaan, sikap,
pemikiran dan proses mental yang melatarbelakangi dan yang sedang terjadi.
Mubarok (2000) menyatakan bahwa tingkah laku manusia dapat berwujud perbuatan,
perkataan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, dan juga dapat bersifat
fisik serta kegiatan mental.
Azwar (1999) mengatakan bahwa perilaku merupakan reaksi yang dapat
bersifat sederhana atau kompleks, artinya stimulus yang sama belum tentu
menimbulkan reaksi yang sama. Perilaku yang dilakukan oleh beberapa orang belum
tentu bermakna satu, tetapi mungkin memiliki dua makna atau lebih.
Menurut Byrne (1980) perilaku yang mempunyai tujuan menyakiti badan atau
perasaan disebut agresi. Perilaku agresi mempunyai konsekuensi hampir sama dengan
kenakalan remaja pada umumnya, akan tetapi cakupan korban lebih luas yaitu diri
sendiri atau orang lain. Jadi perilaku agresi dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain. Kecenderungan perilaku agresi adalah keinginan subyek untuk melukai badan
atau perasaan baik pada diri sendiri atau orang lain dengan kata-kata atau alat.
Menurut Freud (Koeswara, 1988) agresi adalah penyaluran kebutuhan naluri
kematian yang ditekan oleh suatu sistem kepribadian yang disebut ego agar berada
dalam taraf tidak sadar, karena perilaku agresi dalam bentuk apapun dan kepada
siapapun tidak dapat diterima secara sosial dan selalu berhadapan dengan kendali
masyarakat, norma, dan hukum. Akan tetapi akan selalu ada kemungkinan agresi
tersebut muncul menembus barikade pertahanan ego karena agresi sangat dipengaruhi
oleh kondisi dan faktor-faktor tertentu yang mengarahkan atau mencetuskannya.
Dorongan agresi berkembang dan terwujud oleh beberapa sebab yang
mempengaruhinya. Ada kalanya dorongan agresi termanifestasi dalam wujud
perilaku agresi akan tetapi dorongan agresi juga dapat terwujud dalam bentuk emosi
agresi. Hal ini tampak pada ekspresi wajah dan dorongan agresi seperti ini hanya
menjadi keinginan agresi atau kecenderungan agresi saja.
Memahami perilaku agresi sebagai salah satu permasalahan sosial pada
individu sebaiknya dipahami pula paradigma sebab-sebab munculnya suatu perilaku
dalam kehidupan manusia/individu. Musik merupakan bagian yang lekat dengan
kehidupan manusia, dan disadari atau tidak, musik dapat menghadirkan suasana yang
mampu mempengaruhi batin seseorang dan tingkah laku pendengarnya. Musik bisa
menimbulkan emosi seseorang yang kemudian akan mempengaruhi saraf dan hormon
yang berperan dalam pengambilan sikap dan perilaku seseorang.
Menurut beberapa penelitian pengaruh paling kuat dari musik terdapat pada
iramanya. Jenis musik yang memberikan dampak negatif bagi tubuh manusia yaitu
musik berirama anapestik (terdapat pada musik rock). Jenis musik ini memberikan
tekanan pada irama terakhir, istirahat sebentar, sebelum mulai dengan irama pertama.
Ritme ini bertentangan dengan ritme tubuh manusia, yang selalu teratur dan
memberikan penekanan pada irama pertama (terdapat pada ritme lagu waltz).
Pernah diadakan penelitian pada musik rock dan classic terhadap pengaruhnya
pada tumbuhan & tikus. Tumbuhan dan tikus tersebut dibagi kedalam 2 kelompok.
Kelompok pertama diberi musik klasik sedangkan pada kelompok kedua diberi musik
rock. Pada kelompok yang diberi musik klasik, tumbuhan tersebut tumbuh mendekati
sumber suara musik, tidak perlu diberi banyak air dan pertumbuhannya bagus.
