BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Undang -Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materil
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
pembangunan.(Depnaker, 2003)
Keterlibatan manusia khususnya tenaga kerja dalam proses pembangunan
semakin meningkat. Agar tenaga kerja menjadi sehat dan produktif, maka peranan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja semakin menja di penting. Hal ini didukung pula
oleh perkembangan jangkauan pembangunan kesemua sektor ekonomi, termasuk
sektor informal, tradisional dan industri kecil. (Benny, 1997)
Dalam upaya untuk mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pengobatan penyakit ( kuratif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit ( rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh,
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
terpadu dan berkesinambungan melalu i penyelenggaraan upaya kesehatan kerja
(Depkes, 2000)
Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari maksimum adalah 8
jam kerja dan sebaliknya adalah waktu istirahat (untuk kehidupan keluarga dan sosial
kemasyarakatan). Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan
efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
(Suma’mur, 1996)
Tujuan dari kesehatan kerja yaitu untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat
dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan
kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan dan meningkatkan
kegairahan serta kenikmatan kerja (Suma’mur, 1996)
Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering
dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas.
Investigasi di beberapa negara menunjukka n bahwa kelelahan ( fatigue) memberi
kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Tenaga Kerja Jepang
terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara
tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65%
pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan kelelahan
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan.
(Hidayat, 2003)
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor individu dalam hal ini
seperti umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan dan status gizi mempunyai
hubungan terhadap terjadinya kelelahan kerja (Oentoro, 2004). Faktor individu
seperti umur mempunyai hubungan yang signifikan te rhadap terjadinya kelelahan,
bukti di negara Jepang menunjukkan bahwa pekerja yang berusia 40- 50 tahun akan
lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang relatif lebih
muda. (Hidayat, 2003)
Status seseorang juga mempengaruhi tingkat kele lahan, orang yang sudah
menikah lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan yang bujangan oleh
karena waktu istirahat tidak dimanfaatkan secara maksimal sebab kondisi
keluarganya juga perlu mendapatkan perhatian yang cukup. (Hidayat, 2003)
Hasil ri set menunjukkan bahwa secara klinis terdapat hubungan antara status
gizi seseorang dengan performa tubuh secara keseluruhan, orang yang berada dalam
kondisi gizi yang kurang baik dalam arti intake makanan dalam tubuh kurang dari
normal maka akan lebih muda h mengalami kelelahan dalam melakukan pekerjaan.
(Oentoro, 2004)
Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan hanya dapat dilaksanakan
oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang terdaftar di Kantor Pelabuhan
Tapaktuan. TKBM Pelabuhan Tapaktuan terhimpun d alam sebuah wadah berbentuk
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
koperasi. Dalam setiap kegiatan bongkar muat barang, Koperasi TKBM bekerja sama
dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang terdaftar di Pelabuhan Tapaktuan.
Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Tapaktuan di bagi dalam tiga
bagian terdiri dari Stevedoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke
dermaga dan sebaliknya), Corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke
gudang dan sebaliknya), Receiving/Delivery (pekerjaan mengambil barang dari
gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya. Kesiapan sumber daya manusia
operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan
operasional pelabuhan dalam 24 jam. (Dephub, 2002)
Berdasarkan hasil survei awal terhadap tenaga kerja bongkar muat, sebagian
besar barang-barang yang diangkut oleh kapal -kapal ke Pelabuhan Tapaktuan berupa
semen. Kebanyakan aktivitas bongkar muat menggunakan tenaga manusia dan
pekerjaan dilakukan dengan memindahkan semen dari kapal ke dermaga, kemudian
dipindahkan ke gudang yang diangkut dengan menggunakan becak mesin, setelah
barang sampai di gudang pekerjaan dilanjutkan dengan mengangkat semen dari
dalam gudang penyimpanan untuk kemudian dipindahkan ke atas kendaraan.
Pekerjaan bongkar muat dilakukan dengan menggunakan sistem borongan, bekerja
sesuai kesepakatan dengan pihak pengguna jasa. Sehingga memungkinkan waktu
kerja melebihi 8 jam per hari, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan kerja.
Selain itu peneliti juga menerima laporan dari pekerja bahwa mereka sering
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
mengalami keluhan-keluhan berupa sakit dikepala dan anggota badan dan
kebanyakan terjadi pada tenaga kerja yang relatif lebih tua.
Berdasarkan semua uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai hubungan antara faktor individu (umur, pendidikan, masa kerja, status
perkawinan, status gizi) dengan kelelahan pada tenaga kerja bongkar muat di
Pelabuhan Tapaktuan.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum
diketahui adanya hubungan antara faktor individu (um ur, pendidikan, masa kerja,
status perkawinan, status gizi) dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar
Muat (TKBM) di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh
Selatan tahun 2008.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara faktor individu (umur, pendidikan, masa
kerja, status perkawinan, status gizi) dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja
Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh
Selatan tahun 2008.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kelelahan yang dialami oleh Tenaga Kerja
Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten
Aceh Selatan.
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
2. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja
Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecama tan Tapaktuan Kabupaten
Aceh Selatan.
3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kelelahan kerja pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan.
4. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan.
5. Untuk mengetahui hubungan status perkawinan dengan kelelahan kerja pada
Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan.
6. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan kepada pihak perusahaan mengenai gambaran kelelaha n
yang di alami oleh tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan
Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan pihak perusahaan tentang hubungan antara
faktor individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
3. Untuk menambah wawasan bagi tenaga kerja dan penulis mengenai hubungan
antara faktor individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat
di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kelelahan Kerja
Banyak definisi tentang kelelahan kerja yang telah dikemukakan, namun
secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang
timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah
tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya (Satalaksana, 1979). Lelah merupakan
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Undang -Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materil
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
pembangunan.(Depnaker, 2003)
Keterlibatan manusia khususnya tenaga kerja dalam proses pembangunan
semakin meningkat. Agar tenaga kerja menjadi sehat dan produktif, maka peranan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja semakin menja di penting. Hal ini didukung pula
oleh perkembangan jangkauan pembangunan kesemua sektor ekonomi, termasuk
sektor informal, tradisional dan industri kecil. (Benny, 1997)
Dalam upaya untuk mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pengobatan penyakit ( kuratif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit ( rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh,
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
terpadu dan berkesinambungan melalu i penyelenggaraan upaya kesehatan kerja
(Depkes, 2000)
Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari maksimum adalah 8
jam kerja dan sebaliknya adalah waktu istirahat (untuk kehidupan keluarga dan sosial
kemasyarakatan). Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan
efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
(Suma’mur, 1996)
Tujuan dari kesehatan kerja yaitu untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat
dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan
kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan dan meningkatkan
kegairahan serta kenikmatan kerja (Suma’mur, 1996)
Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering
dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas.
Investigasi di beberapa negara menunjukka n bahwa kelelahan ( fatigue) memberi
kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Tenaga Kerja Jepang
terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara
tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65%
pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan kelelahan
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan.
(Hidayat, 2003)
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor individu dalam hal ini
seperti umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan dan status gizi mempunyai
hubungan terhadap terjadinya kelelahan kerja (Oentoro, 2004). Faktor individu
seperti umur mempunyai hubungan yang signifikan te rhadap terjadinya kelelahan,
bukti di negara Jepang menunjukkan bahwa pekerja yang berusia 40- 50 tahun akan
lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang relatif lebih
muda. (Hidayat, 2003)
Status seseorang juga mempengaruhi tingkat kele lahan, orang yang sudah
menikah lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan yang bujangan oleh
karena waktu istirahat tidak dimanfaatkan secara maksimal sebab kondisi
keluarganya juga perlu mendapatkan perhatian yang cukup. (Hidayat, 2003)
Hasil ri set menunjukkan bahwa secara klinis terdapat hubungan antara status
gizi seseorang dengan performa tubuh secara keseluruhan, orang yang berada dalam
kondisi gizi yang kurang baik dalam arti intake makanan dalam tubuh kurang dari
normal maka akan lebih muda h mengalami kelelahan dalam melakukan pekerjaan.
(Oentoro, 2004)
Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan hanya dapat dilaksanakan
oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang terdaftar di Kantor Pelabuhan
Tapaktuan. TKBM Pelabuhan Tapaktuan terhimpun d alam sebuah wadah berbentuk
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
koperasi. Dalam setiap kegiatan bongkar muat barang, Koperasi TKBM bekerja sama
dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang terdaftar di Pelabuhan Tapaktuan.
Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Tapaktuan di bagi dalam tiga
bagian terdiri dari Stevedoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke
dermaga dan sebaliknya), Corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke
gudang dan sebaliknya), Receiving/Delivery (pekerjaan mengambil barang dari
gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya. Kesiapan sumber daya manusia
operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan
operasional pelabuhan dalam 24 jam. (Dephub, 2002)
Berdasarkan hasil survei awal terhadap tenaga kerja bongkar muat, sebagian
besar barang-barang yang diangkut oleh kapal -kapal ke Pelabuhan Tapaktuan berupa
semen. Kebanyakan aktivitas bongkar muat menggunakan tenaga manusia dan
pekerjaan dilakukan dengan memindahkan semen dari kapal ke dermaga, kemudian
dipindahkan ke gudang yang diangkut dengan menggunakan becak mesin, setelah
barang sampai di gudang pekerjaan dilanjutkan dengan mengangkat semen dari
dalam gudang penyimpanan untuk kemudian dipindahkan ke atas kendaraan.
Pekerjaan bongkar muat dilakukan dengan menggunakan sistem borongan, bekerja
sesuai kesepakatan dengan pihak pengguna jasa. Sehingga memungkinkan waktu
kerja melebihi 8 jam per hari, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan kerja.
Selain itu peneliti juga menerima laporan dari pekerja bahwa mereka sering
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
mengalami keluhan-keluhan berupa sakit dikepala dan anggota badan dan
kebanyakan terjadi pada tenaga kerja yang relatif lebih tua.
Berdasarkan semua uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai hubungan antara faktor individu (umur, pendidikan, masa kerja, status
perkawinan, status gizi) dengan kelelahan pada tenaga kerja bongkar muat di
Pelabuhan Tapaktuan.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum
diketahui adanya hubungan antara faktor individu (um ur, pendidikan, masa kerja,
status perkawinan, status gizi) dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar
Muat (TKBM) di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh
Selatan tahun 2008.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara faktor individu (umur, pendidikan, masa
kerja, status perkawinan, status gizi) dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja
Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh
Selatan tahun 2008.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kelelahan yang dialami oleh Tenaga Kerja
Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten
Aceh Selatan.
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
2. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja
Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecama tan Tapaktuan Kabupaten
Aceh Selatan.
3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kelelahan kerja pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan.
4. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan.
5. Untuk mengetahui hubungan status perkawinan dengan kelelahan kerja pada
Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan.
6. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan kepada pihak perusahaan mengenai gambaran kelelaha n
yang di alami oleh tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan
Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan pihak perusahaan tentang hubungan antara
faktor individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.
Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
3. Untuk menambah wawasan bagi tenaga kerja dan penulis mengenai hubungan
antara faktor individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat
di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kelelahan Kerja
Banyak definisi tentang kelelahan kerja yang telah dikemukakan, namun
secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang
timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah
tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya (Satalaksana, 1979). Lelah merupakan