BAB I
PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi dimana persaingan dalam dunia usaha
semakin ketat, manajemen dituntut bekerja secara efekif dan efisien sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai. Manajemen level tertinggi menghendaki
manajemen tingkat menengah maupun manajemen pada level terendah untuk
bisa bekerja sama dengan baik antara level-level dalam manajemen
perusahaan mereka.
Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan pendekatan
manajerial yang umumnya dinilai dapat meningkatkan efektivitas
organisasional melalui peningkatan kinerja setiap anggota organisasi secara
individual maupun kinerja manajerial.
Hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja
dipengaruhi oleh locus of control. Locus of control adalah sejauh mana orang
yakin bahwa mereka menjadi tuan atas nasib mereka sendiri (Robbins, 2003:
126). Locus of control dibedakan menjadi dua, yaitu locus of contol internal
dan eksternal. Individu yang yakin bahwa mereka mengontrol apa yang terjadi
pada mereka adalah mereka yang mempunyai locus of control internal,
sedangkan individu yang yakin bahwa apa yang terjadi pada diri mereka
terkontrol oleh kekuatan dari luar seperti nasib atau kesempatan adalah mereka
yang mempunyai locus of control eksternal.
1
2
Berdasarkan penelitian Brownell (1981, 1982) yang dilakukan pada
orang Amerika, ia mengemukakan bahwa seorang manajer yang memiliki
locus of control
internal cenderung bekerja dengan baik ketika perusahaan
melakukan sistem partisipasi anggaran. Di sisi lain, manajer dengan locus of
control
eksternal akan bekerja dengan baik di bawah sistem penganggaran non
partisipatif. (Hehanussa, 2003: 406)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan
antara satu penelitian dengan penelitian lain didalam melihat hubungan antara
partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Misalnya hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bass dan Leavitt (1963), Schuler dan Kim
(1978), Brownell (1982b), Brownell dan McInnes (1986), dan Indriantoro
(1993) menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara
partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Sementara hasil
penlitian Milani (1975), Kenis (1979), dan Riyanto (1996) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan diantara keduanya, sedangkan
beberapa penelitian yang lain melaporkan bahwa hubungan kedua variabel
tersebut bertolak belakang atau negatif (Sterdy, 1960; Bryan dan Locke, 1967
dalam Riyadi, 2000: 135).
Penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja
manajerial di Indonesia juga menghasilkan kesimpulan yang tidak konsisten.
Indriantoro dan Supomo (1998), Mustikawati (1999), Sayekti,dkk (2000),
Rosidi (2000), Indriantoro (2000), dan Riyadi (2000), menunjukkan partisipasi
anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
3
Govindarajan (1986) dalam Hehanusa (2003: 408) mengemukakan
bahwa untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai hasil penelitian tersebut,
bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontinjensi (contingensy
approach). Pendekatan ini secara sistematis mengevaluasi berbagai kondisi
atau variabel yang dapat mempengaruhi hubungan antara partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.
Indriantoro (2000) mencoba menggunakan locus of control dan tiga
dimensi budaya Hofstede untuk memoderasi hubungan partisipasi anggaran
dan kinerja manajerial di Indonesia. Penelitian ini tidak dapat membuktikan
bahwa locus of control
merupakan variabel moderating yang mempengaruhi
hubungan antara partisipasi dengan kepuasan kerja dan kinerja manajerial.
Demikian pula hubungan tiga dimensi budaya yaitu : power distance,
individualism / collectivism dan uncertaity avoidance tidak terbukti
berpengaruh pada hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja
manajerial. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan kultur budaya antara
Indonesia dengan AS, maupun negara barat yang lain, yang dapat memberikan
kontribusi terhadap hasil yang tidak signifikan. Penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, misalnya oleh Frucon dan Shearon (1991) dalam
Indriantoro (2000) menunjukkan bahwa perilaku dan budaya manajer
berpengaruh terhadap kinerja. Jika budaya suatu negara akan mempengaruhi
keefektifan penganggaran, maka budaya paternalistik di Indonesia yang masih
sangat kuat dapat pula mempengaruhi secara signifikan terhadap proses
penganggaran. Penelitian oleh Frucon dan Shearon (1991) dalam Indriantoro
4
(2000) terhadap kinerja manajer di Mexico menunjukkan bahwa dengan latar
belakang budaya Mexico yang berbeda dengan budaya manajer di Amerika,
akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula dalam proses penganggaran
partisipatif.
