ABSTRAK
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui
tanah, dengan dampak mengganggu perkembangan fisik, kecerdasan, mental,
prestasi, dan menurunkan ketahanan tubuh. Hasil survei Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara di Sekolah Dasar ditemukan prevalensi kecacingan 68%. Survei Sub
Program P2P dan PL Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir di 44 Sekolah Dasar
ditemukan prevalensi kecacingan 25,49%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan
dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir. Penelitian bersifat observasional analitik dengan
desain cross sectional. Populasi 202 orang anak dan sampel adalah total sampling.
Hasil penelitian ditemukan prevalensi kecacingan 56,40%. Prevalensi
Ascaris lumbricoides 38,60%. Proporsi berdasarkan jenis infeksi campuran 47,40%.
Proporsi kelompok umur 6-8 tahun 48,50%, laki-laki 57,40% dan makan obat
cacing ≥ 6 bulan 81,70%. Proporsi tidak memiliki jamban 76,70%, tempat biasa
pembuangan tinja di kebun 52,00%, personal higiene kategori sedang 68,30%.
Proporsi Ascaris lumbricoides + Trichuris trichiura 40,70%. Derajat infestasi
Ascaris lumbricoides ringan 89,74%, Trichuris trichiura ringan 100% dan
Hookworm ringan 95,12%. Prevalensi kelompok umur ≥ 12 tahun 65,50%,
perempuan 58,10%, dan makan obat cacing ≥ 6 bulan 68,50%. Hasil uji Chi Square
Tidak ada hubungan bermakna antara faktor umur, jenis kelamin, kepemilikan
jamban, tempat biasa buang air besar dengan kejadian kecacingan. Ada hubungan
bermakna antara personal higiene, makan obat cacing dengan kejadian kecacingan
(p < 0,05) . Kepada pihak sekolah agar senantiasa memberikan pengetahuan pentingnya personal higiene dan penyediaan sarana air bersih serta jamban untuk mencegah terjadinya infeksi kecacingan. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dan Puskesmas Buhit supaya meningkatkan pembinaan dan melaksanakan program penanggulangan kecacingan yang sudah berjalan.
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui
tanah, dengan dampak mengganggu perkembangan fisik, kecerdasan, mental,
prestasi, dan menurunkan ketahanan tubuh. Hasil survei Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara di Sekolah Dasar ditemukan prevalensi kecacingan 68%. Survei Sub
Program P2P dan PL Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir di 44 Sekolah Dasar
ditemukan prevalensi kecacingan 25,49%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan
dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir. Penelitian bersifat observasional analitik dengan
desain cross sectional. Populasi 202 orang anak dan sampel adalah total sampling.
Hasil penelitian ditemukan prevalensi kecacingan 56,40%. Prevalensi
Ascaris lumbricoides 38,60%. Proporsi berdasarkan jenis infeksi campuran 47,40%.
Proporsi kelompok umur 6-8 tahun 48,50%, laki-laki 57,40% dan makan obat
cacing ≥ 6 bulan 81,70%. Proporsi tidak memiliki jamban 76,70%, tempat biasa
pembuangan tinja di kebun 52,00%, personal higiene kategori sedang 68,30%.
Proporsi Ascaris lumbricoides + Trichuris trichiura 40,70%. Derajat infestasi
Ascaris lumbricoides ringan 89,74%, Trichuris trichiura ringan 100% dan
Hookworm ringan 95,12%. Prevalensi kelompok umur ≥ 12 tahun 65,50%,
perempuan 58,10%, dan makan obat cacing ≥ 6 bulan 68,50%. Hasil uji Chi Square
Tidak ada hubungan bermakna antara faktor umur, jenis kelamin, kepemilikan
jamban, tempat biasa buang air besar dengan kejadian kecacingan. Ada hubungan
bermakna antara personal higiene, makan obat cacing dengan kejadian kecacingan
(p < 0,05) . Kepada pihak sekolah agar senantiasa memberikan pengetahuan pentingnya personal higiene dan penyediaan sarana air bersih serta jamban untuk mencegah terjadinya infeksi kecacingan. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dan Puskesmas Buhit supaya meningkatkan pembinaan dan melaksanakan program penanggulangan kecacingan yang sudah berjalan.