BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Munculnya obat kimiawi sintetis pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sentetis mulai tampak kemajuannya, dengan ditemukannya obat-obat termashyur, yaitu salvarsan dan aspirin sebagai pelopor, yang kemudian disusul oleh sejumlah obat lain. (Tan Hoan Tjay, 2002) Penggunaan obat kulit dimaksudkan untuk efek lokal tidak untuk sistemik. Bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit adalah salep, krim, pasta dengan basis yang bermacam – macam seperti hidrofil atau hidrofob. Sediaan farmasi yang digunakan pada kulit adalah untuk memberi aksi lokal dan aksinya dapat lama pada tempat yang sakit dan sedikit mungkin diabsorbsi. Oleh karena itu sediaan untuk kulit biasanya digunakan sebagai antiseptik, antifungi maupun antiinflamasi. (Anief, 1994)
Universitas Sumatera Utara
8
Problema penyakit kulit sangat beragam, masyarakat seringkali susah membedakan antara satu penyakit kulit dengan penyakit kulit lain. Obat bebas untuk pengobatan kulit biasanya ditujukan untuk penyakit – penyakit yang sering terjadi seperti panu, kadas, jerawat, kudis, kutil, ketombe dan sebagainya. Bentuk obatnya seperti salep atau cairan. Secara umum obat – obatan luar memiliki keamanan yang lebih baik karena ia hanya digunakan secara lokal pada lokasi tertentu diluar tubuh. Efek samping yang mungkin terjadi ialah iritasi kulit atau kadang rasa terbakar. (Widodo, 1990) Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chomatography) dikembangkan pada saat akhir tahun 1960-an dan awal tahun tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. Kegunaan KCKT adalah untuk : pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. KCKT paling sering digunakan untuk : menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis ; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat. (Sudjadi, 2007)
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dipasaran telah banyak ditemukan bentuk – bentuk sediaan obat yang pemakaianya dapat disesuaikan
Universitas Sumatera Utara
9
dengan jumlah zat berkhasiatnya, diantaranya adalah Betametason yang dibuat dalam bentuk krim. Untuk mendapatkan tercapainya obat yang bermutu diperlukan beberapa evaluasi yang meliputi :
1.1. Latar Belakang
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Munculnya obat kimiawi sintetis pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sentetis mulai tampak kemajuannya, dengan ditemukannya obat-obat termashyur, yaitu salvarsan dan aspirin sebagai pelopor, yang kemudian disusul oleh sejumlah obat lain. (Tan Hoan Tjay, 2002) Penggunaan obat kulit dimaksudkan untuk efek lokal tidak untuk sistemik. Bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit adalah salep, krim, pasta dengan basis yang bermacam – macam seperti hidrofil atau hidrofob. Sediaan farmasi yang digunakan pada kulit adalah untuk memberi aksi lokal dan aksinya dapat lama pada tempat yang sakit dan sedikit mungkin diabsorbsi. Oleh karena itu sediaan untuk kulit biasanya digunakan sebagai antiseptik, antifungi maupun antiinflamasi. (Anief, 1994)
Universitas Sumatera Utara
8
Problema penyakit kulit sangat beragam, masyarakat seringkali susah membedakan antara satu penyakit kulit dengan penyakit kulit lain. Obat bebas untuk pengobatan kulit biasanya ditujukan untuk penyakit – penyakit yang sering terjadi seperti panu, kadas, jerawat, kudis, kutil, ketombe dan sebagainya. Bentuk obatnya seperti salep atau cairan. Secara umum obat – obatan luar memiliki keamanan yang lebih baik karena ia hanya digunakan secara lokal pada lokasi tertentu diluar tubuh. Efek samping yang mungkin terjadi ialah iritasi kulit atau kadang rasa terbakar. (Widodo, 1990) Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chomatography) dikembangkan pada saat akhir tahun 1960-an dan awal tahun tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. Kegunaan KCKT adalah untuk : pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. KCKT paling sering digunakan untuk : menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis ; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat. (Sudjadi, 2007)
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dipasaran telah banyak ditemukan bentuk – bentuk sediaan obat yang pemakaianya dapat disesuaikan
Universitas Sumatera Utara
9
dengan jumlah zat berkhasiatnya, diantaranya adalah Betametason yang dibuat dalam bentuk krim. Untuk mendapatkan tercapainya obat yang bermutu diperlukan beberapa evaluasi yang meliputi :