BAB I
PENDAHULUAN
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud kesepakatan dari
negara – negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar
regional bagi 500 juta penduduknya. Dengan adanya AFTA, hambatan
perdagangan antar negara ASEAN akan diturunkan sesuai dengan jadwal yang
ditentukan dalam Persetujuan Penurunan Tarif (Agreement Of Common
Prefential Tariff). Pembentukan AFTA diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat negara – negara anggota ASEAN. (Kompas, 2003)
AFTA 2003 akan membawa dunia retail Indonesia pada realitas global
(Global Retailing) yang harus kita hadapi. Era global retailing ini ditandai
dengan masuk dan berkembangnya retail global. Istilah “globalisasi” sendiri
biasanya merujuk pada kenyataan makin terintegrasinya perekonomian nasional
dimanapun dalam tatanan kapitalisme dunia. Kemajuan teknologi, khususnya
teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan dunia usaha membangun
jaringan produksi dan distribusi barang, modal dan jasa yang lintas batas. Bagi
para pendukung globalisasi ini, perekonomian nasional tidak punya pilihan lain
kecuali menyesuaikan diri dengan sistem perdagangan dan pembangunan dunia
ini. Dalam kondisi seperti ini perekonomian nasional justru akan memetik
keuntungan, karena produktivitas akan menigkat, arus perdagangan akan
semakin efisien, sehingga menghasilkan barang dan jasa berkualitas.
Secara teori, suatu sistem perdagangan bebas akan membuat suatu
negara berkonsentrasi membuat produk yang dapat mereka kerjakan lebih efisien
dibandingkan dengan negara lain. Misalnya, Indonesia dapat membuat produk
mesin cuci dengan kapasitas yang sama lebih efisien dibandingkan dengan
Malaysia, sedangkan Malaysia dapat membuat kompor listrik dengan kapasitas
yang sama pula dan lebih efisien dibandingkan dengan Indonesia. Maka, output
kedua negara akan lebih tinggi apabila Indonesia mebuat mesin cuci saja dan
mengimpor kompor listrik dari Malaysia serta Malaysia membuat kompor listrik
saja kemudian mengimpor mesin cuci dari Indonesia, dibandingkan dengan
apabila kedua negara tersebut membuat kompor gas dan mesin cuci secara
bersamaan.
Dalam selang waktu beberapa tahun terakhir ini perusahaan yang
bergerak dibidang Wholesale dan Retail Trade melakukan pengembangan
usahanya dengan membuka cabang retail dibeberapa daerah yang dinilai cukup
mampu memberikan keuntungan yang maksimal. Perusahaan yang bergerak
dibidang retail ini selain memberikan pelayanan yang memuaskan pada setiap
konsumennya juga memberikan keuntungan lebih yang dapat dilihat dari laporan
keuangan yang disajikan oleh pihak intern perusahaan.
Walaupun retailer lokal sempat goncang karena aksi penjarahan
pembakaran dalam kerusuhan Mei 1998, namun para pelaku bisnis khususnya
disektor retail ini segera bangkit kembali menyusul gencarnya pembukaan gerai
hypermarket. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pasca kerusuhan dalam
kondisi kepurukan. Bahkan justru tampak adanya revolusi bisnis retail yang
diakselerasi oleh fenomena global relailing (Sujana, 2005 : 03).
Struktur ekonomi yang seimbang didalamnya terdapat kemampuan dari
kekuatan industri yang maju didukung oleh kekuatan dan kemampuan dan dari
sumber daya yang tersedia serta keterlibatan manajemen perusahaan yang baik
untuk mengelola perusahaan agar efektif dan efisien. Perusahaan yang efektif dan
efisien dapat tercermin melalui laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
yang telah dianalisi oleh analis yang kompeten dibidangnya.
Profitabilitas dapat dipakai sebagai tolak ukur penilaian efisiensi suatu
badan usaha dengan jalan membandingkan profitabilitas perusahaan dengan
profitabilitas rata – rata (Hanafi & Halim : 2000). Kinerja keuangan suatu
perusahaan tolak ukurnya dapat diukur melalui tinggi rendahnya likuiditas dan
solvabilitas, dengan jalan membandingkan likuiditas dan solvabilitas perusahaan
dengan rasio rata – rata industri. (Munawir, 1995 : 37).
Rasio bukan merupakan kriteria yang mutlak. Rasio dapat
menunjukkan perubahan kondisi keuangan atau kinerja operasional dan
membantu menggambarkan kecenderungan perubahan tersebut yang pada
gilirannya menunjukkan kepada analisis resiko dan peluang perusahaan yang
sedang di telaah (Eric h, 1995 : 53).
Terdapat banyak analisis yang digunakan dalam menganalisis laporan
keuangan. Dalam hal ini penulis menggunakan analisis rasio. Yang dimaksud
analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos –
pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi
dari kedua laporan tersebut. (Munawir, 1995 : 37).
Dari penelitian tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
kembali mengenai analisis efisiensi dan kinerja perusahaan, maka berdasarkan
alasan tersebut, penulis memilih judul “Analisis Efisiensi dan Kinerja
Perusahaan Wholesale dan Retail Trade di Bursa Efek Jakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah tingkat efisiensi dan kinerja keuangan perusahaan
berada di atas, di bawah atau sama dengan rata-rata sampel atau rasio industri
dalam mengelola perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di BEJ.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, untuk dapat mencapai sasaran penelitian terhadap
masalah yang timbul, penulis perlu membatasi permasalahan yang diteliti.
Pembatasan masalah tersebut menyangkut penyajian laporan keuangan dalam hal
ini neraca dan laporan laba rugi tahun 2003 serta pemakaian analisis rasio untuk
menganalisa data tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan demi terwujudnya
Pembangunan Nasional disektor ekonomi dalam jangka panjang maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui efisiensi dan kinerja perusahaan Wholesale
dan Retail Trade di BEJ
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
PENDAHULUAN
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud kesepakatan dari
negara – negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar
regional bagi 500 juta penduduknya. Dengan adanya AFTA, hambatan
perdagangan antar negara ASEAN akan diturunkan sesuai dengan jadwal yang
ditentukan dalam Persetujuan Penurunan Tarif (Agreement Of Common
Prefential Tariff). Pembentukan AFTA diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat negara – negara anggota ASEAN. (Kompas, 2003)
AFTA 2003 akan membawa dunia retail Indonesia pada realitas global
(Global Retailing) yang harus kita hadapi. Era global retailing ini ditandai
dengan masuk dan berkembangnya retail global. Istilah “globalisasi” sendiri
biasanya merujuk pada kenyataan makin terintegrasinya perekonomian nasional
dimanapun dalam tatanan kapitalisme dunia. Kemajuan teknologi, khususnya
teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan dunia usaha membangun
jaringan produksi dan distribusi barang, modal dan jasa yang lintas batas. Bagi
para pendukung globalisasi ini, perekonomian nasional tidak punya pilihan lain
kecuali menyesuaikan diri dengan sistem perdagangan dan pembangunan dunia
ini. Dalam kondisi seperti ini perekonomian nasional justru akan memetik
keuntungan, karena produktivitas akan menigkat, arus perdagangan akan
semakin efisien, sehingga menghasilkan barang dan jasa berkualitas.
Secara teori, suatu sistem perdagangan bebas akan membuat suatu
negara berkonsentrasi membuat produk yang dapat mereka kerjakan lebih efisien
dibandingkan dengan negara lain. Misalnya, Indonesia dapat membuat produk
mesin cuci dengan kapasitas yang sama lebih efisien dibandingkan dengan
Malaysia, sedangkan Malaysia dapat membuat kompor listrik dengan kapasitas
yang sama pula dan lebih efisien dibandingkan dengan Indonesia. Maka, output
kedua negara akan lebih tinggi apabila Indonesia mebuat mesin cuci saja dan
mengimpor kompor listrik dari Malaysia serta Malaysia membuat kompor listrik
saja kemudian mengimpor mesin cuci dari Indonesia, dibandingkan dengan
apabila kedua negara tersebut membuat kompor gas dan mesin cuci secara
bersamaan.
