BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Ada sembilan komponen dasar komplemen yaitu C1 sampai C9
yang bila diaktifkan, dipecah menjadi bagian-bagian yang besar dan kecil
(C3a, C4a dan sebagainya). Fragm en yang besar dapat berupa enzim
tersendiri dan mengikat serta m engaktifkan molekul lain. Fragmen
tersebut dapat juga berinteraksi dengan inhibitor yang menghentikan
reaksi selanjutnya. Komplemen sangat sensitif terhadap sinyal kecil,
misalnya jumlah virus yang sangat sedikit sudah dapat menimbulkan
reaksi beruntun yang biasanya menimbulkan respon lokal. (1,3,11)
Sistem komplemen aktif dengan dua mekanisme yaitu jalur klasik
dan jalur alternatif. Walaupun jalur-jalur ini beberapa gambaran umum dan
hasil aktivasi biologi dari masing- masing dapat sama sebenarnya kedua
jalur ini sedikit berbeda. Aktivasi jalu r klasik sering dimulai oleh ikatan
komponen komplemen C1 ke antigen antibodi kompleks. Jalur alternatif
dimulai dengan pengaktifan dari komponen komplemen C3. C3 diaktifkan
oleh C42 atau konvertase C3 sehingga C3 dipecah menjadi fragmen-
fragmen C3a yang kecil dan C3b yang lebih besar. Satu molekul
konvertase C3 dapat mengaktifkan ra tusan molekul C3 dan menghasilkan
anafilatoksin C3a dan C5a, bahan-bahan ini mempunyai kemampuan
menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamin yang merupakan
mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas kapiler.
(2,4,20)
Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia dianggap
sebagai antigen yang akan bereaksi dengan antibodi membentuk
kompleks virus-antibodi yang akan mengaktifkan sistem komplemen. (5,7)
Aktivasi sistem komplemen menimbulkan interaksi berantai
menghasilkan produk-produk yang mempunyai aktifitas biologik dan
menyusun suatu sistem mediator humoral yang penting dalam reaksi-
reaksi inflamatoris, sebagai ops onin dan pembentukan kompleks
serangan membran makromolekular y ang menyebabkan kematian sel-sel
sasaran. (1,11,14)
Patogenesis penyakit infeksi viru s Dengue sampai sekarang masih
belum jelas. Para sarjana cenderung mengemukakan hipotesis reaksi
sekunder heterologus anamnestik yang proses selanjutnya menunjukkan
terjadinya kebocoran plasma ke jaringan tubuh sekitarnya dengan
manifestasi klinis efusi pleura, ascites, perdarahan d an syok. Beberapa
sarjana mengemukakan bahwa kegawatan dapat terjadi karena virulensi
virus, peran mediator dan proses apoptosis. (5,9,30,36)
Suvatte tahun 1977 membuat suatu hipotesis infeksi sekunder
heterologus terhadap kejadian infe ksi pada penderita demam berdarah
dengue, sebagai akibat infeksi sek under oleh tipe virus dengue yang
berlainan pada seorang penderita DBD. Respon antibodi anamnestik yang
akan terjadi dalam wakt u beberapa hari mengakibat kan proliferasi dan
transformasi limfosit dengan menghasilkan peningkatan titer antibodi IgG
anti dengue dan terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. (6,17,18 )
Viktor A.B et al, Thail and 1972 meneliti hubungan kadar
komplemen C3 dengan jumlah trom bosit pada penderita demam berdarah
dengue dan penderita demam shock sindrom, dijumpai pada jam ke 20
sakit kadar komplemen menurun 20- 40% dari kadar normal dan jumlah
trombosit bersisa 5%-10% dari nilai normal. Pada jam ke 45 sakit jumlah
trombosit meningkat 40% dan kadar komplemen C3 meningkat 20%. (14)
R S Briggs et al 1978 melapor kan kasus dengue syok sindrom di
Jamaica pada penderita demam berdarah dengue oran g dewasa dijumpai
adanya penurunan kadar komplemen C3 mencapai 20-30 % dari kadar
normal dengan kadar IgG normal. (10)
Robert E, et al, Honolulu En gland 1979 meneliti hubungan kadar
komplemen C3 dengan Jumlah trombos it pada penderita DBD, dijumpai
pada hari ke 5-8 sakit terjadi penurunan kadar komplemen C3 yang tajam
disertai dengan penurunan jumlah trombosit yang banyak sampai hari ke-
9. Hari ke-9 kadar komplemen C3 meningkat drastis, jumlah trombosit
baru meningkat pada hari ke-10 seca ra cepat dan kemudian tidak ada
penurunan sampai fase penyembuhan. (11)
Scott B. H, 1981 melakukan pe nelitian terhadap penderita demam
berdarah dengue dan dengue syok sindro m terhadap anak. dijumpai
adanya penurunan kadar komplemen C3,C4 dan C5. penurunan kadar
komplemen ini berhubunga n dengan tingkat kepar ahan penyakit yang
mengkonsumsi komplemen melalu i jalur klasik dan penurunannya
bervariasi pada setiap individu. (12)
Ampaiwan C, Kanchana T,Thai land 2005 melaporkan bahwa kadar
komplemen C3 pada demam berdarah dengue dijumpai menurun selama
fase akut demam dan dalam fase toxic meningkat kembali. (9)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Apakah kadar komplemen C3 pada demam berdarah dengue
menurun ?.
2. Apakah ada hubu ngan penurunan jumlah trombosit terhadap
kadar komplemen C3 ?.
1.3. Hipotesa Penelitian
Kadar komplemen C3 pada demam berdarah dengue menurun.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kadar komple men C3 pada demam berdarah
Dengue dan melihat pengaruh penurunan jumlah trombosit
terhadap kadar Komplemen C3.
1.5. Manfaat Penelitian
Diharapkan pengukuran kadar ko mplemen C3 pada penderita
demam berdarah dengue da pat dipakai oleh klinisi sebagai
indikator aktifitas virulensi Demam Berdarah Dengue.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Ada sembilan komponen dasar komplemen yaitu C1 sampai C9
yang bila diaktifkan, dipecah menjadi bagian-bagian yang besar dan kecil
(C3a, C4a dan sebagainya). Fragm en yang besar dapat berupa enzim
tersendiri dan mengikat serta m engaktifkan molekul lain. Fragmen
tersebut dapat juga berinteraksi dengan inhibitor yang menghentikan
reaksi selanjutnya. Komplemen sangat sensitif terhadap sinyal kecil,
misalnya jumlah virus yang sangat sedikit sudah dapat menimbulkan
reaksi beruntun yang biasanya menimbulkan respon lokal. (1,3,11)
Sistem komplemen aktif dengan dua mekanisme yaitu jalur klasik
dan jalur alternatif. Walaupun jalur-jalur ini beberapa gambaran umum dan
hasil aktivasi biologi dari masing- masing dapat sama sebenarnya kedua
jalur ini sedikit berbeda. Aktivasi jalu r klasik sering dimulai oleh ikatan
komponen komplemen C1 ke antigen antibodi kompleks. Jalur alternatif
dimulai dengan pengaktifan dari komponen komplemen C3. C3 diaktifkan
oleh C42 atau konvertase C3 sehingga C3 dipecah menjadi fragmen-
fragmen C3a yang kecil dan C3b yang lebih besar. Satu molekul
konvertase C3 dapat mengaktifkan ra tusan molekul C3 dan menghasilkan
anafilatoksin C3a dan C5a, bahan-bahan ini mempunyai kemampuan
menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamin yang merupakan
mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas kapiler.
