BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Peranan minyak atsiri dalam kehidupan manusia telah memulai sejak beberapa abad yang lalu, yaitu sejak zaman pemerintahan raja Fir’aun di Mesir. Jenis minyak yang telah dikenal pada saat itu terbatas pada minyak atsiri tertentu, terutama yang berasal dari rempah-rempah (Ketaren, 1985).
Penggunaan minyak atsiri demikian luas sehingga sulit untuk menentukan apakah penyebab atau akibat yang mendorong perkembangan tersebut, pengunaan minyak atsiri sebagai obat–obatan menjadi kecil artinya dibandingkan penggunaannya pada parfum, minuman, bahan pangan dan sebagainya. Ilmu botani, pertanian, ilmu obat–obatan dan ilmu kimia semua ini membantu perkembangan industri minyak atsiri. Semua bidang ilmu tersebut bekerja sama sama secara terpadu agar mendapat manfaat dengan mutu minyak yang lebih tinggi (Guenther, 1987).
Minyak atsiri hanya mengandung zat-zat kimia organik yang membentuk secara terpadu aroma yang khas dari setiap jenis rempah-rempah, seperti halnya kayu manis. Kulit kayu manis sebelum masehi dikenal sebagai sumber pewangi untuk membalsem mumi raja–raja Mesir, maupun sebagai peningkat cita rasa masakan dan minuman, aroma kulit kayu manis ini berasal dari minyak atsiri yang baru pada abad 16-17, jelasnya pada tahun 1574 direalisasikan melalui destilasi uap (menurut Gildemeister) (Rismunandar, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Bagian dari kayu manis yang dimanfaatkan adalah bagian kulit dan daunnya. Umumnya kulit yang diperdagangkan berupa kulit kering sehingga perlu penjemuran. Sinar matahari sangat dibutuhkan untuk penjemuran tersebut, bila sinar matahari kurang maka dikhawatirkan kulit yang dihasilkan memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga dapat memacu pertumbuhan jamur keberadaan jamur ini dapat menurunkan mutu kayu manis. Kulit kayu manis dapat digunakan dalam bentuk aslinya, baik berupa potongan maupun bubuk, misalnya untuk bermacam–macam roti, masakan daging, ikan dan minuman. Pengolahan kulit kayu manis dan daun berupa minyak atsiri kayu manis. Minyaknya banyak digunakan sebagai pemberi rasa dan aroma dalam industri makanan, minuman, farmasi, rokok dan kosmetik. Manfaat lain minyak kayu manis dipakai sebagai obat tradisional, yaitu mengeluarkan angin dan membangkitkan selera makan atau menguatkan lambung (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Dengan kemajuan teknologi di bidang perminyak atsirian, maka usaha dan pendayagunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat. Dengan kemajuan teknologi tersebut ditemukan persenyawaan sintetis yang berbau wangi, sehingga ia merupakan saingan bagi minyak atsiri alamiah karena mempunyai harga yang relatif murah. Namun demikian minyak atsiri alamiah tetap akan lebih unggul, karena
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Peranan minyak atsiri dalam kehidupan manusia telah memulai sejak beberapa abad yang lalu, yaitu sejak zaman pemerintahan raja Fir’aun di Mesir. Jenis minyak yang telah dikenal pada saat itu terbatas pada minyak atsiri tertentu, terutama yang berasal dari rempah-rempah (Ketaren, 1985).
Penggunaan minyak atsiri demikian luas sehingga sulit untuk menentukan apakah penyebab atau akibat yang mendorong perkembangan tersebut, pengunaan minyak atsiri sebagai obat–obatan menjadi kecil artinya dibandingkan penggunaannya pada parfum, minuman, bahan pangan dan sebagainya. Ilmu botani, pertanian, ilmu obat–obatan dan ilmu kimia semua ini membantu perkembangan industri minyak atsiri. Semua bidang ilmu tersebut bekerja sama sama secara terpadu agar mendapat manfaat dengan mutu minyak yang lebih tinggi (Guenther, 1987).
Minyak atsiri hanya mengandung zat-zat kimia organik yang membentuk secara terpadu aroma yang khas dari setiap jenis rempah-rempah, seperti halnya kayu manis. Kulit kayu manis sebelum masehi dikenal sebagai sumber pewangi untuk membalsem mumi raja–raja Mesir, maupun sebagai peningkat cita rasa masakan dan minuman, aroma kulit kayu manis ini berasal dari minyak atsiri yang baru pada abad 16-17, jelasnya pada tahun 1574 direalisasikan melalui destilasi uap (menurut Gildemeister) (Rismunandar, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Bagian dari kayu manis yang dimanfaatkan adalah bagian kulit dan daunnya. Umumnya kulit yang diperdagangkan berupa kulit kering sehingga perlu penjemuran. Sinar matahari sangat dibutuhkan untuk penjemuran tersebut, bila sinar matahari kurang maka dikhawatirkan kulit yang dihasilkan memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga dapat memacu pertumbuhan jamur keberadaan jamur ini dapat menurunkan mutu kayu manis. Kulit kayu manis dapat digunakan dalam bentuk aslinya, baik berupa potongan maupun bubuk, misalnya untuk bermacam–macam roti, masakan daging, ikan dan minuman. Pengolahan kulit kayu manis dan daun berupa minyak atsiri kayu manis. Minyaknya banyak digunakan sebagai pemberi rasa dan aroma dalam industri makanan, minuman, farmasi, rokok dan kosmetik. Manfaat lain minyak kayu manis dipakai sebagai obat tradisional, yaitu mengeluarkan angin dan membangkitkan selera makan atau menguatkan lambung (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Dengan kemajuan teknologi di bidang perminyak atsirian, maka usaha dan pendayagunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat. Dengan kemajuan teknologi tersebut ditemukan persenyawaan sintetis yang berbau wangi, sehingga ia merupakan saingan bagi minyak atsiri alamiah karena mempunyai harga yang relatif murah. Namun demikian minyak atsiri alamiah tetap akan lebih unggul, karena