ABSTRAK
Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui
dokter dalam praktek sehari-hari. Prevalens rate dispepsia di Amerika Serikat tahun
1994 mencapai 26% sedangkan di Inggris 41%. Di Indonesia pada tahun 1998
proporsi dispepsia pada klinik kesehatan sehari-hari 20%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita dispepsia
yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008, bersifat
Deskriptif dengan desain Case Series. Populasi 342 data penderita dan sampel 205
yang diambil secara Simple Random Sampling.
Proporsi tertinggi pasien dispepsia adalah kelompok umur 25 - 33 tahun
(22,4%), suku Batak (39,5%), agama Islam (80,5%), SLTA (47,32%), IRT (32,2
dispepsia fungsional (58,5%), tidak ada riwayat penyakit sebelumnya (74,63), tidak
ada riwayat pemakaian NSAIDs (76,1%), tingkat keparahan akut (73,7%) biaya
sendiri (91,7%), lama rawatan rata-rata 3,03 hari, penderita yang Pulang Berobat
Jalan (85,9%), CFR = 1%.
Proporsi penderita umur > 40 tahun secara bermakna lebih besar pada
dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (90,6% vs 15,0% ; X2 = 114,326 ;
p=0,000), Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara bermakna
lebih besar pada dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (60,0% vs 2,5% ;
X2 = 84,785 ; p=0,000), Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara
bermakna lebih besar yang ada riwayat pemakaian NSAIDs daripada yang tidak ada
riwayat pemakaian NSAIDs (79,6% vs 9,6% ; X2 = 94,104 ; p=0,000), Tidak ada
perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya
(p=0,872), penderita dispepsia yang kronis lebih lama dirawat dari penderita yang
akut (t = -3,394 ; p=0,018 ; 3,78 hari vs 2,77 hari), penderita dispepsia yang sembuh
secara bermakna lebih lama dari yang meninggal, PBJ dan PAPS (F = 15, 778 ;
p=0,000 ; 5,73 hari vs 2,91 hari vs 1,42 hari).
Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit lebih meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan untuk pasien yang pulang berobat jalan, dan memberikan
pemahaman atau informasi kepada pasien dan keluarganya dalam penatalaksanaan
medis.
Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui
dokter dalam praktek sehari-hari. Prevalens rate dispepsia di Amerika Serikat tahun
1994 mencapai 26% sedangkan di Inggris 41%. Di Indonesia pada tahun 1998
proporsi dispepsia pada klinik kesehatan sehari-hari 20%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita dispepsia
yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008, bersifat
Deskriptif dengan desain Case Series. Populasi 342 data penderita dan sampel 205
yang diambil secara Simple Random Sampling.
Proporsi tertinggi pasien dispepsia adalah kelompok umur 25 - 33 tahun
(22,4%), suku Batak (39,5%), agama Islam (80,5%), SLTA (47,32%), IRT (32,2
dispepsia fungsional (58,5%), tidak ada riwayat penyakit sebelumnya (74,63), tidak
ada riwayat pemakaian NSAIDs (76,1%), tingkat keparahan akut (73,7%) biaya
sendiri (91,7%), lama rawatan rata-rata 3,03 hari, penderita yang Pulang Berobat
Jalan (85,9%), CFR = 1%.
Proporsi penderita umur > 40 tahun secara bermakna lebih besar pada
dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (90,6% vs 15,0% ; X2 = 114,326 ;
p=0,000), Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara bermakna
lebih besar pada dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (60,0% vs 2,5% ;
X2 = 84,785 ; p=0,000), Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara
bermakna lebih besar yang ada riwayat pemakaian NSAIDs daripada yang tidak ada
riwayat pemakaian NSAIDs (79,6% vs 9,6% ; X2 = 94,104 ; p=0,000), Tidak ada
perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya
(p=0,872), penderita dispepsia yang kronis lebih lama dirawat dari penderita yang
akut (t = -3,394 ; p=0,018 ; 3,78 hari vs 2,77 hari), penderita dispepsia yang sembuh
secara bermakna lebih lama dari yang meninggal, PBJ dan PAPS (F = 15, 778 ;
p=0,000 ; 5,73 hari vs 2,91 hari vs 1,42 hari).
Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit lebih meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan untuk pasien yang pulang berobat jalan, dan memberikan
pemahaman atau informasi kepada pasien dan keluarganya dalam penatalaksanaan
medis.