ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan utama
yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita. Menurut SKRT
(2001) dikatakan bahwa Proportional Mortality Ratio (PMR) balita akibat ISPA adalah
sebesar 19% dan PMR bayi akibat ISPA adalah sebesar 26%. Berdasarkan laporan
tahunan dari BPKRSUD Langsa bagian Polianak (2006), ISPA merupakan urutan
pertama dari 16 penyakit terbesar dengan proporsi 52,18% .
Untuk mengetahui karakteristik penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada balita yang berobat ke BPKRSUD Langsa Kotamadya Langsa Tahun 2006,
telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh
data penderita ISPA pada balita yang berobat ke BPKRSUD Langsa Kotamadya Langsa
selama tahun 2006 sebanyak 571 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yaitu 235
orang. Data diperoleh dari kartu status (Rekam Medik) dan buku register di bagian
Polianak Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (BPKRSUD) Langsa
Kotamadya Langsa tahun 2006.
Penderita ISPA pada balita yang paling banyak ditemukan adalah pada kelompok
umur 2- 59 bulan yaitu 203 balita (86,40%), laki -laki yaitu 132 balita (56,20%),
pekerjaan orangtua swasta yaitu 111 balita (47,20%), status gizi baik yaitu 151 balita
(64,26%), tidak ada frekuensi serangan yaitu 198 balita (84,26%), derajat ISPA bukan
pneumonia yaitu 216 balita (91,90%). Balita yang datang berobat ke BPKRSUD Langsa
Kotamadya Langsa paling banyak berasal dari dalam kota langsa yaitu di Langsa Kota
sebesar 85 balita (36,17%) dan kasus paling banyak ditemukan pada bulan Desember
yaitu 41 balita (17,45).
Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara umur
berdasarkan frekuensi serangan ISPA (p=0,795), antara umur berdasarkan derajat ISPA
(p=0,084) dan antara status gizi berdasarkan derajat ISPA (p=0,135).
Dari hasil penelitian ini diketahui perlunya peningkatan pemberian informasi
kepada ibu yang mempunyai bayi dan balita mengenai penyakit ISPA dan gizi yang baik
agar angka morbiditas akibat ISPA dapat berkurang.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan utama
yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita. Menurut SKRT
(2001) dikatakan bahwa Proportional Mortality Ratio (PMR) balita akibat ISPA adalah
sebesar 19% dan PMR bayi akibat ISPA adalah sebesar 26%. Berdasarkan laporan
tahunan dari BPKRSUD Langsa bagian Polianak (2006), ISPA merupakan urutan
pertama dari 16 penyakit terbesar dengan proporsi 52,18% .
Untuk mengetahui karakteristik penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada balita yang berobat ke BPKRSUD Langsa Kotamadya Langsa Tahun 2006,
telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh
data penderita ISPA pada balita yang berobat ke BPKRSUD Langsa Kotamadya Langsa
selama tahun 2006 sebanyak 571 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yaitu 235
orang. Data diperoleh dari kartu status (Rekam Medik) dan buku register di bagian
Polianak Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (BPKRSUD) Langsa
Kotamadya Langsa tahun 2006.
Penderita ISPA pada balita yang paling banyak ditemukan adalah pada kelompok
umur 2- 59 bulan yaitu 203 balita (86,40%), laki -laki yaitu 132 balita (56,20%),
pekerjaan orangtua swasta yaitu 111 balita (47,20%), status gizi baik yaitu 151 balita
(64,26%), tidak ada frekuensi serangan yaitu 198 balita (84,26%), derajat ISPA bukan
pneumonia yaitu 216 balita (91,90%). Balita yang datang berobat ke BPKRSUD Langsa
Kotamadya Langsa paling banyak berasal dari dalam kota langsa yaitu di Langsa Kota
sebesar 85 balita (36,17%) dan kasus paling banyak ditemukan pada bulan Desember
yaitu 41 balita (17,45).
Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara umur
berdasarkan frekuensi serangan ISPA (p=0,795), antara umur berdasarkan derajat ISPA
(p=0,084) dan antara status gizi berdasarkan derajat ISPA (p=0,135).
Dari hasil penelitian ini diketahui perlunya peningkatan pemberian informasi
kepada ibu yang mempunyai bayi dan balita mengenai penyakit ISPA dan gizi yang baik
agar angka morbiditas akibat ISPA dapat berkurang.