(2,4,20)
Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia dianggap
sebagai antigen yang akan bereaksi dengan antibodi membentuk
kompleks virus-antibodi yang akan mengaktifkan sistem komplemen. (5,7)
Aktivasi sistem komplemen menimbulkan interaksi berantai
menghasilkan produk-produk yang mempunyai aktifitas biologik dan
menyusun suatu sistem mediator humoral yang penting dalam reaksi-
reaksi inflamatoris, sebagai ops onin dan pembentukan kompleks
serangan membran makromolekular y ang menyebabkan kematian sel-sel
sasaran. (1,11,14)
Patogenesis penyakit infeksi viru s Dengue sampai sekarang masih
belum jelas. Para sarjana cenderung mengemukakan hipotesis reaksi
sekunder heterologus anamnestik yang proses selanjutnya menunjukkan
terjadinya kebocoran plasma ke jaringan tubuh sekitarnya dengan
manifestasi klinis efusi pleura, ascites, perdarahan d an syok. Beberapa
sarjana mengemukakan bahwa kegawatan dapat terjadi karena virulensi
virus, peran mediator dan proses apoptosis. (5,9,30,36)
Suvatte tahun 1977 membuat suatu hipotesis infeksi sekunder
heterologus terhadap kejadian infe ksi pada penderita demam berdarah
dengue, sebagai akibat infeksi sek under oleh tipe virus dengue yang
berlainan pada seorang penderita DBD. Respon antibodi anamnestik yang
akan terjadi dalam wakt u beberapa hari mengakibat kan proliferasi dan
transformasi limfosit dengan menghasilkan peningkatan titer antibodi IgG
anti dengue dan terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. (6,17,18 )
Viktor A.B et al, Thail and 1972 meneliti hubungan kadar
komplemen C3 dengan jumlah trom bosit pada penderita demam berdarah
dengue dan penderita demam shock sindrom, dijumpai pada jam ke 20
sakit kadar komplemen menurun 20- 40% dari kadar normal dan jumlah
trombosit bersisa 5%-10% dari nilai normal. Pada jam ke 45 sakit jumlah
trombosit meningkat 40% dan kadar komplemen C3 meningkat 20%. (14)
R S Briggs et al 1978 melapor kan kasus dengue syok sindrom di
Jamaica pada penderita demam berdarah dengue oran g dewasa dijumpai
adanya penurunan kadar komplemen C3 mencapai 20-30 % dari kadar
normal dengan kadar IgG normal. (10)
Robert E, et al, Honolulu En gland 1979 meneliti hubungan kadar
komplemen C3 dengan Jumlah trombos it pada penderita DBD, dijumpai
pada hari ke 5-8 sakit terjadi penurunan kadar komplemen C3 yang tajam
disertai dengan penurunan jumlah trombosit yang banyak sampai hari ke-
9. Hari ke-9 kadar komplemen C3 meningkat drastis, jumlah trombosit
baru meningkat pada hari ke-10 seca ra cepat dan kemudian tidak ada
penurunan sampai fase penyembuhan. (11)
Scott B. H, 1981 melakukan pe nelitian terhadap penderita demam
berdarah dengue dan dengue syok sindro m terhadap anak. dijumpai
adanya penurunan kadar komplemen C3,C4 dan C5. penurunan kadar
komplemen ini berhubunga n dengan tingkat kepar ahan penyakit yang
mengkonsumsi komplemen melalu i jalur klasik dan penurunannya
bervariasi pada setiap individu. (12)
Ampaiwan C, Kanchana T,Thai land 2005 melaporkan bahwa kadar
komplemen C3 pada demam berdarah dengue dijumpai menurun selama
fase akut demam dan dalam fase toxic meningkat kembali. (9)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Apakah kadar komplemen C3 pada demam berdarah dengue
menurun ?.
2. Apakah ada hubu ngan penurunan jumlah trombosit terhadap
kadar komplemen C3 ?.
1.3. Hipotesa Penelitian
Kadar komplemen C3 pada demam berdarah dengue menurun.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kadar komple men C3 pada demam berdarah
Dengue dan melihat pengaruh penurunan jumlah trombosit
terhadap kadar Komplemen C3.
1.5. Manfaat Penelitian
Diharapkan pengukuran kadar ko mplemen C3 pada penderita
demam berdarah dengue da pat dipakai oleh klinisi sebagai
indikator aktifitas virulensi Demam Berdarah Dengue.