BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tumor ganas payudara sudah me rupakan masal ah kesehatan di
Indonesia dengan frekwensi terbanya k kedua setel ah tumor ganas leher
rahim ( Hidayat dkk.1995).
Kanker payudara merupakan tumor ya ng rel atif l ambat pertumbuhannya.
Namun pada beberapa pasien dijumpai bentuk yang agresi f tapi terl ambat
dideteksi.
Silverstein dan kawan-kawan mel aporkan bahwa metastase Kelenjar Getah
Bening (KGB) dijumpai 3 % da ri 96 pasien dengan tumor ≤ 0,5 cm dan 50 %
dari pasien ini menderita karsinoma insitu intra duktal dengan daerah-daerah
yang didapati karsi noma mi kro i nvasif. Data sebelumnya dari penulis
menyatakan bahwa tumor yang terdet eksi dengan mamografi (”unpalpable
tumor”) memiliki insiden metastase KGB 7 % dan tumor yang teraba memiliki
tingkat insidensi adanya metastase sebanyak 24 %.
Hasil studi Si lverstein menunjukkan bahwa ukuran tumor berhubungan
dengan metastase KGB aksila tapi belum terbukti hubungannya dengan ti pe
histopatologi. (Haris dkk,1996).
Penyuluhan pada masyarakat dalam rangka diagnosa dini telah diikutsertakan
dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara
Secara Klinis (SARANIS).
Pada SADARI penderita meraba seluruh bagian payudara dan daerah tepi
sampai kedaerah sentral dan daerah aksila. Pada SARANIS penderita
diperiksa dalam posisi du duk dan berbaring pada kedua sisi payudara dan
aksila. (Murphy dkk, 1997)
I.2. Perumusan Masalah
Bagaimana hubungan besar tumor (T) dengan ti pe hi stopatologi dan tipe
histopatologi mana yang paling banyak bermetastase ke KGB aksila.
I.3. Tujuan Penelitian
Mencari hubungan antara besar tumor (T) dan tipe histopatologi kanker
payudara dengan kejadian metastase pada KGB aksila.
I.4. Kontribusi Penelitian.
Diharapkan dengan mengetahui besar tumor dan tipe histopatologi dapat
memperkirakan adanya metastase ke KGB aksila.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker payudara merupakan neoplasm a ganas di mana terjadi pertumbuhan
jaringan payudara abnormal yang ti dak memandang jari ngan seki tarnya
tumbuh infiltratif dan destruktif serta dapat bermetastase. Pada stadium awal
tidak ada kel uhan sama sekal i hanya se perti fibroadenoma atau penyakit
fibrokistik yang kecil saja. Bentuk ti dak teratur, batas tidak tegas, permukaan
tidak rata, konsi stensi padat keras. Pa da stadi um yang l ebih l anjut dapat
menimbulkan kelainan pada kulit berupa infiltrasi, retraksi puting susu, seperti
kulit jeruk (peau d’orange), benjol an-benjolan dikulit (satelit nodule) sampai
dapat dijumpai ulserasi. Karsinoma duktus invasif merupakan group terbesar
tumor ganas payudara lebih kurang 65%-80% dari karsinoma payudara
(Burkit 1992, Ramli 1995, Harris 1996).
II.1. Anatomi Payudara
Payudara dewasa masing-masing terletak di torak depan dengan dasarnya
terletak dari kira-kira iga kedua sa mpai iga keenam. Medial payudara
mencapai pi nggir sternum dan di lateral setentang garis mid aksilaris dan
meluas keatas ke aksila melalui suatu ekor aksila berbentuk piramid.
Payudara terletak diatas lapisan fasia otot pektoralis mayor pada duapertiga
superomedial dan sepertiga lateral bawah otot seratus anterior.
Pada 15 % kasus jaringan payudara melu as kebawah garis tepi iga dan 2 %
melewati pinggir anterior otot latissimus dorsi.
Payudara yang asimetri sering dijumpai diantara wanita normal dan penderita
tidak begitu menyadarinya atau m ungkin meneri manya sebagai vari asi
normal. Separoh wani ta mempunyai perbedaan volume 10 % antara
2
payudara kiri dan kana n dan seperempatnya dengan perbedaan 20 %.
Payudara kiri selalu lebih besar dibanding yang sebelah kanan.
II.2. Sistem Lobus dan Duktus
Payudara terdiri dari lobus-lobus berj umlah sekitar 15 – 20 %. Jumlah yang
banyak tampak pada potongan transver s dari nipel. Masing – masing lobus
dialiri oleh sistem duktus dari sinus lak tiferous ( bila dist ensi mempu nyai
diameter 5 – 8 mm) terbuka pada ni pel, dan masing-masing sinus menerima
suatu duktus lobulus dengan diameter 2 mm atau kurang.
Didalam lobus mencapai 40 atau lebih lobu lus. Sat u lobu lus mempu nyai
diameter 2–3 mm dan dapat terlihat deng an mata telanjang. Masing-masing
lobulus mengandung 10 sampai 100 al veoli (Acini) yang merupakan unit
dasar sekretori.
