RINGKASAN
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia dan peningkatan iptek,
maka pencemaran lingkungan oleh kebisingan meningkat. Kebisingan ini sangat
mempengaruhi kesehatan manusia, yang berakibat pada pendengaran dan non
pendengaran. Pengaruh terhadap non pendengaran menyebabkan stress dan emosi,
yang menimbulkan kelemahan psychosomatic. Dan jika berlanjut akan
mengakibatkan kelainan fisiko Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian
pengaruh kebisingan terhadap tikus percobaan jantan, dengan menentukan
perubahan pada kadar kortisol darah, berat badan tikus, dan berat kelenjar adrenal.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik
menggunakan rancangan Randomized Complete Block Design (RCBD), dengan
hewan percobaan tikus laboratorium (Rattus Norvegicus) jantan, sehat, umur 40 -
60 han, dengan berat badan 250 g - 350 g dan belum pernah digunakan untuk
percobaan. Hewan percobaan diperoleh dari BalaiPenyidikan Penyakit Hewan
(BPPH) Medan, Sumatera Utara.
Kebisingan digunakan dengan sirene elektrik, dengan intensitas 90 dB(A)
- 95 dB(A) dan 100 dB(A) - lOS dB(A) terhadap tikus jantan kelompok kontrol
10 ekor, kelompok perlakuan 10 ekor dengan kebisingan 90 dB(A) - 95 dB(A),
dan 10 ekor dengan kebisingan 100 dB(A) - 105 dB(A), diberi perlakuan selama
21 hari, disertai pengamatan berat badan setiap minggu. Hari ke-21 perlakuan
dihentikan, kemudian dilakukan penelitian pada berat badan, berat kelenjar
adrenal, dan kadar kortisol dalam darah tikus jantan.
Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan menggunakan
Analysis of Variance (ANOVA) dan perbedaan dianggap signifikan bila p < 0,05. Hasil menunjukkan bahwa kebisingan meningkatkan kadar kortisol darah tikus jantan secara signifikan p = 0,0000 (p < 0,05), mengurangi pertambahan berat badan tikus jantan yang bermakna p = 0,0000 (p < 0,05), sedangkan pertambahan berat kelenjar adrenal tidak bermakna p = 0,353 (p> 0,05).
Analisa korelasi dan regresi antara peningkatan kadar kortisol darah dan
pertambahan berat badan dan pertambahan berat kelenjar adrenal tidak signifikan
(p > 0,05).
Dan penelitian ini terbukti bahwa kebisingan ini sangat berpengaruh
terhadap kadar kortisol darah dengan perubahan berat badan tikus laboratorium
jantan, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat ke1enjaradrenal.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia dan peningkatan iptek,
maka pencemaran lingkungan oleh kebisingan meningkat. Kebisingan ini sangat
mempengaruhi kesehatan manusia, yang berakibat pada pendengaran dan non
pendengaran. Pengaruh terhadap non pendengaran menyebabkan stress dan emosi,
yang menimbulkan kelemahan psychosomatic. Dan jika berlanjut akan
mengakibatkan kelainan fisiko Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian
pengaruh kebisingan terhadap tikus percobaan jantan, dengan menentukan
perubahan pada kadar kortisol darah, berat badan tikus, dan berat kelenjar adrenal.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik
menggunakan rancangan Randomized Complete Block Design (RCBD), dengan
hewan percobaan tikus laboratorium (Rattus Norvegicus) jantan, sehat, umur 40 -
60 han, dengan berat badan 250 g - 350 g dan belum pernah digunakan untuk
percobaan. Hewan percobaan diperoleh dari BalaiPenyidikan Penyakit Hewan
(BPPH) Medan, Sumatera Utara.
Kebisingan digunakan dengan sirene elektrik, dengan intensitas 90 dB(A)
- 95 dB(A) dan 100 dB(A) - lOS dB(A) terhadap tikus jantan kelompok kontrol
10 ekor, kelompok perlakuan 10 ekor dengan kebisingan 90 dB(A) - 95 dB(A),
dan 10 ekor dengan kebisingan 100 dB(A) - 105 dB(A), diberi perlakuan selama
21 hari, disertai pengamatan berat badan setiap minggu. Hari ke-21 perlakuan
dihentikan, kemudian dilakukan penelitian pada berat badan, berat kelenjar
adrenal, dan kadar kortisol dalam darah tikus jantan.
Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan menggunakan
Analysis of Variance (ANOVA) dan perbedaan dianggap signifikan bila p < 0,05. Hasil menunjukkan bahwa kebisingan meningkatkan kadar kortisol darah tikus jantan secara signifikan p = 0,0000 (p < 0,05), mengurangi pertambahan berat badan tikus jantan yang bermakna p = 0,0000 (p < 0,05), sedangkan pertambahan berat kelenjar adrenal tidak bermakna p = 0,353 (p> 0,05).
Analisa korelasi dan regresi antara peningkatan kadar kortisol darah dan
pertambahan berat badan dan pertambahan berat kelenjar adrenal tidak signifikan
(p > 0,05).
Dan penelitian ini terbukti bahwa kebisingan ini sangat berpengaruh
terhadap kadar kortisol darah dengan perubahan berat badan tikus laboratorium
jantan, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat ke1enjaradrenal.