Sedangkan pada kelompok kedua, tumbuhan tumbuh menjauhi sumber suara musik
dan cenderung memerlukan lebih banyak air. Begitu pula halnya dengan tikus, pada
kelompok yang diberi musik klasik, tikus tersebut lebih cepat mengingat tempat
makanan mereka diletakkan. Sedangkan pada kelompok yang diberi musik rock
setelah beberapa hari, mereka tidak dapat mengingat tempat makan mereka. Lebih
lanjut dikemukakan oleh Handayani (2004) "Musik mampu meningkatkan
pertumbuhan otak anak, karena musik itu sendiri merangsang pertumbuhan sel otak.
Musik bisa membuat kita rileks dan senang hati, yang merupakan emosi positif.
Emosi positif inilah membuat fungsi berpikir seseorang menjadi maksimal," Selain
itu, musik juga bagus untuk emosional anak. "Misal, jika didengarkan musik lembut,
maka anak akan tenang, kalau musik yang riang, anak pun akan terlihat gembira,"
jelasnya. Biasanya, seorang anak yang sejak dalam kandungan, biasa didengarkan
musik, ketika dalam perkembangan pertumbuhannya nanti, anak itu dapat dengan
mudah beradaptasi dan belajar soal musik.
Musik dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat karena musik
mampu mempengaruhi masyarakat, memantapkan masyarakat, menghindari berbagai
perubahan masyarakat, dan musik bisa mendukung berbagai perkembangan
masyarakat ke arah positif. Ternyata dari aspek ini sulit untuk ditentukan secara
obyektif dan konkrit karena dalam kenyataannya keluhan-keluhan tentang dampak
negatif oleh berbagai jenis musik seolah-olah dapat memperketat dan memperdalam
segi negatif ini dalam masyarakat sendiri. Misalnya perwujudan musik rock yaitu
perilaku yang berupa pesta miras dan penggunaan obat-obat terlarang, perilaku
agresi.
Musik Rock merupakan jenis musik perpaduan antara kesenduan lagu-lagu
blues yang ekspresi dengan keterbukaan lagu-lagu country yang dipadukan dengan
seni panggung dan didukung oleh teknologi yang lazim dipakai untuk
mengungkapkan keteguhan sikap dan pendapat yang tak terlepas dari dunia remaja
pada umumnya (Soeharto,1995).
Zhelebour (2000) mengatakan bahwa di satu sisi musik rock mempunyai sifat
yang dinamis dan ekspresif, garang tetapi kaya harmoni, lugas tapi tetap teratur dan
keras tetapi tetap indah, namun di sisi lain unsur-unsur musik rock yaitu irama, tempo
yang cepat, dan tingkat volume yang keras memberikan rangsangan-rangsangan
psikis yaitu membangkitkan semangat, perasaan senang dan puas sehingga muncul
perilaku yang agresif.
Fenomena tersebut terlihat jelas pada individu yang menyenangi musik rock,
banyak diantara mereka yang berpenampilan aneh, gaya rambut seperti kulit durian
dicat warna-warni, telinga, hidung, sampai lidah ditindik serta mengenakan aksesori
seperti peniti, rantai gembok digantungkan pada baju dan celana untuk meniru
musisi-musisi rock yang mereka senangi. Dalam membuktikan kefanatikan mereka
terhadap musik rock, tak jarang mereka mengidentifikasi perilaku musisi-musisi rock
yang mereka gemari tanpa mempertimbangkan baik buruknya terlebih dahulu
sehingga sering berakibat negatif terhadap mereka, contohnya banyak remaja yang
menggunakan narkoba karena meniru artis idolanya.
Selama masuk abad 21 di Indonesia banyak sekali pertunjukan musik yang
diadakan khususnya pertunjukan musik rock. Ada yang berlangsung mulus tanpa ada
keributan dan ada pula yang berakhir dengan kerusuhan. Pada bulan april 1993 group
Metallica asal Amerika menggelar konser yang berlangsung di stadioan Lebak Bulus,
Jakarta. Inilah konser yang berlangsung damai di dalam stadion tapi berakhir dengan
keributan diluar panggung, dimana sejumlah mobil dan warung habis dibakar oleh
penonton sehingga aparat keamanan pada masa itu mengeluarkan maklumat pentas
musik rock dilarang.
