ABSTRAK
DSS adalah manifestasi yang serius dar i DBD yang muncul pertama kali di
Bangkok, Thailand pada tahun 1950. Pada penderita DSS ditemukan tanda
kegagalan peredaran darah, kulit terasa lem bab dan dingin, sianosis sekitar mulut
dan nadi menjadi cepat dan lembut.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series bertujuan
mengetahui karakteristik penderita DB D yang mengalami DSS di RSU Dr.Pirngadi
Medan tahun 2008.
Kecendrungan kunjungan penderita DBD yang mengalami DSS berdasarkan
data perbulan tahun 2008 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis
. Proporsi penderita tertinggi pada kelompok umur 10-14
tahun, dengan proporsi laki-laki 13,5% dan proporsi perempuan 12,5%, agama
Islam 52,9%, pendidikan SD/SLTP 42,3%, pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 52,9%,
bukan rujukan 61,5%, keluhan Demam 100%, jumlah trombosit pada saat masuk RS
50.000-100.000/mm
8485,8028,0 +−= xy
3 sebesar 45,2%, jumlah trombosit pada saat DBD
bermanifestasi menjadi DSS <50.000/mm 3 sebesar 51,0%, persentase hematokrit pada saat masuk RS <40% sebesar 63,5%, persentase hematokrit pada saat DBD bermanifestasi menjadi DSS < 40 % sebe sar 60,6%, penatalaksanaan medis cairan tunggal (ringer laktat) 89,4%, pulang atas permintaan sendiri 43,9%, lama rawatan rata-rata penderita 5 hari, lama rawatan rata-rata dari DBD menjadi DSS 2 hari. Penderita yang pulang meninggal persent ase hematokritnya pada saat masuk RS ≥ 40% lebih tinggi secara bermakna di bandingkan dengan penderita yang pulang sembuh. (77,8 vs 32,6). Penderita yang pul ang meninggal persentase hematokritnya pada saat DBD bermanifestasi menjadi DSS ≥ 40% lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan penderita yang pulang sembuh.(77,8% vs 35,8%) Bagi pihak rumah sakit sebaiknya meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita DBD yang mengalami DSS khus usnya dan memberikan informasi kepada penderita tentang bagaimana dan penangana n DBD agar tidak bermanifestasi menjadi DSS
DSS adalah manifestasi yang serius dar i DBD yang muncul pertama kali di
Bangkok, Thailand pada tahun 1950. Pada penderita DSS ditemukan tanda
kegagalan peredaran darah, kulit terasa lem bab dan dingin, sianosis sekitar mulut
dan nadi menjadi cepat dan lembut.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series bertujuan
mengetahui karakteristik penderita DB D yang mengalami DSS di RSU Dr.Pirngadi
Medan tahun 2008.
Kecendrungan kunjungan penderita DBD yang mengalami DSS berdasarkan
data perbulan tahun 2008 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis
. Proporsi penderita tertinggi pada kelompok umur 10-14
tahun, dengan proporsi laki-laki 13,5% dan proporsi perempuan 12,5%, agama
Islam 52,9%, pendidikan SD/SLTP 42,3%, pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 52,9%,
bukan rujukan 61,5%, keluhan Demam 100%, jumlah trombosit pada saat masuk RS
50.000-100.000/mm
8485,8028,0 +−= xy
3 sebesar 45,2%, jumlah trombosit pada saat DBD
bermanifestasi menjadi DSS <50.000/mm 3 sebesar 51,0%, persentase hematokrit pada saat masuk RS <40% sebesar 63,5%, persentase hematokrit pada saat DBD bermanifestasi menjadi DSS < 40 % sebe sar 60,6%, penatalaksanaan medis cairan tunggal (ringer laktat) 89,4%, pulang atas permintaan sendiri 43,9%, lama rawatan rata-rata penderita 5 hari, lama rawatan rata-rata dari DBD menjadi DSS 2 hari. Penderita yang pulang meninggal persent ase hematokritnya pada saat masuk RS ≥ 40% lebih tinggi secara bermakna di bandingkan dengan penderita yang pulang sembuh. (77,8 vs 32,6). Penderita yang pul ang meninggal persentase hematokritnya pada saat DBD bermanifestasi menjadi DSS ≥ 40% lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan penderita yang pulang sembuh.(77,8% vs 35,8%) Bagi pihak rumah sakit sebaiknya meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita DBD yang mengalami DSS khus usnya dan memberikan informasi kepada penderita tentang bagaimana dan penangana n DBD agar tidak bermanifestasi menjadi DSS