ABSTRAK
Timbulnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia berdampak pada status
gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi
makanan dan terjadi perubahan pola makan yang dapat meningkatkan prevalensi gizi
kurang dan buruk. Provinsi Riau tahun 2007 prevalensi gizi kurang sebesar 11,8%
dan di Kabupaten Rokan Hulu sebesar 9,21%. Salah satu upaya yang dilakukan
dalam rangka memperbaiki status gizi kurang adalah Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian makanan
tambahan pemulihan terhadap status gizi balita gizi kurang di Puskesmas Tambusai
Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Jenis penelitian ini
adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain Cross Sectional.
Populasi adalah semua balita usia 6 sampai 59 bulan yang berstatus gizi kurang di
Puskesmas Tambusai dengan jumlah sampel sebanyak 48 balita.
Dari hasil penelitian didapatkan status gizi baik berdasarkan BB/U meningkat
dari 0% menjadi 43,8% pada bulan I, 68,8% pada bulan II dan 81,3% pada bulan III.
Status gizi normal berdasarkan BB/TB dari 56,3% menjadi 68,8% pada bulan I,
75,0% pada bulan II dan 81,3% pada bulan III. Sedangkan status gizi normal
berdasarkan TB/U dari 43,7% menjadi 52,1% pada bulan I, 54,2% pada bulan II dan
56,2% pada bulan III. Jenis makanan tambahan pemulihan terbanyak adalah susu
sebesar 70,8% dengan pemberian sebanyak 30 kotak selama 3 bulan (70,8%) dan
jumlah yang dihabiskan terbanyak pada kategori baik (31,2%). Konsumsi energi
sebelum PMTP terbanyak pada kategori kurang sebesar 72,9% dan setelah PMTP
terbanyak pada kategori sedang yaitu 50,0%. Sedangkan konsumsi protein sebelum
dan sesudah PMTP terbanyak pada kategori baik yaitu 81,2% dan 95,8%.
Diharapkan kepada petugas gizi untuk meningkatkan penyuluhan kepada ibu-
ibu yang mempunyai balita gizi kurang dan buruk untuk memperhatikan asupan
energi dan protein sehari -hari serta memotivasi ibu-ibu untuk membawa anaknya ke
posyandu secara rutin sehingga pertumbuhan berat badan dapat dipantau setiap
bulannya.
Timbulnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia berdampak pada status
gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi
makanan dan terjadi perubahan pola makan yang dapat meningkatkan prevalensi gizi
kurang dan buruk. Provinsi Riau tahun 2007 prevalensi gizi kurang sebesar 11,8%
dan di Kabupaten Rokan Hulu sebesar 9,21%. Salah satu upaya yang dilakukan
dalam rangka memperbaiki status gizi kurang adalah Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian makanan
tambahan pemulihan terhadap status gizi balita gizi kurang di Puskesmas Tambusai
Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Jenis penelitian ini
adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain Cross Sectional.
Populasi adalah semua balita usia 6 sampai 59 bulan yang berstatus gizi kurang di
Puskesmas Tambusai dengan jumlah sampel sebanyak 48 balita.
Dari hasil penelitian didapatkan status gizi baik berdasarkan BB/U meningkat
dari 0% menjadi 43,8% pada bulan I, 68,8% pada bulan II dan 81,3% pada bulan III.
Status gizi normal berdasarkan BB/TB dari 56,3% menjadi 68,8% pada bulan I,
75,0% pada bulan II dan 81,3% pada bulan III. Sedangkan status gizi normal
berdasarkan TB/U dari 43,7% menjadi 52,1% pada bulan I, 54,2% pada bulan II dan
56,2% pada bulan III. Jenis makanan tambahan pemulihan terbanyak adalah susu
sebesar 70,8% dengan pemberian sebanyak 30 kotak selama 3 bulan (70,8%) dan
jumlah yang dihabiskan terbanyak pada kategori baik (31,2%). Konsumsi energi
sebelum PMTP terbanyak pada kategori kurang sebesar 72,9% dan setelah PMTP
terbanyak pada kategori sedang yaitu 50,0%. Sedangkan konsumsi protein sebelum
dan sesudah PMTP terbanyak pada kategori baik yaitu 81,2% dan 95,8%.
Diharapkan kepada petugas gizi untuk meningkatkan penyuluhan kepada ibu-
ibu yang mempunyai balita gizi kurang dan buruk untuk memperhatikan asupan
energi dan protein sehari -hari serta memotivasi ibu-ibu untuk membawa anaknya ke
posyandu secara rutin sehingga pertumbuhan berat badan dapat dipantau setiap
bulannya.