II.3. Sistem Aliran Darah
Suplai darah payudara berasal dari arteri ak silaris melalu i art eri
torakobrakialis, arteri torasik lateral dan arteri subskapulari s dan dari arteri
subklavia melalui arteri torasik interna (arteri mammari).
Arteri t orasik in terna men suplai 3 caban g besar k eanterior melalu i celah
interkostal dua, tiga dan empat.
Sistem v ena melalu i plek sus su b areolar dan men galir ke vena interkostal,
vena aksilaris dan ke vena torasik interna.
II.4. Sistem Aliran Limfe
Drainase sistem limfe payudara sangat penting dalam penyebaran pada
keganasan tapi sedikit berperan pada penyakit jinak. Beberapa pleksus limfe
dari bagian parenkim payudara dan re gio su bareolar men galir k e k elenjar
getah bening regional yang kebanyakan terletak di aksila.
3
Kebanyakan aliran limfe dari masing -masing payudara melewati sepanjang
kelenjar get ah ben ing ak sila ipsilat eral yang merupakan suatu rantai yang
bermula pada kelenjar geta h bening aksila anterior (pektoral) dan berl anjut
ke group kelenjar getah bening aks ila sentral dan api kal. Sel anjutnya
drainase ke group kelenjar getah bening sub skapular dan interpektoral.
Dalam ju mlah k ecil drain ase limf e men yeberang k e payudara kontralateral
dan juga turun ke bungkus rektus.
Beberapa bagian medial payudara menga lir ke limfe yang bergabung dengan
pembuluh darah torasi k i nterna dan mengalir ke group torasik interna dari
kelenjar getah bening torak dan mediastinal.
Kelenjar Getah Bening Regional
Ada tiga rute drainase kelenjar ge tah beni ng aksi la yai tu : Aksi lari,
transpektoral dan mamari interna. KGB i ntramammari di tandai untuk
keperluan staging. KGB supraklavikular diklasifikasi sebagai KGB regional juga
untuk maksud stagi ng. Metastase ke K GB yang lain termasuk servikal atau
KGB mammari interna kontralateral di klassifikasikan sebagai metastase jauh
(M1). (Hughes dkk, 2000).
Kelenjar getah bening regional adalah sebagai berikut:
1. Aksilar (ipsilateral) :
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tumor ganas payudara sudah me rupakan masal ah kesehatan di
Indonesia dengan frekwensi terbanya k kedua setel ah tumor ganas leher
rahim ( Hidayat dkk.1995).
Kanker payudara merupakan tumor ya ng rel atif l ambat pertumbuhannya.
Namun pada beberapa pasien dijumpai bentuk yang agresi f tapi terl ambat
dideteksi.
Silverstein dan kawan-kawan mel aporkan bahwa metastase Kelenjar Getah
Bening (KGB) dijumpai 3 % da ri 96 pasien dengan tumor ≤ 0,5 cm dan 50 %
dari pasien ini menderita karsinoma insitu intra duktal dengan daerah-daerah
yang didapati karsi noma mi kro i nvasif. Data sebelumnya dari penulis
menyatakan bahwa tumor yang terdet eksi dengan mamografi (”unpalpable
tumor”) memiliki insiden metastase KGB 7 % dan tumor yang teraba memiliki
tingkat insidensi adanya metastase sebanyak 24 %.
Hasil studi Si lverstein menunjukkan bahwa ukuran tumor berhubungan
dengan metastase KGB aksila tapi belum terbukti hubungannya dengan ti pe
histopatologi. (Haris dkk,1996).
Penyuluhan pada masyarakat dalam rangka diagnosa dini telah diikutsertakan
dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara
Secara Klinis (SARANIS).
Pada SADARI penderita meraba seluruh bagian payudara dan daerah tepi
sampai kedaerah sentral dan daerah aksila. Pada SARANIS penderita
diperiksa dalam posisi du duk dan berbaring pada kedua sisi payudara dan
aksila. (Murphy dkk, 1997)
I.2. Perumusan Masalah
Bagaimana hubungan besar tumor (T) dengan ti pe hi stopatologi dan tipe
histopatologi mana yang paling banyak bermetastase ke KGB aksila.
I.3. Tujuan Penelitian
Mencari hubungan antara besar tumor (T) dan tipe histopatologi kanker
payudara dengan kejadian metastase pada KGB aksila.
I.4. Kontribusi Penelitian.
