BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Simetidin merupakan obat antihistamin golongan antagonis reseptor H 2
(H2-blockers) yang menempati reseptor histamine H2 secara selektif di permukaan
sel-sel parietal, sehingga pada pemberian simetidin sekresi cairan lambung di
hambat secara selektif dan reversibel. Simetidin atau antagonis reseptor H 2
mempercepat penyembuhan tukak lambung dan tukak duodenum (T jay dan
Rahardja, 2002).
Menurut Undang -undang No. 23 tahun 1992 pasal 40 ayat 1 tentang
kesehatan bahwa obat dan bahan obat harus memenuhi standar farmakope dan buku
standar lain. Salah satu parameter obat tersebut dikatakan memenuhi standar apabila
kadar zat berkhasiat yang terkandung didalamnya memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia.
Persyaratan kadar untuk sediaan tablet simetidin menurut Farmakope
Indonesia edisi IV tahun 1995 yaitu mengandung simetidin C 10H16N6S tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket .
Menurut USP edisi XXXI (2008) dan Farmakope Indonesia edisi IV (1995)
simetidin dapat ditentukan kadarnya secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
menggunakan fase gerak campuran metanol : asam fosfat (200 ml : 0,3 ml) dan air
sampai 1000 ml, kolom L1 (oktadesil silana), laju alir lebih kurang 2 ml/menit,
panjang gelombang 220 nm, dan volume penyuntikan 50 µl. Sedangkan menurut
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
Rohman (2007) menggunakan fase diam (kolom) C 18, dengan fase gerak Asetonitril :
bufer (16:84), deteksi dilakukan pada panjang gelombang 254 nm.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada penggunaan metode KCKT,
perlu dilakukan optimasi terhadap beberapa variabel diantaranya komposisi fase
gerak, kecepatan alir fase gerak, kolom dan suhu. Adapun optimasi yang paling
sederhana dan yang paling sering dilakukan yaitu terhadap komposisi fase gerak dan
laju alir (Rizki, 2008).
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik menggunakan metode K CKT
dengan kolom shimpac VP -ODS (4,6 mm x 25 cm) dengan kondisi kromatografi
yang terbaik dari hasil optimasi komposisi fase gerak dan laju alir. kemudian
menetapkan kadar simetidin dalam sediaan tablet yang beredar dipasaran dan
membandingkan hasil yang d iperoleh dengan persyaratan yang tercantum dalam
Farmakope Indonesia edisi IV (1995).
Untuk menguji validasi metode yang digunakan dalam penelitian ini,
dilakukan uji akurasi (ketepatan) dengan parameter persen perolehan kembali (%
recovery) menggunakan me tode penambahan bahan baku (Standard Addition
Method) dengan rentang spesifik 80%, 100% dan 120% dan uji presisi (ketelitian)
dengan parameter simpangan baku relatif (RSD).
Adapun alasan menggunakan metode KCKT karena mempunyai beberapa
keuntungan dibanding metode analisis lain, diantaranya kolom dapat digunakan
kembali, memiliki berbagai jenis detektor, waktu analisis umumnya relatif singkat,
ketepatan dan ketelitian relatif tinggi.
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
1.2 Perumusan Masalah
- Apakah kondisi optimal fase gerak yang diperoleh dapat digunakan pada
penetapan kadar simetidin dalam tablet yang memenuhi persyaratan uji validasi
metode meliputi akurasi dan presisi.
- Apakah kadar simetidin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran memenuhi
persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995.
1.3 Hipotesis
- Metode KCKT dapat digunakan pada penetapan kadar simetidin dalam sediaan
tablet dengan metode yang memenuhi persyaratan uji validasi meliputi akurasi
dan presisi.
- Kadar simetidin dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia edisi IV tahun 1995.
1.4 Tujuan penelitian
- Untuk menerapkan hasil optimasi pada penetapan kadar simetidin dalam sediaan
tablet dengan validasi metode yang memenuhi persyaratan uji validasi meliputi
akurasi dan presisi.
- Untuk menentukan kada r simetidin dalam sediaan tablet dan
membandingkannya dengan persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope
Indonesia edisi IV tahun 1995.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil yang didapat dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
informasi tentang penetapan kad ar simetidin dengan metode KCKT menggunakan
fase gerak metanol : campuran air -asam fosfat sehingga dapat diaplikasikan pada
penentuan kadar rutin.
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi (Ditjen POM, 1995).
Komposisi umum tablet adalah:
Zat berkhasiat
Bahan pengisi
Bahan pengisi ditambahkan untuk mendapatkan berat yang
diinginkan
Bahan pengikat
Bahan pengembang/penghancur
Bahan pelicin
Korigensia.
Bentuk tablet pada umumnya adalah berbentuk selinder dengan sisi yang rata
dan permukaan yang cembung ataupun rata. Ada juga bentuk khusus lainnya,
bentuk khusus ini bertujuan: spesifikasi dari pabrik, untuk menghindari pamalsuan
dari pabrik lain dan untuk memperindah bentuk tablet.
Penampang atau diameter tablet umumnya berkisar antara 3 -13 mm, tetapi
ada juga yang berpenampang 20 mm misalnya tablet hisap dan tablet effeversent.
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⅓
tablet. Bobot tabl et antara 50 mg – 2 g, umumnya bobot tablet antara 100 - 800 mg
(Soekemi, dkk.,1987).
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
2.2 Simetidin
2.2.1 Sifat Fisikokimia
Rumus struktur :
Nama kimia : 2-siano-1-metil-3-[2-[[(5-metilimidazol-4-il)metil]tio]etil)
guanidin
Rumus kimia : C10H16N6S
Berat molekul : 252,34
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir putih, tidak berbau atau
berbau markaptan lemah
Kelarutan : Larut dalam etanol, dalam polietilen glikol 400, mudah larut
dalam metanol, agak sukar larut dalam isopropanol, sukar larut
dalam air dan dalam kloroporm, praktis tidak larut dalam eter.
(Ditjen POM, 1995)
2.2.2 Mekanisme Kerja
Simetidin menghambat reseptor H 2 secara selektif dan reversibel .
Peransangan reseptor H 2 akan meransang sekresi asam lambung, sehingga pada
pemberian simetidin sekresi cairan lambung dihambat (Sjamsudin dan dewoto,
2007).
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
2.2.3 Farmakokinetik
Bioavaibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian IV
atau IM. Ikatan protein plasmanya hanya 20%. Absorbsi simetidin diperlambat oleh
makanan, sehingga simetidi n diberikan bersama atau segera setelah makan dengan
maksud untuk memperlambat efek pada periode pasca makan. Sekitar 50 -80% dari
dosis IV dan 40% dari dosis oral simetidin dieksresikan dalam bentuk asal dalam
urin (Sjamsudin dan dewoto, 2007).
2.2.4 Efek Samping
Efek samping obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan
penghambatan reseptor H 2, beberapa efek samping lain tidak berhubungan dengan
penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain nyeri kepala, pusing, mu al,
diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus, kehilangan libido dan impoten Sakit sakit otot
dan sendi, sistem saraf pusat (kecemasan, halusinasi terutama pada orang tua dan
konsumsi jangka panjang) (Anonim, 2009; Sjamsudin dan dewoto, 2007).
2.2.5 Kegunaan
Simetidin digunakan terapi dan profilaksis tukak lambung- usus, refluks-
oesaphagitis ringan sampai sedang. Pada tukak usus simetidin ternyata sangat efektif
dengan persentase penyembuhan diatas 80% (Tjay dan Rahardja, 2002).
2.2.6 Bentuk Sediaan
Simetidin tersedia dalam bentuk tablet 200, 300, 400 mg. Dosis yang
dianjurkan untuk pasien tukak duodeni dewasa ialah 4 x 300 mg, bersama makan
atau sebelum tidur; atau 200 mg bersama makan dan 400 mg sebelum tidur. Anak-
anak 20-40 mg/kg BB/ hari . Simetidin juga tersedia dalam bentuk sirup 300 mg/ 5
ml, dan larutan suntik 300 mg/ 2 ml (Sjamsudin dan dewoto, 2007).
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatogarfi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan
dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi karena didukung oleh kemajuan dalam
teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif
dan beragam sehingga mampu menganalisa berbagai cuplikan secara kualitatif
maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran (Ditjen
POM,1995).
2.3.1 Komponen Kromatografi cair kinerja tinggi
Gambar 2.1. Bagan alat KCKT
2.3.2 Wadah Fase gerak
Wadah fase gerak terbuat dari bahan yang inert terhadap fase gerak. Bahan
yang umum digunakan adalah gelas dan baja anti karat. Daya tampung tandon harus
lebih besar dari 500 ml, yang dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir
yang umumnya 1 -2 ml/menit.
2.3.3 Pompa
Untuk men ggerakkan fase gerak melalui kolom diperlukan pompa. Pompa
harus mampu menghasilkan tekanan 6 000 Psi pada kecepatan alir 0,1 –10 ml/menit.
Pompa ada 2 jenis yaitu pompa volume konstan dan pompa tekanan konstan. Pompa
terbuat dari bahan yang inert terhadap semua pelarut. Bahan yang umum digunakan
pompa
injektor
kolom
oven
detektor
Wadah
solven
data
processor
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
adalah gelas baja antikarat dan teflon. Aliran pelarut dari pompa harus tanpa denyut
untuk menghindari hasil yang menyimpang pada detektor.
2.3.4 Injektor
Cuplikan harus dimasukkan ke dalam pangkal kolom (kepala kolom),
diusahakan agar sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom.
Ada tiga jenis dasar injektor, yaitu:
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Simetidin merupakan obat antihistamin golongan antagonis reseptor H 2
(H2-blockers) yang menempati reseptor histamine H2 secara selektif di permukaan
sel-sel parietal, sehingga pada pemberian simetidin sekresi cairan lambung di
hambat secara selektif dan reversibel. Simetidin atau antagonis reseptor H 2
mempercepat penyembuhan tukak lambung dan tukak duodenum (T jay dan
Rahardja, 2002).
Menurut Undang -undang No. 23 tahun 1992 pasal 40 ayat 1 tentang
kesehatan bahwa obat dan bahan obat harus memenuhi standar farmakope dan buku
standar lain. Salah satu parameter obat tersebut dikatakan memenuhi standar apabila
kadar zat berkhasiat yang terkandung didalamnya memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia.
Persyaratan kadar untuk sediaan tablet simetidin menurut Farmakope
Indonesia edisi IV tahun 1995 yaitu mengandung simetidin C 10H16N6S tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket .
Menurut USP edisi XXXI (2008) dan Farmakope Indonesia edisi IV (1995)
simetidin dapat ditentukan kadarnya secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
menggunakan fase gerak campuran metanol : asam fosfat (200 ml : 0,3 ml) dan air
sampai 1000 ml, kolom L1 (oktadesil silana), laju alir lebih kurang 2 ml/menit,
panjang gelombang 220 nm, dan volume penyuntikan 50 µl. Sedangkan menurut
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
Rohman (2007) menggunakan fase diam (kolom) C 18, dengan fase gerak Asetonitril :
bufer (16:84), deteksi dilakukan pada panjang gelombang 254 nm.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada penggunaan metode KCKT,
perlu dilakukan optimasi terhadap beberapa variabel diantaranya komposisi fase
gerak, kecepatan alir fase gerak, kolom dan suhu. Adapun optimasi yang paling
sederhana dan yang paling sering dilakukan yaitu terhadap komposisi fase gerak dan
laju alir (Rizki, 2008).
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik menggunakan metode K CKT
dengan kolom shimpac VP -ODS (4,6 mm x 25 cm) dengan kondisi kromatografi
yang terbaik dari hasil optimasi komposisi fase gerak dan laju alir. kemudian
menetapkan kadar simetidin dalam sediaan tablet yang beredar dipasaran dan
membandingkan hasil yang d iperoleh dengan persyaratan yang tercantum dalam
Farmakope Indonesia edisi IV (1995).
Untuk menguji validasi metode yang digunakan dalam penelitian ini,
dilakukan uji akurasi (ketepatan) dengan parameter persen perolehan kembali (%
recovery) menggunakan me tode penambahan bahan baku (Standard Addition
Method) dengan rentang spesifik 80%, 100% dan 120% dan uji presisi (ketelitian)
dengan parameter simpangan baku relatif (RSD).
Adapun alasan menggunakan metode KCKT karena mempunyai beberapa
keuntungan dibanding metode analisis lain, diantaranya kolom dapat digunakan
kembali, memiliki berbagai jenis detektor, waktu analisis umumnya relatif singkat,
ketepatan dan ketelitian relatif tinggi.
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
1.2 Perumusan Masalah
- Apakah kondisi optimal fase gerak yang diperoleh dapat digunakan pada
penetapan kadar simetidin dalam tablet yang memenuhi persyaratan uji validasi
metode meliputi akurasi dan presisi.
- Apakah kadar simetidin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran memenuhi
persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995.
1.3 Hipotesis
- Metode KCKT dapat digunakan pada penetapan kadar simetidin dalam sediaan
tablet dengan metode yang memenuhi persyaratan uji validasi meliputi akurasi
dan presisi.
- Kadar simetidin dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia edisi IV tahun 1995.
1.4 Tujuan penelitian
- Untuk menerapkan hasil optimasi pada penetapan kadar simetidin dalam sediaan
tablet dengan validasi metode yang memenuhi persyaratan uji validasi meliputi
akurasi dan presisi.
- Untuk menentukan kada r simetidin dalam sediaan tablet dan
membandingkannya dengan persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope
Indonesia edisi IV tahun 1995.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil yang didapat dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
informasi tentang penetapan kad ar simetidin dengan metode KCKT menggunakan
fase gerak metanol : campuran air -asam fosfat sehingga dapat diaplikasikan pada
penentuan kadar rutin.
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi (Ditjen POM, 1995).
Komposisi umum tablet adalah:
Zat berkhasiat
Bahan pengisi
Bahan pengisi ditambahkan untuk mendapatkan berat yang
diinginkan
Bahan pengikat
Bahan pengembang/penghancur
Bahan pelicin
Korigensia.
Bentuk tablet pada umumnya adalah berbentuk selinder dengan sisi yang rata
dan permukaan yang cembung ataupun rata. Ada juga bentuk khusus lainnya,
bentuk khusus ini bertujuan: spesifikasi dari pabrik, untuk menghindari pamalsuan
dari pabrik lain dan untuk memperindah bentuk tablet.
Penampang atau diameter tablet umumnya berkisar antara 3 -13 mm, tetapi
ada juga yang berpenampang 20 mm misalnya tablet hisap dan tablet effeversent.
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⅓
tablet. Bobot tabl et antara 50 mg – 2 g, umumnya bobot tablet antara 100 - 800 mg
(Soekemi, dkk.,1987).
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
2.2 Simetidin
2.2.1 Sifat Fisikokimia
Rumus struktur :
Nama kimia : 2-siano-1-metil-3-[2-[[(5-metilimidazol-4-il)metil]tio]etil)
guanidin
Rumus kimia : C10H16N6S
Berat molekul : 252,34
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir putih, tidak berbau atau
berbau markaptan lemah
Kelarutan : Larut dalam etanol, dalam polietilen glikol 400, mudah larut
dalam metanol, agak sukar larut dalam isopropanol, sukar larut
dalam air dan dalam kloroporm, praktis tidak larut dalam eter.
(Ditjen POM, 1995)
2.2.2 Mekanisme Kerja
Simetidin menghambat reseptor H 2 secara selektif dan reversibel .
Peransangan reseptor H 2 akan meransang sekresi asam lambung, sehingga pada
pemberian simetidin sekresi cairan lambung dihambat (Sjamsudin dan dewoto,
2007).
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
2.2.3 Farmakokinetik
Bioavaibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian IV
atau IM. Ikatan protein plasmanya hanya 20%. Absorbsi simetidin diperlambat oleh
makanan, sehingga simetidi n diberikan bersama atau segera setelah makan dengan
maksud untuk memperlambat efek pada periode pasca makan. Sekitar 50 -80% dari
dosis IV dan 40% dari dosis oral simetidin dieksresikan dalam bentuk asal dalam
urin (Sjamsudin dan dewoto, 2007).
2.2.4 Efek Samping
Efek samping obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan
penghambatan reseptor H 2, beberapa efek samping lain tidak berhubungan dengan
penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain nyeri kepala, pusing, mu al,
diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus, kehilangan libido dan impoten Sakit sakit otot
dan sendi, sistem saraf pusat (kecemasan, halusinasi terutama pada orang tua dan
konsumsi jangka panjang) (Anonim, 2009; Sjamsudin dan dewoto, 2007).
2.2.5 Kegunaan
Simetidin digunakan terapi dan profilaksis tukak lambung- usus, refluks-
oesaphagitis ringan sampai sedang. Pada tukak usus simetidin ternyata sangat efektif
dengan persentase penyembuhan diatas 80% (Tjay dan Rahardja, 2002).
2.2.6 Bentuk Sediaan
Simetidin tersedia dalam bentuk tablet 200, 300, 400 mg. Dosis yang
dianjurkan untuk pasien tukak duodeni dewasa ialah 4 x 300 mg, bersama makan
atau sebelum tidur; atau 200 mg bersama makan dan 400 mg sebelum tidur. Anak-
anak 20-40 mg/kg BB/ hari . Simetidin juga tersedia dalam bentuk sirup 300 mg/ 5
ml, dan larutan suntik 300 mg/ 2 ml (Sjamsudin dan dewoto, 2007).
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatogarfi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan
dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi karena didukung oleh kemajuan dalam
teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif
dan beragam sehingga mampu menganalisa berbagai cuplikan secara kualitatif
maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran (Ditjen
POM,1995).
2.3.1 Komponen Kromatografi cair kinerja tinggi
Gambar 2.1. Bagan alat KCKT
2.3.2 Wadah Fase gerak
Wadah fase gerak terbuat dari bahan yang inert terhadap fase gerak. Bahan
yang umum digunakan adalah gelas dan baja anti karat. Daya tampung tandon harus
lebih besar dari 500 ml, yang dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir
yang umumnya 1 -2 ml/menit.
2.3.3 Pompa
Untuk men ggerakkan fase gerak melalui kolom diperlukan pompa. Pompa
harus mampu menghasilkan tekanan 6 000 Psi pada kecepatan alir 0,1 –10 ml/menit.
Pompa ada 2 jenis yaitu pompa volume konstan dan pompa tekanan konstan. Pompa
terbuat dari bahan yang inert terhadap semua pelarut. Bahan yang umum digunakan
pompa
injektor
kolom
oven
detektor
Wadah
solven
data
processor
Rusma Edi : Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air -Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet
Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (K CKT), 2009.
adalah gelas baja antikarat dan teflon. Aliran pelarut dari pompa harus tanpa denyut
untuk menghindari hasil yang menyimpang pada detektor.
2.3.4 Injektor
Cuplikan harus dimasukkan ke dalam pangkal kolom (kepala kolom),
diusahakan agar sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom.
Ada tiga jenis dasar injektor, yaitu: