A. Latar Belakang
Berdasarkan perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1995
hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang.
Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram. Dan 17% dari 25 juta persalinan per tahun
adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkembang. Di Negara-negara maju
kasus BBLR masih menjadi masalah, seperti di Amerika Serikat prevalensi BBLR
sekitar 7,3%, di Inggris 6% dan di Afrika 12% (Azari, 2008).
BBLR sering mengalami penyulit dan memberi resiko kematian yang tinggi.
Penyulit yang sering dihadapi adalah gangguan pernapasan dan hipotermi (suhu tubuh
kurang dari 36,5 derajat C), sehingga diperlukan perawatan di dalam inkubator (Luize,
2003).
Perawatan bayi lekat yang kerap disebut kangaroo mother care sebenarnya sudah
banyak dibicarakan di masyarakat. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan
Martinez dari Bogota, Kolombia, dan merupakan metode perawatan bayi kecil atau bayi
prematur yang diilhami oleh cara ibu kanguru merawat anaknya yang selalu lahir
prematur (Efar, 2008).
Metode yang mengadaptasi perlakuan terhadap BBLR di Kolombia, tepatnya di
Bagado, mungkin bisa menjadi jawabannya. Martinez melakukan perawatan untuk
perkembangan bayi dengan berat badan kurang dari 1.500 gram dengan metode kanguru
sebagal pengganti perawatan inkubator. Ternyata hasilnya sangat memuaskan. Metode
ini dikembangkan di negara maju dan kini diterapkan pula di Indonesia (Luize, 2003).
Universitas Sumatera Utara
15
Di tingkat ASEAN, angka kematian bayi di Indonesia 35 per 1.000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan angka kematian bayi Malaysia, hampir 2 kali dibandingkan dengan Thailand dan 1,3 kali dibandingkan dengan Philipina (Depkes RI, 2004). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003, pada skala nasional juga masih terjadi kesenjangan kematian bayi antar provinsi dengan variasi sangat besar yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 103 per 1.000 kelahiran hidup (tertinggi) dan provinsi D.I. Yogyakarta mencapai 23 per 1.000 kelahiran hidup (terendah ), kata Menkes. Sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi pada bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan berat rendah (Depkes RI, 2004). Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi. Dari beberapa studi kejadian BBLR pada tahun 1984 sebesar 14,6% di daerah pedesaan dan 17,5% di Rumah Sakit, hasil studi di 7 daerah diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1% - 17,2 %, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI 1991 angka BBLR sekitar 7,5 % (Setyowati, 2004). Metode kanguru atau perawatan bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat badan rendah baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah (Suriviana, 2005). Universitas Sumatera Utara
16
Dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti di Kecamatan Sibiru – biru Kabupaten Deli Serdang, dijumpai beberapa bidan yang melakukan metode kanguru dalam perawatan bayi baru lahir dan masih ada beberapa bidan yang memisahkan bayi dengan ibunya atau di masukkan ke inkubator, bagi yang mempunyai inkubator. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan dan sikap bidan tentang metode kanguru di Kecamatan Sibiru – biru Kabupaten Deli Serdang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan data pada latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1995
hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang.
Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram. Dan 17% dari 25 juta persalinan per tahun
adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkembang. Di Negara-negara maju
kasus BBLR masih menjadi masalah, seperti di Amerika Serikat prevalensi BBLR
sekitar 7,3%, di Inggris 6% dan di Afrika 12% (Azari, 2008).
BBLR sering mengalami penyulit dan memberi resiko kematian yang tinggi.
Penyulit yang sering dihadapi adalah gangguan pernapasan dan hipotermi (suhu tubuh
kurang dari 36,5 derajat C), sehingga diperlukan perawatan di dalam inkubator (Luize,
2003).
Perawatan bayi lekat yang kerap disebut kangaroo mother care sebenarnya sudah
banyak dibicarakan di masyarakat. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan
Martinez dari Bogota, Kolombia, dan merupakan metode perawatan bayi kecil atau bayi
prematur yang diilhami oleh cara ibu kanguru merawat anaknya yang selalu lahir
prematur (Efar, 2008).
Metode yang mengadaptasi perlakuan terhadap BBLR di Kolombia, tepatnya di
Bagado, mungkin bisa menjadi jawabannya. Martinez melakukan perawatan untuk
perkembangan bayi dengan berat badan kurang dari 1.500 gram dengan metode kanguru
sebagal pengganti perawatan inkubator. Ternyata hasilnya sangat memuaskan. Metode
ini dikembangkan di negara maju dan kini diterapkan pula di Indonesia (Luize, 2003).
Universitas Sumatera Utara
15
Di tingkat ASEAN, angka kematian bayi di Indonesia 35 per 1.000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan angka kematian bayi Malaysia, hampir 2 kali dibandingkan dengan Thailand dan 1,3 kali dibandingkan dengan Philipina (Depkes RI, 2004). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003, pada skala nasional juga masih terjadi kesenjangan kematian bayi antar provinsi dengan variasi sangat besar yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 103 per 1.000 kelahiran hidup (tertinggi) dan provinsi D.I. Yogyakarta mencapai 23 per 1.000 kelahiran hidup (terendah ), kata Menkes. Sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi pada bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan berat rendah (Depkes RI, 2004). Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi. Dari beberapa studi kejadian BBLR pada tahun 1984 sebesar 14,6% di daerah pedesaan dan 17,5% di Rumah Sakit, hasil studi di 7 daerah diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1% - 17,2 %, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI 1991 angka BBLR sekitar 7,5 % (Setyowati, 2004). Metode kanguru atau perawatan bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat badan rendah baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah (Suriviana, 2005). Universitas Sumatera Utara
16
Dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti di Kecamatan Sibiru – biru Kabupaten Deli Serdang, dijumpai beberapa bidan yang melakukan metode kanguru dalam perawatan bayi baru lahir dan masih ada beberapa bidan yang memisahkan bayi dengan ibunya atau di masukkan ke inkubator, bagi yang mempunyai inkubator. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan dan sikap bidan tentang metode kanguru di Kecamatan Sibiru – biru Kabupaten Deli Serdang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan data pada latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah