ABSTRAK
T
B Paru merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat seluruh dunia, termasuk di Indonesia pada tahun 1999
Prevalens Rate (PR) 240 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR)
24,5%. Pada tahun 1995 pemerintah Indonesia telah berusaha memberantas
penyakit ini dengan mengadopsi strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-
course) yang direkomendasikan oleh WHO.
Untuk mengetahui karakteristik penderita TB Paru BTA positif yang
mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun
2004-2008 dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain case series.
Populasi adalah 167 penderita dengan sampel adalah seluruh populasi (total
sampling). Sumber data berasal dari kartu status penderita.
Dari hasil penelitian ditemukan penderita TB Paru BTA positif terbanyak
pada golongan umur 20-40 tahun (52,7%),jenis kelamin laki-laki (74,9%), suku
batak (43,7%), pendidikan tidak tamat SD ,tamat SD/SLTP (41,3%), pekerjaan
wiraswasta(34,1%), tempat tinggal kota Medan(89,9%), keluhan utama terbesar
adalah batuk (34,1%), tipe penderita terbesar adalah kasus baru (89,8%), kategori
pengobatan terbesar adalah kategori 1 (85,6%), Pengawas Menelan Obat (PMO)
terbesar adalah keluarga (89,2%), konversi sputum pada fase intensif terbesar
adalah tidak mengalami konversi (54,5%) dan lama rata-rata mengikuti pengobatan
adalah 8,51 minggu.
Hasil analisa statistik dengan uji anova menunjukkan bahwa lama rata-rata
mengikuti pengobatan pada kategori 1adalah yang lebih cepat mengalami drop out
di bandingkan dengan penderita yang mengikuti pengobatan pada kategori
2(p=0,000), tidak ada perbedaan lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan
keluhan utama. (p = 0,973), tipe penderita. (p = 0,182), Hasil uji t menunjukkan
tidak ada perbedaan lama rata-rata mengikuti pengobatan dengan PMO (p =
0,701), konversi sputum pada fase intensif (p = 0,743).
Masih tingginya kasus penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop
out serta penderita kasus baru yang lebih cepat mengalami drop out
mengindikasikan masih kurangnya pengetahuan mengenai penyakit TB Paru pada
masyarakat , sebab itu diharapkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara dan unit pelayanan kesehatan lebih aktif memberikan informasi tentang
penyakit TB Paru kepada masyarakat dan memberikan penjelasan kepada penderita
TB Paru untuk meminum obat secara teratur untuk mengurangi drop out dari
penderita TB Paru.
T
B Paru merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat seluruh dunia, termasuk di Indonesia pada tahun 1999
Prevalens Rate (PR) 240 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR)
24,5%. Pada tahun 1995 pemerintah Indonesia telah berusaha memberantas
penyakit ini dengan mengadopsi strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-
course) yang direkomendasikan oleh WHO.
Untuk mengetahui karakteristik penderita TB Paru BTA positif yang
mengalami drop out di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun
2004-2008 dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain case series.
Populasi adalah 167 penderita dengan sampel adalah seluruh populasi (total
sampling). Sumber data berasal dari kartu status penderita.
Dari hasil penelitian ditemukan penderita TB Paru BTA positif terbanyak
pada golongan umur 20-40 tahun (52,7%),jenis kelamin laki-laki (74,9%), suku
batak (43,7%), pendidikan tidak tamat SD ,tamat SD/SLTP (41,3%), pekerjaan
wiraswasta(34,1%), tempat tinggal kota Medan(89,9%), keluhan utama terbesar
adalah batuk (34,1%), tipe penderita terbesar adalah kasus baru (89,8%), kategori
pengobatan terbesar adalah kategori 1 (85,6%), Pengawas Menelan Obat (PMO)
terbesar adalah keluarga (89,2%), konversi sputum pada fase intensif terbesar
adalah tidak mengalami konversi (54,5%) dan lama rata-rata mengikuti pengobatan
adalah 8,51 minggu.
Hasil analisa statistik dengan uji anova menunjukkan bahwa lama rata-rata
mengikuti pengobatan pada kategori 1adalah yang lebih cepat mengalami drop out
di bandingkan dengan penderita yang mengikuti pengobatan pada kategori
2(p=0,000), tidak ada perbedaan lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan
keluhan utama. (p = 0,973), tipe penderita. (p = 0,182), Hasil uji t menunjukkan
tidak ada perbedaan lama rata-rata mengikuti pengobatan dengan PMO (p =
0,701), konversi sputum pada fase intensif (p = 0,743).
Masih tingginya kasus penderita TB Paru BTA positif yang mengalami drop
out serta penderita kasus baru yang lebih cepat mengalami drop out
mengindikasikan masih kurangnya pengetahuan mengenai penyakit TB Paru pada
masyarakat , sebab itu diharapkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara dan unit pelayanan kesehatan lebih aktif memberikan informasi tentang
penyakit TB Paru kepada masyarakat dan memberikan penjelasan kepada penderita
TB Paru untuk meminum obat secara teratur untuk mengurangi drop out dari
penderita TB Paru.