ABSTRAK
Tuberkulosis paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dunia
dan Indonesia. dimana Prevalens rate TB Paru di Indonesia adalah 240 per 100.000
penduduk. Pada tahun 1995 WHO merekomendasikan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) untuk menanggulangi tuberkulosis paru dengan
target kesembuhan minimal 85%.
Penelitian int untuk mengetahui karakteristik penderita tuberkulosis paru
yang berobat dengan menggunakan strategi DOTS di Puskesmas Gummgsitoli,
bersifat deskrtptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh penderita
tuberkulosis paru tahun 2000-2004 yang sekaligus menjadi sampel penelitian
sebanyak 525 orang (total sampling).
Hasil penelitian didapat proporsi penderita terbesar tahun 2004 (33.7%)
kecenderungan meningkat 60%. kelompok umur 15-55 tahun (75%), jenis kelamin
laki-laki (63.6%). pendidikan SD (49,5%). pekerjaan wiraswasta (34.1%). tipe
penderita barn (98,1%), pengobatan kategori 1 (60,4%). petugas PMO keluarga
(60.6%). patuh berobat (99.2%). mengalami konversi penderita BTA (+) (94,8%),
hasil akhir pengobatan sembuh/pengobatan lengkap (92.8%).
Hasil analisa statistik ternyata tidak ada perbedaan proporsi hasil akhir
pengobatan berdasarkan jenis kelamin dan petugas PMO (p>0.05), tetapi ada
perbedaan hasil akhir pengobatan berdasarkan tipe penderita, ketegori pengobatan
dan kepatuhan berobat (p
Tuberkulosis paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dunia
dan Indonesia. dimana Prevalens rate TB Paru di Indonesia adalah 240 per 100.000
penduduk. Pada tahun 1995 WHO merekomendasikan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) untuk menanggulangi tuberkulosis paru dengan
target kesembuhan minimal 85%.
Penelitian int untuk mengetahui karakteristik penderita tuberkulosis paru
yang berobat dengan menggunakan strategi DOTS di Puskesmas Gummgsitoli,
bersifat deskrtptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh penderita
tuberkulosis paru tahun 2000-2004 yang sekaligus menjadi sampel penelitian
sebanyak 525 orang (total sampling).
Hasil penelitian didapat proporsi penderita terbesar tahun 2004 (33.7%)
kecenderungan meningkat 60%. kelompok umur 15-55 tahun (75%), jenis kelamin
laki-laki (63.6%). pendidikan SD (49,5%). pekerjaan wiraswasta (34.1%). tipe
penderita barn (98,1%), pengobatan kategori 1 (60,4%). petugas PMO keluarga
(60.6%). patuh berobat (99.2%). mengalami konversi penderita BTA (+) (94,8%),
hasil akhir pengobatan sembuh/pengobatan lengkap (92.8%).
Hasil analisa statistik ternyata tidak ada perbedaan proporsi hasil akhir
pengobatan berdasarkan jenis kelamin dan petugas PMO (p>0.05), tetapi ada
perbedaan hasil akhir pengobatan berdasarkan tipe penderita, ketegori pengobatan
dan kepatuhan berobat (p