ABSTRAK
Kekurangan gizi mempakan salah satu penyebab tingginya angka kematian
bayi, menurunnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, menurunnya daya
kerja dan perkembangan mental anak. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi sejak
masajanin disebabkan kebutuhan gizi tidak tereukupi pada ibu hamil, masa bayi, dan
anak batita.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang status gizi, pertumbuhan, dan perkembangan anak
batita di Desa Siabu. Desain penelitian dilakukan dengan teknik: cross sectional.
Populasi adalah semua batita yang berada di lokasi penelitian dengan sampel 96
batita. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Data primer
yang dikumpulkan meliputi karakteristik keluarga, karakteristik batita, tinggi badan
yang diukur dengan mikrotoa, berat badan batita diukur dengan menggunakan dacin.
Data perkembangan batita diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung
dengan menggunakan kuesioner, Data sekunder berupa data pertumbuhan
dikumpulkan dengan mencatat KMS batita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang
paling banyak adalah tamat SD (50,00%), pekerjaan responden yang paling banyak
adalah bekerja di luar rumah (88,54%), jumlah anggota keluarga respond.en yang
terbanyak adalah denganjumlah anggota keluarga > 5 orang (68,75%), jumlah anak
batita berdasarkan kelompok umur yang terbanyak adalah usia 30-36 bulan (39,58%).
Status gizi berdasarkan indikator TBIU yang terbanyak adalah anak batita dengan
status gizi pendek (50,00%) dan (3,12%) anak batita dengan status gizi sangat
pendek. Status gizi berdasarkan indikator BBffB yang terbanyak adalah anak batita
dengan status gizi normal (70,83%) dan (11,45%) anak batita dengan status gizi
sangat kurus. Pertumbuhan batita terbanyak adalah pertumbuhan tidak baik (59,38%).
Perkembangan batita terbanyak adalah perkembangan sesuai (85,41%) dan
perkembangan meragukan (14,59%).
Dengan keadaan ini perlu dilakukan pemantauan secara terus-menerus
terhadap pertumbuhan danpemantauan secara dini terhadap perkembangan agar tidak
meningkat menjadi perkembangan yang menyimpang.
Kekurangan gizi mempakan salah satu penyebab tingginya angka kematian
bayi, menurunnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, menurunnya daya
kerja dan perkembangan mental anak. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi sejak
masajanin disebabkan kebutuhan gizi tidak tereukupi pada ibu hamil, masa bayi, dan
anak batita.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang status gizi, pertumbuhan, dan perkembangan anak
batita di Desa Siabu. Desain penelitian dilakukan dengan teknik: cross sectional.
Populasi adalah semua batita yang berada di lokasi penelitian dengan sampel 96
batita. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Data primer
yang dikumpulkan meliputi karakteristik keluarga, karakteristik batita, tinggi badan
yang diukur dengan mikrotoa, berat badan batita diukur dengan menggunakan dacin.
Data perkembangan batita diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung
dengan menggunakan kuesioner, Data sekunder berupa data pertumbuhan
dikumpulkan dengan mencatat KMS batita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang
paling banyak adalah tamat SD (50,00%), pekerjaan responden yang paling banyak
adalah bekerja di luar rumah (88,54%), jumlah anggota keluarga respond.en yang
terbanyak adalah denganjumlah anggota keluarga > 5 orang (68,75%), jumlah anak
batita berdasarkan kelompok umur yang terbanyak adalah usia 30-36 bulan (39,58%).
Status gizi berdasarkan indikator TBIU yang terbanyak adalah anak batita dengan
status gizi pendek (50,00%) dan (3,12%) anak batita dengan status gizi sangat
pendek. Status gizi berdasarkan indikator BBffB yang terbanyak adalah anak batita
dengan status gizi normal (70,83%) dan (11,45%) anak batita dengan status gizi
sangat kurus. Pertumbuhan batita terbanyak adalah pertumbuhan tidak baik (59,38%).
Perkembangan batita terbanyak adalah perkembangan sesuai (85,41%) dan
perkembangan meragukan (14,59%).
Dengan keadaan ini perlu dilakukan pemantauan secara terus-menerus
terhadap pertumbuhan danpemantauan secara dini terhadap perkembangan agar tidak
meningkat menjadi perkembangan yang menyimpang.