ABSTRAK
Kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak saat ini masih rendah karena
belum tercapainya target pemeriksaan kehamilan. Rendahnya pencapaian cakupan
pemeriksaan kehamilan antara lain disebabkan kurangnya pendidikan/ pengetahuan
ibu hamil akan pentingnya perawatan pada masa kehamilan, faktor sosial ekonomi
dalam mendapatkan pelayanan antenatal, faktor paritas, faktor pengambilan
keputusan dalam keluarga sehubungan dengan kondisi ibu hamil dan mungkin juga
ibu merasa kehamilan itu bukan merupakan suatu risiko (BKKBN, 1999).
Telah dilakukan penelitian survei tipe explanatoryresearch terhadap 81 ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Kutalimbaru, yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh faktor geografis dan sosial budaya terhadap rendahnya kunjungan K-4. Data
primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data
dianalisis data dengan menggunakan uji korelasi Spearman pada taraf a=5%.
Hasil penelitian menunjukkan cakupan kunjungan ibu hamil yang melakukan
K-4 sebesar 35,8%, yaitu 2 kali pada umur kehamilan trimester ketiga, Sebesar 58,0%
responden menyatakan jarak tempuh ke sarana kesehatan pada kategori dekat, sebesar
61,7% responden menyatakan waktu tempuh ke sarana kesehatan pada kategori
singkat, dan 58,0% responden menyatakan ada tersedia angkutan umum sebagai
sarana transportasi. Faktor sosial budaya yang diukur dari aspek kebiasaan, sebesar
66,7% responden mempunyai kebiasaan padakategori tidak baik, karena mematuhi
aturan atau kebiasaan tidak boleh keluar rumah.
Secara statistik, terdapat hubungan antara faktor geografis dengan kunjungan
K-4 di mana basil uji korelasi Spearman menunjukkan variabel jarak tempuh
(p = 0,003 dan r = 0,330), demikian juga dengan variabel waktu tempuh (p = 0.007
dan r = 0.296), dan variabel transportasi (p = 0.016 dan r = 0.266). Terdapat
hubungan faktor sosial budaya dengan kunjungan K-4 (p = 0.000 dan r = 0.836).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel kebiasaan mempunyai tingkat
hubungan paling kuat dengan kunjungan K-4. Disarankan penyuluhan kepada tokoh
maupun pemuka masyarakat, terutama tentang kebiasaan yang m.ambat ibu
hamil keluar rumah untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, juga perlu~QIkatan
kinerja tenaga kesehatan maupun perbaikan fasilitas pemeriksaan kehamilan.
Kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak saat ini masih rendah karena
belum tercapainya target pemeriksaan kehamilan. Rendahnya pencapaian cakupan
pemeriksaan kehamilan antara lain disebabkan kurangnya pendidikan/ pengetahuan
ibu hamil akan pentingnya perawatan pada masa kehamilan, faktor sosial ekonomi
dalam mendapatkan pelayanan antenatal, faktor paritas, faktor pengambilan
keputusan dalam keluarga sehubungan dengan kondisi ibu hamil dan mungkin juga
ibu merasa kehamilan itu bukan merupakan suatu risiko (BKKBN, 1999).
Telah dilakukan penelitian survei tipe explanatoryresearch terhadap 81 ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Kutalimbaru, yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh faktor geografis dan sosial budaya terhadap rendahnya kunjungan K-4. Data
primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data
dianalisis data dengan menggunakan uji korelasi Spearman pada taraf a=5%.
Hasil penelitian menunjukkan cakupan kunjungan ibu hamil yang melakukan
K-4 sebesar 35,8%, yaitu 2 kali pada umur kehamilan trimester ketiga, Sebesar 58,0%
responden menyatakan jarak tempuh ke sarana kesehatan pada kategori dekat, sebesar
61,7% responden menyatakan waktu tempuh ke sarana kesehatan pada kategori
singkat, dan 58,0% responden menyatakan ada tersedia angkutan umum sebagai
sarana transportasi. Faktor sosial budaya yang diukur dari aspek kebiasaan, sebesar
66,7% responden mempunyai kebiasaan padakategori tidak baik, karena mematuhi
aturan atau kebiasaan tidak boleh keluar rumah.
Secara statistik, terdapat hubungan antara faktor geografis dengan kunjungan
K-4 di mana basil uji korelasi Spearman menunjukkan variabel jarak tempuh
(p = 0,003 dan r = 0,330), demikian juga dengan variabel waktu tempuh (p = 0.007
dan r = 0.296), dan variabel transportasi (p = 0.016 dan r = 0.266). Terdapat
hubungan faktor sosial budaya dengan kunjungan K-4 (p = 0.000 dan r = 0.836).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel kebiasaan mempunyai tingkat
hubungan paling kuat dengan kunjungan K-4. Disarankan penyuluhan kepada tokoh
maupun pemuka masyarakat, terutama tentang kebiasaan yang m.ambat ibu
hamil keluar rumah untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, juga perlu~QIkatan
kinerja tenaga kesehatan maupun perbaikan fasilitas pemeriksaan kehamilan.