ABSTRAK
PMS hingga saat ini masih merupakan masalah baik dari segi kesehatan
masyarakat, sosial, politik maupun ekonomi. Pada dekade terakhir telah terjadi
peningkatan insidens PMS di banyak negara, WHO memperkirakan bahwa kasus
PMS di dunia mengalami peningkatan 330 juta orang per taboo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik PSK dan faktor yang
berhubungan dengan PMS, jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain Cross
Sectional, data dikurnpulkan melal ui wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Populasi adalah seluruh PSK di lokasi Bukit Maraja tahun 2003 yaitu sebanyak 205
orang dengan sampeI135 orang diambil secara simple random sampling.
Hasil pengamatan ditemukan bahwa dari 44 orang (32,6%) PSK yang
menderita PMS (PositifPMS) sebagianbesar adalah berumur 15-19 tahun (40,08%),
agarna ' 'Islam (35,4%); sukii Melayif tJ8;1%J~ ' asal' iliierahltempattinggal
Simalungun/kota (40,0%), tidak pemah sekolah (64,3%), tingkat pengetahuan kurang
(44,6%), memiliki motivasi sedang (34,7%), telah bekerja 1 tahun (50,0%),
menempati lokasi 1-2 tempat (39,0%); jumlah pelanggan 3-4 orang perhari (42,6%)
serta melakukan tindakan upaya pencegahan dengan kategori sedang (47,8%).
Dari hasil uji Chi Square diperoleh kesimpulan semakin rendah tingkat
pendidikan dan tingkat pengetahuan semakin besar proporsi untuk menderita PMS,
ada kecenderungan perbedaan lebih besar proporsi menderita PMS yang masih baru
bekerja sebagai PSK dan tindakan upaya pencegahan sedang dan kurang, sedangkan
umur, agama, suku, asal daerah/tempat tinggal, motivasi, jumlah lokasi prostitusi
yang pernah ditempati, jumlah pelanggan yang dilayani perhari tidak ada hubungan
dengan terjadinya PMS (p>O,05)
Melihat masih tingginya angka prevalensi PMS (32,6%) di lokasi ini
dibandingkan dengan target program pemberuntasan PMS dan HIV/AIDS Dep.Kes
RI (10%), disarankan agar pihakterkait (Dep.Kes, Dep.Sosial, Dep.Agama, KPAND
dan Kepolisian) meningkatkan kordinasi dalam upaya pemeberantasan Penyakit
Menular Seksual.
PMS hingga saat ini masih merupakan masalah baik dari segi kesehatan
masyarakat, sosial, politik maupun ekonomi. Pada dekade terakhir telah terjadi
peningkatan insidens PMS di banyak negara, WHO memperkirakan bahwa kasus
PMS di dunia mengalami peningkatan 330 juta orang per taboo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik PSK dan faktor yang
berhubungan dengan PMS, jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain Cross
Sectional, data dikurnpulkan melal ui wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Populasi adalah seluruh PSK di lokasi Bukit Maraja tahun 2003 yaitu sebanyak 205
orang dengan sampeI135 orang diambil secara simple random sampling.
Hasil pengamatan ditemukan bahwa dari 44 orang (32,6%) PSK yang
menderita PMS (PositifPMS) sebagianbesar adalah berumur 15-19 tahun (40,08%),
agarna ' 'Islam (35,4%); sukii Melayif tJ8;1%J~ ' asal' iliierahltempattinggal
Simalungun/kota (40,0%), tidak pemah sekolah (64,3%), tingkat pengetahuan kurang
(44,6%), memiliki motivasi sedang (34,7%), telah bekerja 1 tahun (50,0%),
menempati lokasi 1-2 tempat (39,0%); jumlah pelanggan 3-4 orang perhari (42,6%)
serta melakukan tindakan upaya pencegahan dengan kategori sedang (47,8%).
Dari hasil uji Chi Square diperoleh kesimpulan semakin rendah tingkat
pendidikan dan tingkat pengetahuan semakin besar proporsi untuk menderita PMS,
ada kecenderungan perbedaan lebih besar proporsi menderita PMS yang masih baru
bekerja sebagai PSK dan tindakan upaya pencegahan sedang dan kurang, sedangkan
umur, agama, suku, asal daerah/tempat tinggal, motivasi, jumlah lokasi prostitusi
yang pernah ditempati, jumlah pelanggan yang dilayani perhari tidak ada hubungan
dengan terjadinya PMS (p>O,05)
Melihat masih tingginya angka prevalensi PMS (32,6%) di lokasi ini
dibandingkan dengan target program pemberuntasan PMS dan HIV/AIDS Dep.Kes
RI (10%), disarankan agar pihakterkait (Dep.Kes, Dep.Sosial, Dep.Agama, KPAND
dan Kepolisian) meningkatkan kordinasi dalam upaya pemeberantasan Penyakit
Menular Seksual.