Diharapkan dengan mengetahui besar tumor dan tipe histopatologi dapat
memperkirakan adanya metastase ke KGB aksila.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker payudara merupakan neoplasm a ganas di mana terjadi pertumbuhan
jaringan payudara abnormal yang ti dak memandang jari ngan seki tarnya
tumbuh infiltratif dan destruktif serta dapat bermetastase. Pada stadium awal
tidak ada kel uhan sama sekal i hanya se perti fibroadenoma atau penyakit
fibrokistik yang kecil saja. Bentuk ti dak teratur, batas tidak tegas, permukaan
tidak rata, konsi stensi padat keras. Pa da stadi um yang l ebih l anjut dapat
menimbulkan kelainan pada kulit berupa infiltrasi, retraksi puting susu, seperti
kulit jeruk (peau d’orange), benjol an-benjolan dikulit (satelit nodule) sampai
dapat dijumpai ulserasi. Karsinoma duktus invasif merupakan group terbesar
tumor ganas payudara lebih kurang 65%-80% dari karsinoma payudara
(Burkit 1992, Ramli 1995, Harris 1996).
II.1. Anatomi Payudara
Payudara dewasa masing-masing terletak di torak depan dengan dasarnya
terletak dari kira-kira iga kedua sa mpai iga keenam. Medial payudara
mencapai pi nggir sternum dan di lateral setentang garis mid aksilaris dan
meluas keatas ke aksila melalui suatu ekor aksila berbentuk piramid.
Payudara terletak diatas lapisan fasia otot pektoralis mayor pada duapertiga
superomedial dan sepertiga lateral bawah otot seratus anterior.
Pada 15 % kasus jaringan payudara melu as kebawah garis tepi iga dan 2 %
melewati pinggir anterior otot latissimus dorsi.
Payudara yang asimetri sering dijumpai diantara wanita normal dan penderita
tidak begitu menyadarinya atau m ungkin meneri manya sebagai vari asi
normal. Separoh wani ta mempunyai perbedaan volume 10 % antara
2
payudara kiri dan kana n dan seperempatnya dengan perbedaan 20 %.
Payudara kiri selalu lebih besar dibanding yang sebelah kanan.
II.2. Sistem Lobus dan Duktus
Payudara terdiri dari lobus-lobus berj umlah sekitar 15 – 20 %. Jumlah yang
banyak tampak pada potongan transver s dari nipel. Masing – masing lobus
dialiri oleh sistem duktus dari sinus lak tiferous ( bila dist ensi mempu nyai
diameter 5 – 8 mm) terbuka pada ni pel, dan masing-masing sinus menerima
suatu duktus lobulus dengan diameter 2 mm atau kurang.
Didalam lobus mencapai 40 atau lebih lobu lus. Sat u lobu lus mempu nyai
diameter 2–3 mm dan dapat terlihat deng an mata telanjang. Masing-masing
lobulus mengandung 10 sampai 100 al veoli (Acini) yang merupakan unit
dasar sekretori.
II.3. Sistem Aliran Darah
Suplai darah payudara berasal dari arteri ak silaris melalu i art eri
torakobrakialis, arteri torasik lateral dan arteri subskapulari s dan dari arteri
subklavia melalui arteri torasik interna (arteri mammari).
Arteri t orasik in terna men suplai 3 caban g besar k eanterior melalu i celah
interkostal dua, tiga dan empat.
Sistem v ena melalu i plek sus su b areolar dan men galir ke vena interkostal,
vena aksilaris dan ke vena torasik interna.
II.4. Sistem Aliran Limfe
Drainase sistem limfe payudara sangat penting dalam penyebaran pada
keganasan tapi sedikit berperan pada penyakit jinak. Beberapa pleksus limfe
dari bagian parenkim payudara dan re gio su bareolar men galir k e k elenjar
getah bening regional yang kebanyakan terletak di aksila.
3
Kebanyakan aliran limfe dari masing -masing payudara melewati sepanjang
kelenjar get ah ben ing ak sila ipsilat eral yang merupakan suatu rantai yang
bermula pada kelenjar geta h bening aksila anterior (pektoral) dan berl anjut
ke group kelenjar getah bening aks ila sentral dan api kal. Sel anjutnya
drainase ke group kelenjar getah bening sub skapular dan interpektoral.
Dalam ju mlah k ecil drain ase limf e men yeberang k e payudara kontralateral
dan juga turun ke bungkus rektus.
Beberapa bagian medial payudara menga lir ke limfe yang bergabung dengan
pembuluh darah torasi k i nterna dan mengalir ke group torasik interna dari
kelenjar getah bening torak dan mediastinal.
Kelenjar Getah Bening Regional
Ada tiga rute drainase kelenjar ge tah beni ng aksi la yai tu : Aksi lari,
transpektoral dan mamari interna. KGB i ntramammari di tandai untuk
keperluan staging. KGB supraklavikular diklasifikasi sebagai KGB regional juga
untuk maksud stagi ng. Metastase ke K GB yang lain termasuk servikal atau
KGB mammari interna kontralateral di klassifikasikan sebagai metastase jauh
(M1). (Hughes dkk, 2000).
Kelenjar getah bening regional adalah sebagai berikut:
1. Aksilar (ipsilateral) :
0 comments:
Posting Komentar
Berikan Komentar yang membangun demi perkembangan Blog ini. Terima kasih buat semuanya yang telah memberikan komentar.
Lihat semua Komentar Klik Disini