Penelitian ini bermaksud memberikan konfirmasi atas penelitian
sebelumnya. Mustikawati (1999) mengadakan penelitian pengaruh locus of
control dan budaya paternalistik terhadap hubungan penganggaran partisipatif
dalam peningkatan kinerja manajer dengan domain penelitian industri
manufaktur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial.
Locus of control
tidak terbukti menjadi variabel moderating, sedangkan
budaya paternalistik terbukti memoderasi pengaruh partisipasi anggaran
terhadap kinerja manajerial.
Nooraini (2004), meneliti pengaruh partisipasi anggaran terhadap
kinerja manajerial. Penelitian Nooraini menunjukkan partisipasi anggaran
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajerial yang
dilakukan atas manajer tingkat menengah pada 16 hotel berbintang di
Surakarta.
Mia (2001) dalam Mustikawati (1999) mengatakan bahwa industri
perhotelan adalah industri yang berorientasi pada manusia (personalized
service), karakteristik bisnisnya adalah pelayanan pribadi dan kontak langsung
antara manajer hotel dan karyawan lainnya dengan pelanggan. Berdasarkan
karakteristik industri perhotelan tersebut, peneliti akan mengadakan penelitian
5
dengan domain industri perhotelan. Industri perhotelan menunjukkan
kompetisi yang tinggi dan kompetisi tersebut meningkat semakin sengit
dewasa ini. Kepuasan konsumen menjadi kunci sukses dalam kompetisi
tersebut. Salah satu faktor pendukung tercapainya kepuasan konsumen adalah
partisipasi aktif manajer dalam proses penyusunan anggaran.
Selama ini, penelitian tentang partisipasi anggaran selalu dilakukan
dengan domain industri manufaktur, sentra industri perhotelan cenderung
diabaikan. Hasil yang diperoleh dari penelitian pada industri manufaktur
kemungkinan hasilnya bisa berbeda apabila diterapkan di industri perhotelan.
Perbedaan hasil penelitian dapat disebabkan karena beberapa alasan :
PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi dimana persaingan dalam dunia usaha
semakin ketat, manajemen dituntut bekerja secara efekif dan efisien sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai. Manajemen level tertinggi menghendaki
manajemen tingkat menengah maupun manajemen pada level terendah untuk
bisa bekerja sama dengan baik antara level-level dalam manajemen
perusahaan mereka.
Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan pendekatan
manajerial yang umumnya dinilai dapat meningkatkan efektivitas
organisasional melalui peningkatan kinerja setiap anggota organisasi secara
individual maupun kinerja manajerial.
Hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja
dipengaruhi oleh locus of control. Locus of control adalah sejauh mana orang
yakin bahwa mereka menjadi tuan atas nasib mereka sendiri (Robbins, 2003:
126). Locus of control dibedakan menjadi dua, yaitu locus of contol internal
dan eksternal. Individu yang yakin bahwa mereka mengontrol apa yang terjadi
pada mereka adalah mereka yang mempunyai locus of control internal,
sedangkan individu yang yakin bahwa apa yang terjadi pada diri mereka
terkontrol oleh kekuatan dari luar seperti nasib atau kesempatan adalah mereka
yang mempunyai locus of control eksternal.
1
2
Berdasarkan penelitian Brownell (1981, 1982) yang dilakukan pada
orang Amerika, ia mengemukakan bahwa seorang manajer yang memiliki
locus of control
internal cenderung bekerja dengan baik ketika perusahaan
melakukan sistem partisipasi anggaran. Di sisi lain, manajer dengan locus of
control
eksternal akan bekerja dengan baik di bawah sistem penganggaran non
partisipatif. (Hehanussa, 2003: 406)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan
antara satu penelitian dengan penelitian lain didalam melihat hubungan antara
partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Misalnya hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bass dan Leavitt (1963), Schuler dan Kim
(1978), Brownell (1982b), Brownell dan McInnes (1986), dan Indriantoro
(1993) menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara
partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Sementara hasil
penlitian Milani (1975), Kenis (1979), dan Riyanto (1996) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan diantara keduanya, sedangkan
beberapa penelitian yang lain melaporkan bahwa hubungan kedua variabel
tersebut bertolak belakang atau negatif (Sterdy, 1960; Bryan dan Locke, 1967
dalam Riyadi, 2000: 135).
Penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja
manajerial di Indonesia juga menghasilkan kesimpulan yang tidak konsisten.
Indriantoro dan Supomo (1998), Mustikawati (1999), Sayekti,dkk (2000),
Rosidi (2000), Indriantoro (2000), dan Riyadi (2000), menunjukkan partisipasi
anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
3
Govindarajan (1986) dalam Hehanusa (2003: 408) mengemukakan
bahwa untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai hasil penelitian tersebut,
bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontinjensi (contingensy
approach). Pendekatan ini secara sistematis mengevaluasi berbagai kondisi
atau variabel yang dapat mempengaruhi hubungan antara partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.
Indriantoro (2000) mencoba menggunakan locus of control dan tiga
dimensi budaya Hofstede untuk memoderasi hubungan partisipasi anggaran
dan kinerja manajerial di Indonesia. Penelitian ini tidak dapat membuktikan
bahwa locus of control
merupakan variabel moderating yang mempengaruhi
hubungan antara partisipasi dengan kepuasan kerja dan kinerja manajerial.
Demikian pula hubungan tiga dimensi budaya yaitu : power distance,
individualism / collectivism dan uncertaity avoidance tidak terbukti
berpengaruh pada hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja
manajerial. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan kultur budaya antara
Indonesia dengan AS, maupun negara barat yang lain, yang dapat memberikan
kontribusi terhadap hasil yang tidak signifikan. Penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, misalnya oleh Frucon dan Shearon (1991) dalam
Indriantoro (2000) menunjukkan bahwa perilaku dan budaya manajer
berpengaruh terhadap kinerja. Jika budaya suatu negara akan mempengaruhi
keefektifan penganggaran, maka budaya paternalistik di Indonesia yang masih
sangat kuat dapat pula mempengaruhi secara signifikan terhadap proses
penganggaran. Penelitian oleh Frucon dan Shearon (1991) dalam Indriantoro
4
(2000) terhadap kinerja manajer di Mexico menunjukkan bahwa dengan latar
belakang budaya Mexico yang berbeda dengan budaya manajer di Amerika,
akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula dalam proses penganggaran
partisipatif.
Penelitian ini bermaksud memberikan konfirmasi atas penelitian
sebelumnya. Mustikawati (1999) mengadakan penelitian pengaruh locus of
control dan budaya paternalistik terhadap hubungan penganggaran partisipatif
dalam peningkatan kinerja manajer dengan domain penelitian industri
manufaktur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial.
Locus of control
tidak terbukti menjadi variabel moderating, sedangkan
budaya paternalistik terbukti memoderasi pengaruh partisipasi anggaran
terhadap kinerja manajerial.
Nooraini (2004), meneliti pengaruh partisipasi anggaran terhadap
kinerja manajerial. Penelitian Nooraini menunjukkan partisipasi anggaran
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajerial yang
dilakukan atas manajer tingkat menengah pada 16 hotel berbintang di
Surakarta.
Mia (2001) dalam Mustikawati (1999) mengatakan bahwa industri
perhotelan adalah industri yang berorientasi pada manusia (personalized
service), karakteristik bisnisnya adalah pelayanan pribadi dan kontak langsung
antara manajer hotel dan karyawan lainnya dengan pelanggan. Berdasarkan
karakteristik industri perhotelan tersebut, peneliti akan mengadakan penelitian
5
dengan domain industri perhotelan. Industri perhotelan menunjukkan
kompetisi yang tinggi dan kompetisi tersebut meningkat semakin sengit
dewasa ini. Kepuasan konsumen menjadi kunci sukses dalam kompetisi
tersebut. Salah satu faktor pendukung tercapainya kepuasan konsumen adalah
partisipasi aktif manajer dalam proses penyusunan anggaran.
Selama ini, penelitian tentang partisipasi anggaran selalu dilakukan
dengan domain industri manufaktur, sentra industri perhotelan cenderung
diabaikan. Hasil yang diperoleh dari penelitian pada industri manufaktur
kemungkinan hasilnya bisa berbeda apabila diterapkan di industri perhotelan.
Perbedaan hasil penelitian dapat disebabkan karena beberapa alasan :