Dalam selang waktu beberapa tahun terakhir ini perusahaan yang
bergerak dibidang Wholesale dan Retail Trade melakukan pengembangan
usahanya dengan membuka cabang retail dibeberapa daerah yang dinilai cukup
mampu memberikan keuntungan yang maksimal. Perusahaan yang bergerak
dibidang retail ini selain memberikan pelayanan yang memuaskan pada setiap
konsumennya juga memberikan keuntungan lebih yang dapat dilihat dari laporan
keuangan yang disajikan oleh pihak intern perusahaan.
Walaupun retailer lokal sempat goncang karena aksi penjarahan
pembakaran dalam kerusuhan Mei 1998, namun para pelaku bisnis khususnya
disektor retail ini segera bangkit kembali menyusul gencarnya pembukaan gerai
hypermarket. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pasca kerusuhan dalam
kondisi kepurukan. Bahkan justru tampak adanya revolusi bisnis retail yang
diakselerasi oleh fenomena global relailing (Sujana, 2005 : 03).
Struktur ekonomi yang seimbang didalamnya terdapat kemampuan dari
kekuatan industri yang maju didukung oleh kekuatan dan kemampuan dan dari
sumber daya yang tersedia serta keterlibatan manajemen perusahaan yang baik
untuk mengelola perusahaan agar efektif dan efisien. Perusahaan yang efektif dan
efisien dapat tercermin melalui laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
yang telah dianalisi oleh analis yang kompeten dibidangnya.
Profitabilitas dapat dipakai sebagai tolak ukur penilaian efisiensi suatu
badan usaha dengan jalan membandingkan profitabilitas perusahaan dengan
profitabilitas rata – rata (Hanafi & Halim : 2000). Kinerja keuangan suatu
perusahaan tolak ukurnya dapat diukur melalui tinggi rendahnya likuiditas dan
solvabilitas, dengan jalan membandingkan likuiditas dan solvabilitas perusahaan
dengan rasio rata – rata industri. (Munawir, 1995 : 37).
Rasio bukan merupakan kriteria yang mutlak. Rasio dapat
menunjukkan perubahan kondisi keuangan atau kinerja operasional dan
membantu menggambarkan kecenderungan perubahan tersebut yang pada
gilirannya menunjukkan kepada analisis resiko dan peluang perusahaan yang
sedang di telaah (Eric h, 1995 : 53).
Terdapat banyak analisis yang digunakan dalam menganalisis laporan
keuangan. Dalam hal ini penulis menggunakan analisis rasio. Yang dimaksud
analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos –
pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi
dari kedua laporan tersebut. (Munawir, 1995 : 37).
Dari penelitian tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
kembali mengenai analisis efisiensi dan kinerja perusahaan, maka berdasarkan
alasan tersebut, penulis memilih judul “Analisis Efisiensi dan Kinerja
Perusahaan Wholesale dan Retail Trade di Bursa Efek Jakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah tingkat efisiensi dan kinerja keuangan perusahaan
berada di atas, di bawah atau sama dengan rata-rata sampel atau rasio industri
dalam mengelola perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di BEJ.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, untuk dapat mencapai sasaran penelitian terhadap
masalah yang timbul, penulis perlu membatasi permasalahan yang diteliti.
Pembatasan masalah tersebut menyangkut penyajian laporan keuangan dalam hal
ini neraca dan laporan laba rugi tahun 2003 serta pemakaian analisis rasio untuk
menganalisa data tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan demi terwujudnya
Pembangunan Nasional disektor ekonomi dalam jangka panjang maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui efisiensi dan kinerja perusahaan Wholesale
dan Retail Trade di BEJ
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :