BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infertilitas merupakan masalah globa l dalam sudut pandang dari kesehatan
reproduksi. Insiden infertilitas beragam da n terbagi menurut penyebab infertilitas itu
sendiri. Hampir 15 persen dari pasangan di seluruh dunia adalah merupakan pasangan
yang infertil.
Infertilitas adalah tidak te rjadinya kehamilan setelah menikah 12 bulan atau lebih
sedangkan pasangan tersebut melakukan hubung an seksual secara teratur dan tanpa
menggunakan kontrasepsi.1,2
Bila infertilitas tanpa adanya kehamilan se belumnya disebut infertilitas primer dan
bila infertilitas ini terjadi pada pasa ngan yang sebelumnya pernah hamil disebut
dengan infertilitas sekunder.1,2,3
World Health Organization (1984) menyatakan bahwa pasangan suami istri (Pasutri)
yang mengalami infertil lebih kurang 10-15% dari pasangan usia subur (PUS). Bila di
Indonesia saat ini terdapat 25 juta PUS, maka berarti terdapat 2.5-4 juta pasangan
yang mengalami infertilitas.1,4
1
Infertilitas tidak hanya me rupakan kondisi fisik akan te tapi juga emosional dan
kondisi sosial dimana membawa perasaan yang intens dari frustrasi, marah,
kekesalan, depresi, dan lain sebagainya pada pada kedua pasangan.1,2
Infertilitas dapat disebabka n oleh pihak istri maupun suami atau dari keduanya.
Penyebab dari pihak istri 40% dan dari pihak suami 40-45%. Permasalahan dari pihak
istri adalah ovulasi (20-40%), endometriosis (10%), tuba (2 0-40%), defek fase luteal
(<8-10%), endometrium (10%), mioma uteri (5%), faktor psikis (8%), dan faktor- faktor lain (15-25%). Sedangkan dari pi hak suami penyebabnya sebagian besar adalah ooligozoospermia. Kombinasi antara keduanya (15-20%).1,2 Pemeriksaan dan pengobatan masalah in fertilitas merupakan hal yang sangat kompleks. Dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai disiplin ilmu, dalam hal ini selain ahli ginekologi dilibatkan pula ahli endokrinologi reproduksi, andrologi, biologi, radiologi, psikologi, dan lain-lain. Oleh karena sifatnya yang multi kompleks ini maka pada pelaksanaan pemeriksaan dan pengobatan infertilitas ini membutuhkan tahapan waktu yang relatif lama dan bermacam cara pengobatan tergantung pada penyebabnya.1,2,3 Di negara maju pemeriksaan laparoskopi dan histeroskopi mer upakan bagian dari pemeriksaan rutin pada kasus infertilitas pada wanita. Akan tetapi pada umumnya pemeriksaan ini merupakan tahapan akhir pemeriksaan. Pada kasus infertilitas, biasanya pemeriksaan laparoskopi dia gnostik (LD) dilakukan bersamaan dengan 2 pemeriksaan histeroskopi diagnostik (HD) di mana bila ditemukan adanya kelainan yang dapat menyebabkan infertilitas maka akan dapat langsung dilakukan tindakan terapeutik (operatif).2,3 George A Viloz dan Basim 2, dalam dekade terakhir ini teknik histeroskopi merupakan suatu kemajuan dalam bida ng ginekologi, dimana sebagai seorang ginekolog dapat melakukan diagnostik dan terapeutik secara bersamaan. Sebuah penelitian prospektif menyimpulkan bahw a histeroskopi dan Histerosalfingografi (HSG) secara statistik mempunyai hasil ya ng sama untuk mengevaluasi kavum uteri pada wanita infertil. Davis dkk 3, dalam penelitiannya terhadap 28 wan ita infertil dengan paling kurang mempunyai satu mioma uteri dengan diamet er 4-13.3 cm (rata-rata 6 cm), dilakukan miomektomi laparoskopi dan histeroskopi, te rnyata mendapatkan keberhasilan hamil pasca tindakan sebesar 64.3%. Empat pasien diantaranya mengalami abortus spontan dan 14 pasien lagi dilahirkan hingga ater m. Enam pasien diantaranya dilahirkan dengan persalinan pervaginam sedangkan 8 pasien lagi dilahirkan secara seksio sesarea. Histeroskopi yang diiringi dengan tindakan laparoskopi merupakan baku emas untuk diagnostik dan penatalaksanaan septum pada uterus. Insiden se ptum pada uterus bukan merupakan indikasi intervensi tindakan bedah dalam penatalaksanaan infertilitas. Septum