Begitu pula dengan pertunjukan Bon Jovi dengan titel “cross road to the east
concert” pada tahun 1995 di Ancol berakhir dengan ricuh sehingga mengakibatkan
sejumlah kendaraan hancur dan puluhan penonton cedera. Konser Green Day yang
diadakan dalam ruangan tertutup di Jakarta Hall Convention Centre pada tahun 1996
pun tak lepas dari kerusuhan, sejumlah kaca di pintu masuk dirusak oleh
penggemarnya. Pada awal februari 2004 group musik underground Korn juga konser
di Plenary Hall Jakarta juga berakhir dengan ribut karena banyak penonton yang
kecewa dengan tiket yang terlalu mahal (Suryawan, 1999).
Tanggal 13 Februari 2004 berlangsung konser rock di stadion Mandala Krida
Yogyakarta yang mendatangkan group rock yang lagu-lagunya sudah melekat
ditelinga masyarakat Indonesia yaitu Jamrud dan Helloween, dua group rock besar
tersebut membuat para penggemarnya yang berada di luar stadion tidak betah
sehingga pintu masuk dan keluar stadion dijebol dengan melakukan perlawanan yang
berarti kepada aparat yang personilnya hanya sedikit, tak urung para penonton yang
berhasil masuk banyak yang luka-luka karena pihak panitia tidak mau merugi dan
aparat yang membawa senjata tidak tinggal diam (Ariyanto, 2004).
Konser Slank dan Naif yang diselenggarakan pada tanggal 29 februari 2004 di
stadion Sriwedari Solo juga terjadi tawuran antar penonton akibat dari pengaruh
musik yang dominan menggunakan efek Distorsi (jenis suara gitar yang kuat, yang
ditimbulkan dari efek gitar atau alat macam suara), sehingga memancing penonton
untuk berjingkrak-jingkrak dan saling adu otot. Keributan terjadi setelah group Slank
membawakan beberapa buah lagu yang menjadi andalannya, hingga Slank
memberhentikan musiknya untuk sementara karena aparat kewalahan. Logo dan
simbol group musik Slank yang selama ini dijunjung tinggi para penggemarnya
(slankers / kaum minoritas) yaitu “piss” (cinta damai) terabaikan, karena pengaruh
musik yang keras dan dari berbagai jenis zat yang memabukkan (Syamsul, 2004).
Kerusuhan bukan hanya terjadi pada pertunjukan konser dikota-kota besar dan
yang bertarif relatif mahal, dalam pertujukan gratis yang berlangsung di kota kecilpun
seperti Purwodadi juga berakhir dengan agresi penonton. Konser Power Slaves yang
diselenggarakan pada tanggal 7 maret 2000 di GOR simpang lima purwodadi, juga
terjadi agresi penonton yang kebanyakan para penonton menenggak minuman keras
yang sudah menjadi tradisi apabila melihat tontonan atau event yang besar di kota
Purwodadi, bahkan group music Jikustik yang melantunkan lagu-lagu melankolis
yang berlangsung di GOR Simpang Lima pada bulan Desember 1999 juga terjadi
kerusuhan, sehingga pertunjukan musik dihentikan beberapa menit untuk meredakan
kerusuhan, agresi tersebut terjadi karena polisi yang kurang bisa mengantisipasi
keamanan yang sebelumnya belum pernah memberikan pengamanan dalam konser
musik besar (Yohana, 2000).
Fenomena tersebut sering terjadi baik di kota-kota besar maupun kota-kota
kecil seperti kota purwodadi, agresi yang terjadi menimbulkan banyak korban baik itu
secara materi maupun yang lainnya. Didalam pertunjukan musik rock manifestasinya
dapat terlihat dengan jelas, dimana para penonton dalam menikmati pertunjukan
mereka saling membenturkan badan dengan keras (pow go), mengibas-kibaskan
kepala dengan keras (head banging), berteriak-teriak dan berbagai aksi lainnya yang
terlihat brutal.
