BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Obat adalah Zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun sintetis
dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif (profilaksis),
rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap suatu keadaan penyakit pada manusia ataupun
hewan. Namun zat aktif tersebut tidak dapat dipergunakan begitu saja sebagai obat,
terlebih dahulu harus dibuat dal am bentuk sediaan. Oleh karena itu muncul sediaan pil,
tablet, kapsul, sirup, supositoria, suspensi, salep dan lain – lain. (Admar, 2004)
Menurut Widodo (2004) ada empat macam bentuk obat :
a. Bentuk padat, terdiri dari : Serbuk, Tablet, Kapsul, Pil, Ovula, Basila
b. Bentuk semi padat, terdiri dari : Salep, Pasta, Krim, Gel, Lotion, Suppositoria
c. Bentuk cairan, terdiri dari : Sirup, Injeksi, Infus, dan Obat Tetes
d. Bentuk Gas, terdiri dari : Aerosol
Obat juga dapat didefenisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan un tuk
dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan.
Menurut Rahardja, K., dan Tan (2003), obat – obat yang digunakan saat terapi
dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu :
1. Obat farmakodinamik, yaitu obat yang bekerja dalam tubuh dengan jalan
mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia tubuh,
misalnya analgetik antipiretik, hormon, dan diuretika.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
2. Obat kemoterapetik, yaitu obat yang dapat membunuh parasit dan kum an di
dalam tubuh, contohnya antibiotic
3. Obat diagnostik, yaitu obat yang dapat membantu mendiagnosa (pengenalan)
penyakit, contohnya injeksi tuberkulin untuk mendiagnosa penyakit TBC
Antalgin termasuk kelompok obat farmakodinamik yang bekerja sebagai
analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang saat ini banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Untuk mengetahui pembuatan obat sediaan tablet serta mengetahui mutu
dari obat tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisis cara pembuatan tablet secara
teori dan uj i – uji sediaan tablet mulai dari produk ruahan, produk antara, hingga obat
jadi yang meliputi : diameter, bobot rata – rata, keragaman bobot, kekerasan, waktu
hancur, keregasan, dan kadar zat berkhasiat.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui cara
pembuatan obat sediaan tablet serta uji – uji yang dilakukan terhadap sediaan mulai dari
produk ruahan, produk antara, dan obat jadi apakah memenuhi syarat menurut
Farmakope Indonesia edisi IV.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
1.2.2. Manfaat
Pengukuran bahan baku dan sediaan tablet antalgin diperlukan untuk melindungi
masyarakat dari sediaan tablet antalgin yang tidak memenuhi persyaratan Cara
Pembuatan Obat Yang Baik.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak
dalam bentuk umumnya pipih, permukaannya rata atau cembung, mengandung obat
dengan atau tanpa zat pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis obat, diramu
dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat pembasah,
kemudian dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantung
dari sifat obatnya. (Admar, 2004)
Menurut Anief (1996), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengikat, zat pelicin, dan zat pembasah. Tablet digunakan baik untuk tujuan
penggunaan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal misalnya :
1) Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai anti
infeksi, anti fungi, penggunaan hormon secara lokal.
2) Lozenges, trochisci, digunakan untuk efek lokal di mulut dan tenggorokan,
umumnya digunakan sebagai anti infeksi.
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan
masuk perut terdapat pula yang lain seperti :
1) Tablet Bukal, digunakan dengan cara dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam
rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa
mulut masuk peredaran darah.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
2) Tablet Sublingual, digunakan dengan jalan dimasukkan dibawah lidah, biasanya
berisi hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.
3) Tablet Implantasi, berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara
implantasi dalam kulit badan.
Menurut Admar (2004), jenis – jenis tablet terdiri dari :
a. Tablet kempa (compressi)
b. Tablet kunyah (chewable tablet)
c. Tablet salut (coated tablet), terdiri dari :
Tablet salut gula (sugar coated tablet)
Tablet salut tekan (press coated tablet)
Tablet salut film (film coated tablet)
Tablet salut enterik (enteric coated tablet)
d. Tablet berlapis
e. Tablet effervescent
f. Tablet bukal / sublingual
g. Tablet hisap (trochesci, lozenges, pastiles)
Bentuk – bentuk tablet antara lain :
a. Bentuk bulat dan rata (bikonfek)
b. Bentuk cembung (bikonkaf)
c. Bentuk oval (bulat telur)
d. Bentuk triangle (segitiga), segi lima dan seterusnya
e. Bentuk kapsul disebut kaplet.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
2.2. Analgetik antipiretik
Analgetik antipiretik adalah zat – zat yang mampu mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri sekaligus menurunkan panas tubuh. Nyeri adalah perasaan
sensori yang tidak baik dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri merupakan
suatu perasaan yang pribadi dengan ambang toleransi yang berbeda – beda. Nyeri
dianggap sebagai tanda adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan dan infeksi.
Sedangkan demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit
tersendiri (Rahardja, K., dan Tan, 2003).
Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dihalangi dengan beberapa cara,
yakni :
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Obat adalah Zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun sintetis
dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif (profilaksis),
rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap suatu keadaan penyakit pada manusia ataupun
hewan. Namun zat aktif tersebut tidak dapat dipergunakan begitu saja sebagai obat,
terlebih dahulu harus dibuat dal am bentuk sediaan. Oleh karena itu muncul sediaan pil,
tablet, kapsul, sirup, supositoria, suspensi, salep dan lain – lain. (Admar, 2004)
Menurut Widodo (2004) ada empat macam bentuk obat :
a. Bentuk padat, terdiri dari : Serbuk, Tablet, Kapsul, Pil, Ovula, Basila
b. Bentuk semi padat, terdiri dari : Salep, Pasta, Krim, Gel, Lotion, Suppositoria
c. Bentuk cairan, terdiri dari : Sirup, Injeksi, Infus, dan Obat Tetes
d. Bentuk Gas, terdiri dari : Aerosol
Obat juga dapat didefenisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan un tuk
dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan.
Menurut Rahardja, K., dan Tan (2003), obat – obat yang digunakan saat terapi
dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu :
1. Obat farmakodinamik, yaitu obat yang bekerja dalam tubuh dengan jalan
mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia tubuh,
misalnya analgetik antipiretik, hormon, dan diuretika.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
2. Obat kemoterapetik, yaitu obat yang dapat membunuh parasit dan kum an di
dalam tubuh, contohnya antibiotic
3. Obat diagnostik, yaitu obat yang dapat membantu mendiagnosa (pengenalan)
penyakit, contohnya injeksi tuberkulin untuk mendiagnosa penyakit TBC
Antalgin termasuk kelompok obat farmakodinamik yang bekerja sebagai
analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang saat ini banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Untuk mengetahui pembuatan obat sediaan tablet serta mengetahui mutu
dari obat tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisis cara pembuatan tablet secara
teori dan uj i – uji sediaan tablet mulai dari produk ruahan, produk antara, hingga obat
jadi yang meliputi : diameter, bobot rata – rata, keragaman bobot, kekerasan, waktu
hancur, keregasan, dan kadar zat berkhasiat.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui cara
pembuatan obat sediaan tablet serta uji – uji yang dilakukan terhadap sediaan mulai dari
produk ruahan, produk antara, dan obat jadi apakah memenuhi syarat menurut
Farmakope Indonesia edisi IV.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
1.2.2. Manfaat
Pengukuran bahan baku dan sediaan tablet antalgin diperlukan untuk melindungi
masyarakat dari sediaan tablet antalgin yang tidak memenuhi persyaratan Cara
Pembuatan Obat Yang Baik.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak
dalam bentuk umumnya pipih, permukaannya rata atau cembung, mengandung obat
dengan atau tanpa zat pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis obat, diramu
dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat pembasah,
kemudian dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantung
dari sifat obatnya. (Admar, 2004)
Menurut Anief (1996), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengikat, zat pelicin, dan zat pembasah. Tablet digunakan baik untuk tujuan
penggunaan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal misalnya :
1) Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai anti
infeksi, anti fungi, penggunaan hormon secara lokal.
2) Lozenges, trochisci, digunakan untuk efek lokal di mulut dan tenggorokan,
umumnya digunakan sebagai anti infeksi.
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan
masuk perut terdapat pula yang lain seperti :
1) Tablet Bukal, digunakan dengan cara dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam
rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa
mulut masuk peredaran darah.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
2) Tablet Sublingual, digunakan dengan jalan dimasukkan dibawah lidah, biasanya
berisi hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.
3) Tablet Implantasi, berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara
implantasi dalam kulit badan.
Menurut Admar (2004), jenis – jenis tablet terdiri dari :
a. Tablet kempa (compressi)
b. Tablet kunyah (chewable tablet)
c. Tablet salut (coated tablet), terdiri dari :
Tablet salut gula (sugar coated tablet)
Tablet salut tekan (press coated tablet)
Tablet salut film (film coated tablet)
Tablet salut enterik (enteric coated tablet)
d. Tablet berlapis
e. Tablet effervescent
f. Tablet bukal / sublingual
g. Tablet hisap (trochesci, lozenges, pastiles)
Bentuk – bentuk tablet antara lain :
a. Bentuk bulat dan rata (bikonfek)
b. Bentuk cembung (bikonkaf)
c. Bentuk oval (bulat telur)
d. Bentuk triangle (segitiga), segi lima dan seterusnya
e. Bentuk kapsul disebut kaplet.
Sri Ulina Tarigan : Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 20 08.
USU Repository © 2009
2.2. Analgetik antipiretik
Analgetik antipiretik adalah zat – zat yang mampu mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri sekaligus menurunkan panas tubuh. Nyeri adalah perasaan
sensori yang tidak baik dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri merupakan
suatu perasaan yang pribadi dengan ambang toleransi yang berbeda – beda. Nyeri
dianggap sebagai tanda adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan dan infeksi.
Sedangkan demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit
tersendiri (Rahardja, K., dan Tan, 2003).
Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dihalangi dengan beberapa cara,
yakni :