dapat dipisahka n dengan menggunakan gunting histeroskopi, 3 elektro surgery (monopolar atau bipolar), atau dengan menggunakan laser, general atau tanpa tindakan anestesi sama sekali.3 Adhesi intrauterin terjadi oleh karena trau ma pada lapisan basalis endometrium yang disebabkan oleh kuretase, endomiometri tis, miomektomi multipel, ablasi endometrium dan radiasi pelvik. Timbulnya adhesi dapat menyebabkan gangguan berupa berkurangnya atau ketiadaan hai d, infertil, gangguan kehamilan seperti abortus berulang, plasenta ak reta, dan IUGR. Adhesi intr auterin ini dapat dikoreksi dengan menggunakan alat histeroskopi adhesiol isis. Alat histeroskopi adhesiolisis ini menggunakan histeroskop berdiameter keci l. Prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan gunting, laser dan versapoint elektroda.5 Hiperplasia endometrium dapat dite rapi dengan menggunakan teknik ablasi endometrium. Teknik ini telah dikembangkan sejak tahun 1980-an yang juga dikenal dengan teknik ablasi endometrium generasi pertama, kemudian dilanjutkan generasi kedua yang dikembangkan pada 1990-an. Kelebihan teknik ini adalah visualisasi langsung ke dalam rongga rahim dan tingkat keberhasilan teknik ini dilaporkan sangat baik.6 Pemakaian alat histeroskopi di Medan ma sih jarang, hal ini kemungkinan disebabkan besarnya biaya yang diperlukan untuk menyedi akan alat ini. Fasilitas histeroskopi dapat ditemukan di beberapa rumah sak it di Medan. Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Rosiva telah memiliki fasilitas histeroskopi sejak tahun 2003. Pengguna alat 4 histeroskopi tidak dilakukan oleh dokter um um atau residen melainkan dokter ahli ginekologi yang telah mendapat sertifikasi pelatihan khusus tindakan histeroskopi. B. PERMASALAHAN 1. Dewasa ini tingkat insidensi pasangan infertilitas meningkat, dimana setiap pasangan keluarga baru secara normal pasti menginginkan keturunan. 2. Sering terjadi dalam penanganan infertilitas dimana secara klinis dan USG terdapat kesan uterus dan kedua adneksa dalam batas normal, namun setelah diberikan terapi belum juga mendapat hasil yang memuaskan. Lama kelamaan pasangan tersebut timbul rasa bosan untuk berobat dan putus asa. Hal ini dapat disebabkan karena kurang lengkapnya pemeriksaan dan pengobatannya. C. KERANGKA PEMIKIRAN Infertilitas karena faktor kelainan pa da kavum uteri merupakan sebagian besar dari penyebab infertilitas wanita dan kelainan ini sebagian besar dapat didiagnosis dan ditangani dengan menggunakan histeroskopi operatif. D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui peranan histeroskopi pada wanita infertil. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menilai keberhasilan hamil pada kasus - kasus infertilitas dengan 5 pendekatan histeroskopi diagnostik maupun operatif. b. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang didapat dengan histeroskopi c. Untuk mengetahui hubungan kelainan yang didapati tersebut dengan keberhasilan hamil E. MANFAAT PENELITIAN 1. Dapat mengetahui faktor penyebab infertilitas pada wanita dengan menggunakan histeroskopi. 2. Dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa penanganan histeroskopi dapat memberikan peranan dalam menangani permasalahan infertilitas yang ditandai dengan meningkatnya angka keberhasilan hamil setelah dilakukan penanganan. 3. Dengan adanya peningkatan angka keberhasilan hamil pada penelitian ini maka tindakan histeroskopi dapat di anjurkan sebagai salah satu cara pemeriksaan dan penanganan pada pena talaksanaan kasus infertilitas pada wanita.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infertilitas merupakan masalah globa l dalam sudut pandang dari kesehatan
reproduksi. Insiden infertilitas beragam da n terbagi menurut penyebab infertilitas itu
sendiri. Hampir 15 persen dari pasangan di seluruh dunia adalah merupakan pasangan
yang infertil.
Infertilitas adalah tidak te rjadinya kehamilan setelah menikah 12 bulan atau lebih
sedangkan pasangan tersebut melakukan hubung an seksual secara teratur dan tanpa
menggunakan kontrasepsi.1,2
Bila infertilitas tanpa adanya kehamilan se belumnya disebut infertilitas primer dan
bila infertilitas ini terjadi pada pasa ngan yang sebelumnya pernah hamil disebut
dengan infertilitas sekunder.1,2,3
World Health Organization (1984) menyatakan bahwa pasangan suami istri (Pasutri)
yang mengalami infertil lebih kurang 10-15% dari pasangan usia subur (PUS). Bila di
Indonesia saat ini terdapat 25 juta PUS, maka berarti terdapat 2.5-4 juta pasangan
yang mengalami infertilitas.1,4
1
Infertilitas tidak hanya me rupakan kondisi fisik akan te tapi juga emosional dan
kondisi sosial dimana membawa perasaan yang intens dari frustrasi, marah,
kekesalan, depresi, dan lain sebagainya pada pada kedua pasangan.1,2
Infertilitas dapat disebabka n oleh pihak istri maupun suami atau dari keduanya.
Penyebab dari pihak istri 40% dan dari pihak suami 40-45%. Permasalahan dari pihak
istri adalah ovulasi (20-40%), endometriosis (10%), tuba (2 0-40%), defek fase luteal
(<8-10%), endometrium (10%), mioma uteri (5%), faktor psikis (8%), dan faktor- faktor lain (15-25%). Sedangkan dari pi hak suami penyebabnya sebagian besar adalah ooligozoospermia. Kombinasi antara keduanya (15-20%).1,2 Pemeriksaan dan pengobatan masalah in fertilitas merupakan hal yang sangat kompleks. Dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai disiplin ilmu, dalam hal ini selain ahli ginekologi dilibatkan pula ahli endokrinologi reproduksi, andrologi, biologi, radiologi, psikologi, dan lain-lain. Oleh karena sifatnya yang multi kompleks ini maka pada pelaksanaan pemeriksaan dan pengobatan infertilitas ini membutuhkan tahapan waktu yang relatif lama dan bermacam cara pengobatan tergantung pada penyebabnya.1,2,3 Di negara maju pemeriksaan laparoskopi dan histeroskopi mer upakan bagian dari pemeriksaan rutin pada kasus infertilitas pada wanita. Akan tetapi pada umumnya pemeriksaan ini merupakan tahapan akhir pemeriksaan. Pada kasus infertilitas, biasanya pemeriksaan laparoskopi dia gnostik (LD) dilakukan bersamaan dengan 2 pemeriksaan histeroskopi diagnostik (HD) di mana bila ditemukan adanya kelainan yang dapat menyebabkan infertilitas maka akan dapat langsung dilakukan tindakan terapeutik (operatif).2,3 George A Viloz dan Basim 2, dalam dekade terakhir ini teknik histeroskopi merupakan suatu kemajuan dalam bida ng ginekologi, dimana sebagai seorang ginekolog dapat melakukan diagnostik dan terapeutik secara bersamaan. Sebuah penelitian prospektif menyimpulkan bahw a histeroskopi dan Histerosalfingografi (HSG) secara statistik mempunyai hasil ya ng sama untuk mengevaluasi kavum uteri pada wanita infertil. Davis dkk 3, dalam penelitiannya terhadap 28 wan ita infertil dengan paling kurang mempunyai satu mioma uteri dengan diamet er 4-13.3 cm (rata-rata 6 cm), dilakukan miomektomi laparoskopi dan histeroskopi, te rnyata mendapatkan keberhasilan hamil pasca tindakan sebesar 64.3%. Empat pasien diantaranya mengalami abortus spontan dan 14 pasien lagi dilahirkan hingga ater m. Enam pasien diantaranya dilahirkan dengan persalinan pervaginam sedangkan 8 pasien lagi dilahirkan secara seksio sesarea. Histeroskopi yang diiringi dengan tindakan laparoskopi merupakan baku emas untuk diagnostik dan penatalaksanaan septum pada uterus. Insiden se ptum pada uterus bukan merupakan indikasi intervensi tindakan bedah dalam penatalaksanaan infertilitas. Septum dapat dipisahka n dengan menggunakan gunting histeroskopi, 3 elektro surgery (monopolar atau bipolar), atau dengan menggunakan laser, general atau tanpa tindakan anestesi sama sekali.3 Adhesi intrauterin terjadi oleh karena trau ma pada lapisan basalis endometrium yang disebabkan oleh kuretase, endomiometri tis, miomektomi multipel, ablasi endometrium dan radiasi pelvik. Timbulnya adhesi dapat menyebabkan gangguan berupa berkurangnya atau ketiadaan hai d, infertil, gangguan kehamilan seperti abortus berulang, plasenta ak reta, dan IUGR. Adhesi intr auterin ini dapat dikoreksi dengan menggunakan alat histeroskopi adhesiol isis. Alat histeroskopi adhesiolisis ini menggunakan histeroskop berdiameter keci l. Prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan gunting, laser dan versapoint elektroda.5 Hiperplasia endometrium dapat dite rapi dengan menggunakan teknik ablasi endometrium. Teknik ini telah dikembangkan sejak tahun 1980-an yang juga dikenal dengan teknik ablasi endometrium generasi pertama, kemudian dilanjutkan generasi kedua yang dikembangkan pada 1990-an. Kelebihan teknik ini adalah visualisasi langsung ke dalam rongga rahim dan tingkat keberhasilan teknik ini dilaporkan sangat baik.6 Pemakaian alat histeroskopi di Medan ma sih jarang, hal ini kemungkinan disebabkan besarnya biaya yang diperlukan untuk menyedi akan alat ini. Fasilitas histeroskopi dapat ditemukan di beberapa rumah sak it di Medan. Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Rosiva telah memiliki fasilitas histeroskopi sejak tahun 2003. Pengguna alat 4 histeroskopi tidak dilakukan oleh dokter um um atau residen melainkan dokter ahli ginekologi yang telah mendapat sertifikasi pelatihan khusus tindakan histeroskopi. B. PERMASALAHAN 1. Dewasa ini tingkat insidensi pasangan infertilitas meningkat, dimana setiap pasangan keluarga baru secara normal pasti menginginkan keturunan. 2. Sering terjadi dalam penanganan infertilitas dimana secara klinis dan USG terdapat kesan uterus dan kedua adneksa dalam batas normal, namun setelah diberikan terapi belum juga mendapat hasil yang memuaskan. Lama kelamaan pasangan tersebut timbul rasa bosan untuk berobat dan putus asa. Hal ini dapat disebabkan karena kurang lengkapnya pemeriksaan dan pengobatannya. C. KERANGKA PEMIKIRAN Infertilitas karena faktor kelainan pa da kavum uteri merupakan sebagian besar dari penyebab infertilitas wanita dan kelainan ini sebagian besar dapat didiagnosis dan ditangani dengan menggunakan histeroskopi operatif. D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui peranan histeroskopi pada wanita infertil. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menilai keberhasilan hamil pada kasus - kasus infertilitas dengan 5 pendekatan histeroskopi diagnostik maupun operatif. b. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang didapat dengan histeroskopi c. Untuk mengetahui hubungan kelainan yang didapati tersebut dengan keberhasilan hamil E. MANFAAT PENELITIAN 1. Dapat mengetahui faktor penyebab infertilitas pada wanita dengan menggunakan histeroskopi. 2. Dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa penanganan histeroskopi dapat memberikan peranan dalam menangani permasalahan infertilitas yang ditandai dengan meningkatnya angka keberhasilan hamil setelah dilakukan penanganan. 3. Dengan adanya peningkatan angka keberhasilan hamil pada penelitian ini maka tindakan histeroskopi dapat di anjurkan sebagai salah satu cara pemeriksaan dan penanganan pada pena talaksanaan kasus infertilitas pada wanita.