Pada pentas pertunjukan musik Rock seringkali terlihat bentuk-bentuk
perilaku agresi yang muncul baik itu bersifat agresi verbal maupun agresi fisik yang
dimunculkan oleh para penggemar ataupun para musisinya. Tak jarang para artis-
artis musik Rock membawa simbol-simbol agresi seperti gergaji, tengkorak, simbol
fasisme dan lain sebagainya untuk mendukung penampilannya, ada juga yang
melakukan adegan-adegan merusakkan alat (membanting dan menendang) supaya
lebih terlihat ekspresif dan sangar. Demikian pula dengan lagu-lagu yang dibawakan
banyak juga yang berisi kata-kata makian dan protes yang diucapkan secara eksplisit
ditujukan kepihak-pihak tertentu sebagai ungkapan ketidakpuasan mereka terhadap
lingkungan sekitar.
Begitu pula dengan para penontonnya, dalam menikmati pertunjukan
seringkali mereka bergaya gila-gilaan dengan gerakannya yang khas yaitu meletakkan
tangannya diatas dada dan menggerakkannya naik turun, menghentak-hentakkan
kepala seperti orang yang kesurupan mengikuti irama musik yang keras, membentur-
benturkan badan dengan sesama penonton yang lain hingga lompat berkali-kali
ketengah-tengah kerumunan penonton bahkan sampai terluka, dalam melakukan hal-
hal tersebut banyak sekali para penonton seperti tidak sadarkan diri karena dengan
cara seperti itu mereka menikmati dan meresapi musik rock atau karena dalam
pengaruh NARKOBA. Pemandangan tersebut selalu ada pada hampir setiap
pertunjukan musik rock yang diadakan.
Sering juga terjadi perkelahian diantara sesama penonton yang disebabkan
hal-hal yang sepele dan dalam skala yang lebih besar perilaku agresi penonton
pertunjukan musik rock dapat mengarah kepada perilaku kriminal seperti
pengrusakan, perampasan sebagaimana yang pernah terjadi beberapa waktu yang lalu.
Maraknya perilaku agresi dalam pertunjukan musik rock menyebabkan masyarakat
menilai musik rock identik dengan kekerasan.
Remaja dengan beragam karakteristiknya banyak yang mengekspresikan
dirinya dalam komunitas-komunitas musik rock, baik itu sebagai penggemar ataupun
menjadi musisi rock. Bagi mereka lewat energinya, ekspresi yang bebas serta liriknya
yang benyak bertemakan tentang cinta, krisis identitas, pembelaan terhadap frustasi
serta hal-hal lain yang mereka rasakan, musik rock diyakini mampu mewakili dan
menyuarakan protes mereka, tuntutan terhadap nilai-nilai baru serta penolakan
terhadap nilai-nilai lama yang membuat mereka terkekang, hal inilah yang membuat
musik rock sangat populer dikalangan remaja karena memang sesuai dengan keadaan
emosi mereka yang meluap-luap.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat diuraikan
bahwa Pertunjukan musik rock yang sering di gelar banyak sekali perilaku agresi
yang melibatkan remaja, sehingga dalam hal ini rumusan masalah yang ada yaitu: 1)
Apakah yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresi pada penonton
pertunjukkan musik rock 2) Bagaimanakah bentuk-bentuk perilaku agresi yang
muncul pada penonton pertunjukan musik rock? Berdasarkan rumusan masalah
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai fenomena tersebut dengan
melakukan penelitian berjudul: “Studi tentang klasifikasi penyebab dan identifikasi
agresi remaja penonton pertunjukan musik rock di Purwodadi”
B. Pembatasan Masalah
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang akan
diteliti, maka penulis akan memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini ditekankan mengenai penyebab timbulnya perilaku agresi dan
bentuk-bentuk agresi yang muncul pada penonton pertunjukan musik rock.
2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah agresi dan musik rock.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk: