RINGKASAN
Daun tanaman klausena (Clausena anisata Hook.f) dari familia
Rutaceae secara tradisional oleh masyarakat di Solok (Sumatera Barat) dan
Jawa masih digunakan sebagai obat penghilang nyeri (analgetik), baik untuk
nyeri kepala, nyeri gigi, rheumatik maupun demam. Untuk menghilangkan
nyeri digunakan 2 genggam (kira-kira 50 g) daun klausena, direbus dengan
2 gelas air (400 ml), sampai air rebusannya tinggal 1 gelas (200 ml). Air
rebusan ini diminum 3 sampai 4 kali sehari satu gelas.
Oleh karena bukti ilmiah tentang efek menghilangkan nyeri
(analgesia) ekstrak daun klausena belum ada, maka perlu dilakukan
penelitian dalam rangka pengembangan obat tradisional dan pencarian obat-
obat baru dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan di bidang obat.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik
menggunakan rancangan"Randomized Controlled Experiment With Latin
Square Design", dengan hewan percobaan tikus putih (Rattus norvegicus),
jantan, galur Wistar,dewasa, sehat, umur kira-kira 3 bulan, dengan berat
badan sekitar 350 g dan belum pernah digunakan untuk percobaan. Hewan
percobaan diperoleh dari Balitbangkes, Depkes. R.I.
Pengujian efek analgesia dilakukan dengan metode D'amour dan
Smith (1941) dengan menggunakan alat"Tail Flick Analgesiometer" yaitu
dengan mengukur waktu reaksi sebagai respon nyeri akibat rangsang
thermal pada ekor tikus (temperatur 70°C). Adanya perpanjangan waktu
reaksi menunjukkan adanya efek analgesia pada obat uji. Pengukuran waktu
reaksi dilakukan pada harl I, Ill, V, VII, dan IX yaitu pada menit ke 30
sampai ke 240 setelah pemberian obat uji dengan selang waktu 30 menit.
Obat yang digunakan untuk uji efek analgesia adalah infus dan
ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 22, 66, 220, 660, 2200 mg / 200
g BB. Sebagai pembanding digunakan larutan gom arab 2% dengan dosis 1
ml / 200 g BB dan suspensi parasetamol 10% dengan dosis 60 mg / 200 g
BB.
Obat uji masih berupa ekstrak kasar, meskipun telah dilakukan
analisa Kromatografi Lapisan Tipis (KLT), Krornatografi Gas -
Spektroskopi Massa (GC-MS) dan Spektrofotometri Sinar Ultra Violet
(UVS).
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah waktu reaksi
(dalam detik), yang dianalisa secara statistik dengan menggunakan Analisis
Variansi (ANA VA), dan perbedaan dianggap signifikan bila p < 0,05. Hasil menunjukkan bahwa pada setiap pengukuran setelah pemberian obat uji secara oral, waktu reaksi antara kelompok tikus yang memperoleh infus dan ekstrak etanol daun klausena pada dosis 22, 66, 220, 660, dan 2200 mg / 200 g BB secara statistik berbeda signifikan ( p < 0,05 dan p < 0,01 ) dengan kelompok tikus yang memperoleh larutan gom arab 2%. Waktu reaksi pada kelompok tikus yang memperoleh infus dan ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 2200 mg / 200 g BB sebanding dengan waktu reaksi kelompok tikus yang memperoleh suspensi parasetamoll0% dengan dosis 60 mg / 200 g BB. Waktu reaksi pada kelompok tikus yang memperoleh infus daun klausena dengan dosis 2200 mg / 200 g BB pada menit ke 120 setelah pemberian obat secara oral adalah 32,88 :t 1,75 detik dan tikus yang memperoleh suspensi parasetamol 10% dengan dosis 60 mg / 200 g BB adalah 29,18 ± 1,16 detik. Waktu reaksi pada kelompok tikus yang memperoleh ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 2200 mg! 200 g BB pada hari ke V, menit ke 120 setelah pemberian obat secara oral adalah 33,70 :t 1,14 detik dan tikus yang memperoleh suspensi parasetamol 10% dengan dosis 60 mg / 200 g BB adalah 32,05 ±0,18 detik. Hal ini menunjukkan efek analgesia dari ekstrak daun klausena.
Daun tanaman klausena (Clausena anisata Hook.f) dari familia
Rutaceae secara tradisional oleh masyarakat di Solok (Sumatera Barat) dan
Jawa masih digunakan sebagai obat penghilang nyeri (analgetik), baik untuk
nyeri kepala, nyeri gigi, rheumatik maupun demam. Untuk menghilangkan
nyeri digunakan 2 genggam (kira-kira 50 g) daun klausena, direbus dengan
2 gelas air (400 ml), sampai air rebusannya tinggal 1 gelas (200 ml). Air
rebusan ini diminum 3 sampai 4 kali sehari satu gelas.
Oleh karena bukti ilmiah tentang efek menghilangkan nyeri
(analgesia) ekstrak daun klausena belum ada, maka perlu dilakukan
penelitian dalam rangka pengembangan obat tradisional dan pencarian obat-
obat baru dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan di bidang obat.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik
menggunakan rancangan"Randomized Controlled Experiment With Latin
Square Design", dengan hewan percobaan tikus putih (Rattus norvegicus),
jantan, galur Wistar,dewasa, sehat, umur kira-kira 3 bulan, dengan berat
badan sekitar 350 g dan belum pernah digunakan untuk percobaan. Hewan
percobaan diperoleh dari Balitbangkes, Depkes. R.I.
Pengujian efek analgesia dilakukan dengan metode D'amour dan
Smith (1941) dengan menggunakan alat"Tail Flick Analgesiometer" yaitu
dengan mengukur waktu reaksi sebagai respon nyeri akibat rangsang
thermal pada ekor tikus (temperatur 70°C). Adanya perpanjangan waktu
reaksi menunjukkan adanya efek analgesia pada obat uji. Pengukuran waktu
reaksi dilakukan pada harl I, Ill, V, VII, dan IX yaitu pada menit ke 30
sampai ke 240 setelah pemberian obat uji dengan selang waktu 30 menit.
Obat yang digunakan untuk uji efek analgesia adalah infus dan
ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 22, 66, 220, 660, 2200 mg / 200
g BB. Sebagai pembanding digunakan larutan gom arab 2% dengan dosis 1
ml / 200 g BB dan suspensi parasetamol 10% dengan dosis 60 mg / 200 g
BB.
Obat uji masih berupa ekstrak kasar, meskipun telah dilakukan
analisa Kromatografi Lapisan Tipis (KLT), Krornatografi Gas -
Spektroskopi Massa (GC-MS) dan Spektrofotometri Sinar Ultra Violet
(UVS).
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah waktu reaksi
(dalam detik), yang dianalisa secara statistik dengan menggunakan Analisis
Variansi (ANA VA), dan perbedaan dianggap signifikan bila p < 0,05. Hasil menunjukkan bahwa pada setiap pengukuran setelah pemberian obat uji secara oral, waktu reaksi antara kelompok tikus yang memperoleh infus dan ekstrak etanol daun klausena pada dosis 22, 66, 220, 660, dan 2200 mg / 200 g BB secara statistik berbeda signifikan ( p < 0,05 dan p < 0,01 ) dengan kelompok tikus yang memperoleh larutan gom arab 2%. Waktu reaksi pada kelompok tikus yang memperoleh infus dan ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 2200 mg / 200 g BB sebanding dengan waktu reaksi kelompok tikus yang memperoleh suspensi parasetamoll0% dengan dosis 60 mg / 200 g BB. Waktu reaksi pada kelompok tikus yang memperoleh infus daun klausena dengan dosis 2200 mg / 200 g BB pada menit ke 120 setelah pemberian obat secara oral adalah 32,88 :t 1,75 detik dan tikus yang memperoleh suspensi parasetamol 10% dengan dosis 60 mg / 200 g BB adalah 29,18 ± 1,16 detik. Waktu reaksi pada kelompok tikus yang memperoleh ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 2200 mg! 200 g BB pada hari ke V, menit ke 120 setelah pemberian obat secara oral adalah 33,70 :t 1,14 detik dan tikus yang memperoleh suspensi parasetamol 10% dengan dosis 60 mg / 200 g BB adalah 32,05 ±0,18 detik. Hal ini menunjukkan efek analgesia dari ekstrak daun klausena.