BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sinusitis maksila kronis adalah peradangan mukosa sinus maksila dengan
keluhan lebih dari 3 bulan. 1. Sinus paranasal adalah rongga –rongga didalam tulang
kepala yang terletak disekitar rongga hidung dan mempunya i hubungan dengan
melalui muaranya.2
Sampai saat ini sinusitis maksila kronis masih merupakan masalah dan
merupakan subjek yang selalu diperdebatkan, baik mengenai etiologi, keluhan,
diagnosis maupun tindakan selanjutnya. 3 Berbeda dengan sinusitis akut, sinusitis
kronis biasanya sukar disembuhkan dan hasil pengobatan sering mengecewakan,
baik untuk dokter dan terutama untuk penderita. 4 Penderita biasanya mempunyai
keluhan hidung tersumbat, sakit kepala, cairan mengalir dibelakang hidung, hidung
berbau dan penciuman berkurang.1,5,6
Berbagai etiologi dan faktor predisposisi berperan dalam timbulnya penyakit
ini, seperti deviasi septum, polip kavum nasi, tumor hidung dan nasofaring serta
alergi.7,8 Menurut Lucas seperti yang dikutip Moh. Zaman , etiologi sin usitis adalah
sangat kompleks. Hanya 25% disebabkan oleh infeksi, selebihnya 75% disebabkan
oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan
perubahan-perubahan pada mukosa sinus.3
Alergi adalah salah satu faktor prediposisi da lam patogenesis sinusitis
maksila kronis, yang mengakibatkan edema mukosa dan hipersekresi, keadaan ini
akan menimbulkan penyumbatan muara sinus mengakibatkan stasis sekret. Hal ini
sebagai medium infeksi yang akhirnya menyebabkan sinusitis kronis. 1,7,8
Penyakit alergi adalah suatu penyimpangan reaksi tubuh terhadap paparan
bahan asing yang menimbulkan gejala pada orang yang berbakat atopi sedangkan
pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apapun. 9,10
Gangguan alergi pada hidung ternyata lebih seri ng dari perkiraan dokter
maupun orang awam, yaitu menyerang sekitar 10 % dari populasi umum. 8
Prevalensi rinitis alergi telah diketahui bervariasi antara 5 – 10 % panduduk
diberbagai kota di dunia. 11 Insiden rinitis di Bandung 1,5 % , di Sub Bagian Alergi -
Imunologi Bagian THT FKUI/RSCM selama setahun 1992 adalah 1,14 %. 12 dan di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 1993 -1994 sebesar 16,44%.12
Sinusitis dibagi menjadi 1) sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai
beberapa minggu, 2) sinusitis sub akut, beb erapa minggu sampai beberapa bulan, 3)
sinusitis kronis, beberapa bulan sampai beberapa tahun. 1,14,15 Menurut Cauwenberge
(1983), disebut sinusitis kronis bila infeksi sudah lebih dari 3 bulan. 14
Sinus maksila merupakan sinus yang paling sering terinfeksi , karena
merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak muaranya lebih tinggi dari dasar
sinus, sehingga aliran sekret (dreanase) dari sinus maksila sangat tergantung dari
©2003 Digitized by USU digital library 2
gerakan silia. Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus) sehingga infeks i
gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila. Muara sinus maksila terletak di meatus
medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat. 14
Diagnosis sinusitis maksila kronis berdasarkan anamnenis yang cermat,
pemeriksaan rinoskopi ant erior dan posterior, adanya sekret kental perulen,
pemeriksaan penunjang seperti transiluminasi, pemeriksaan radiolog, fungsi sinus
maksila dan sinoskopi. Bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi,
nasoendoskopi serta CT scan. 1
Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau
lebih gejala seperti bersin -bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal
, ingus encer lebih dari satu jam dan hidung tersumbat, maka dinyatakan positif.
Hampir 50 % diagnosis rinitis alergi dapat ditegakkan dari anamnesis saja. 16
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis
maksila kronis, maka perlu dilakukan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick
tes, tes tusuk). Tes ini cepat, simple, tid ak menyakitkan, relatif aman dan jarang
menimbulkan reaksi anafilaktik.10,17,18,19
Untuk menjamin akurasinya, tes cukit harus dilaksanakan setelah terlampaui
masa ‘wash out’ obat anti alergi yang terakhir dikonsumsinya . Sebagai contoh ,
antihistamin sedatif 1 minggu, antihistamin non sedatif 2 -4 hari, kortikosteroid 6 -8
minggu.11
Uji cukit merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi -reaksi yang
diperantai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen peyebab akan dapat
diketahui.16,20
Dalam penelitian ini diagnosis sinusitis maksila kronis yang disebabkan oleh
alergi, ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan THT rutin, pemeriksaan foto
polos sinus paranasal dan tes kulit cukit.
2. Masalah penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli bahwa salah satu
faktor predisposisi sinusitis maksila kronis adalah alergi, timbul keinginan peneliti
untuk mengetahui seberapa besar perkiraan alergi sebagai salah satu faktor
predisposisi timbulnya sinusitis maksila kronis di Bagian THT/F K USU/RSUP H. Adam
Malik Medan.
Dipilihnya sinus maksila sebagai objek yang diteliti mengingat sinus maksila lebih
sering mengalami peradangan dibandingkan dengan sinus paranasal yang lain.
Diharapkan setelah penelitian ini pemeriksaan alergi pada kasus s inusitis
maksila kronis dapat dikerjakan secara rutin sehingga pengobatan sinusitis maksila
kronis lebih akurat.
3. Hipotesis
Alergi merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kejadian sinusitis
maksila kronis.
4. Tujuan penelitian
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sinusitis maksila kronis adalah peradangan mukosa sinus maksila dengan
keluhan lebih dari 3 bulan. 1. Sinus paranasal adalah rongga –rongga didalam tulang
kepala yang terletak disekitar rongga hidung dan mempunya i hubungan dengan
melalui muaranya.2
Sampai saat ini sinusitis maksila kronis masih merupakan masalah dan
merupakan subjek yang selalu diperdebatkan, baik mengenai etiologi, keluhan,
diagnosis maupun tindakan selanjutnya. 3 Berbeda dengan sinusitis akut, sinusitis
kronis biasanya sukar disembuhkan dan hasil pengobatan sering mengecewakan,
baik untuk dokter dan terutama untuk penderita. 4 Penderita biasanya mempunyai
keluhan hidung tersumbat, sakit kepala, cairan mengalir dibelakang hidung, hidung
berbau dan penciuman berkurang.1,5,6
Berbagai etiologi dan faktor predisposisi berperan dalam timbulnya penyakit
ini, seperti deviasi septum, polip kavum nasi, tumor hidung dan nasofaring serta
alergi.7,8 Menurut Lucas seperti yang dikutip Moh. Zaman , etiologi sin usitis adalah
sangat kompleks. Hanya 25% disebabkan oleh infeksi, selebihnya 75% disebabkan
oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan
perubahan-perubahan pada mukosa sinus.3
Alergi adalah salah satu faktor prediposisi da lam patogenesis sinusitis
maksila kronis, yang mengakibatkan edema mukosa dan hipersekresi, keadaan ini
akan menimbulkan penyumbatan muara sinus mengakibatkan stasis sekret. Hal ini
sebagai medium infeksi yang akhirnya menyebabkan sinusitis kronis. 1,7,8
Penyakit alergi adalah suatu penyimpangan reaksi tubuh terhadap paparan
bahan asing yang menimbulkan gejala pada orang yang berbakat atopi sedangkan
pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apapun. 9,10
Gangguan alergi pada hidung ternyata lebih seri ng dari perkiraan dokter
maupun orang awam, yaitu menyerang sekitar 10 % dari populasi umum. 8
Prevalensi rinitis alergi telah diketahui bervariasi antara 5 – 10 % panduduk
diberbagai kota di dunia. 11 Insiden rinitis di Bandung 1,5 % , di Sub Bagian Alergi -
Imunologi Bagian THT FKUI/RSCM selama setahun 1992 adalah 1,14 %. 12 dan di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 1993 -1994 sebesar 16,44%.12
Sinusitis dibagi menjadi 1) sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai
beberapa minggu, 2) sinusitis sub akut, beb erapa minggu sampai beberapa bulan, 3)
sinusitis kronis, beberapa bulan sampai beberapa tahun. 1,14,15 Menurut Cauwenberge
(1983), disebut sinusitis kronis bila infeksi sudah lebih dari 3 bulan. 14
Sinus maksila merupakan sinus yang paling sering terinfeksi , karena
merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak muaranya lebih tinggi dari dasar
sinus, sehingga aliran sekret (dreanase) dari sinus maksila sangat tergantung dari
©2003 Digitized by USU digital library 2
gerakan silia. Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus) sehingga infeks i
gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila. Muara sinus maksila terletak di meatus
medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat. 14
Diagnosis sinusitis maksila kronis berdasarkan anamnenis yang cermat,
pemeriksaan rinoskopi ant erior dan posterior, adanya sekret kental perulen,
pemeriksaan penunjang seperti transiluminasi, pemeriksaan radiolog, fungsi sinus
maksila dan sinoskopi. Bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi,
nasoendoskopi serta CT scan. 1
Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau
lebih gejala seperti bersin -bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal
, ingus encer lebih dari satu jam dan hidung tersumbat, maka dinyatakan positif.
Hampir 50 % diagnosis rinitis alergi dapat ditegakkan dari anamnesis saja. 16
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis
maksila kronis, maka perlu dilakukan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick
tes, tes tusuk). Tes ini cepat, simple, tid ak menyakitkan, relatif aman dan jarang
menimbulkan reaksi anafilaktik.10,17,18,19
Untuk menjamin akurasinya, tes cukit harus dilaksanakan setelah terlampaui
masa ‘wash out’ obat anti alergi yang terakhir dikonsumsinya . Sebagai contoh ,
antihistamin sedatif 1 minggu, antihistamin non sedatif 2 -4 hari, kortikosteroid 6 -8
minggu.11
Uji cukit merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi -reaksi yang
diperantai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen peyebab akan dapat
diketahui.16,20
Dalam penelitian ini diagnosis sinusitis maksila kronis yang disebabkan oleh
alergi, ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan THT rutin, pemeriksaan foto
polos sinus paranasal dan tes kulit cukit.
2. Masalah penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli bahwa salah satu
faktor predisposisi sinusitis maksila kronis adalah alergi, timbul keinginan peneliti
untuk mengetahui seberapa besar perkiraan alergi sebagai salah satu faktor
predisposisi timbulnya sinusitis maksila kronis di Bagian THT/F K USU/RSUP H. Adam
Malik Medan.
Dipilihnya sinus maksila sebagai objek yang diteliti mengingat sinus maksila lebih
sering mengalami peradangan dibandingkan dengan sinus paranasal yang lain.
Diharapkan setelah penelitian ini pemeriksaan alergi pada kasus s inusitis
maksila kronis dapat dikerjakan secara rutin sehingga pengobatan sinusitis maksila
kronis lebih akurat.
3. Hipotesis
Alergi merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kejadian sinusitis
maksila kronis.
4. Tujuan penelitian