ABSTRAK
Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena stroke akan memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi masyarakat dan bangsa.
Rehabilitasi medik sangat diperlukan untuk pengembangan fungsi otak, komplikasi dapat dicegah serta kecacatan lebih lanjut dapat dihindari sehingga penderita dapat mendiri tanpa tergantung pada orang lain. Peranan keluarga sangat penting , karena anggota keluarga sangat mempengaruhi respon pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan keluarga ikut berperan terhadap keberhasilan dan kegagalan upaya pemulihan penderita.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui gambaran perilaku keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya rehabilitasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga penderita pasca stroke yang melakukan upaya rehabilitasi di RS St. Elisabath Medan Tahun 2010 yaitu sebanyak 110 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive Sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebesar 36 orang (69,2%) memiliki tingkat pengetahuan pada kategori “baik”. Sebagian besar responden yaitu sebesar 48 orang (92,3%) memiliki tingkat sikap pada kategori “baik”. Sebagian besar responden yaitu sebesar 40 orang (76,9%) memiliki tingkat tindakan pada kategori“baik”.
Diharapkan kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada penderita pasca stroke dan tetap menggunakan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kesehatan penderita pasca stroke. Diharapkan kepada instalasi terkait yaitu RS St. Elisabeth untuk memberikan informasi lebih banyak lagi kepada keluarga pasien tentang upaya rehabilitasi supaya meningkatkan pengetahuan keluarga dan menimbulkan motivasi untuk tetap menggunakan fasilitas kesehatan
Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena stroke akan memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi masyarakat dan bangsa.
Rehabilitasi medik sangat diperlukan untuk pengembangan fungsi otak, komplikasi dapat dicegah serta kecacatan lebih lanjut dapat dihindari sehingga penderita dapat mendiri tanpa tergantung pada orang lain. Peranan keluarga sangat penting , karena anggota keluarga sangat mempengaruhi respon pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan keluarga ikut berperan terhadap keberhasilan dan kegagalan upaya pemulihan penderita.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui gambaran perilaku keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya rehabilitasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga penderita pasca stroke yang melakukan upaya rehabilitasi di RS St. Elisabath Medan Tahun 2010 yaitu sebanyak 110 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive Sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebesar 36 orang (69,2%) memiliki tingkat pengetahuan pada kategori “baik”. Sebagian besar responden yaitu sebesar 48 orang (92,3%) memiliki tingkat sikap pada kategori “baik”. Sebagian besar responden yaitu sebesar 40 orang (76,9%) memiliki tingkat tindakan pada kategori“baik”.
Diharapkan kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada penderita pasca stroke dan tetap menggunakan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kesehatan penderita pasca stroke. Diharapkan kepada instalasi terkait yaitu RS St. Elisabeth untuk memberikan informasi lebih banyak lagi kepada keluarga pasien tentang upaya rehabilitasi supaya meningkatkan pengetahuan keluarga dan menimbulkan motivasi untuk tetap menggunakan fasilitas kesehatan