BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam memberikan pelayanan medis seha ri-hari di tempat praktek atau di
rumah sakit, tenaga medis baik dokter at au paramedis tidak terlepas dengan
keharusan untuk melakukan tindakan in vasif terutama ti ndakan invasif minor.
Tindakan tersebut seperti pemasangan jalur vena 1, imunisasi 2, pengambilan
darah dan sebagainya, baik dilakukan secara intrakutan, subkutan, intramuskular,
menembus vena atau arteri, akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri.3, 4
Tipe pengalaman nyeri yang paling sering dialam i adalah nyeri akut,
dimana rasa nyeri dapat menyebabkan terjadinya penurunan oksigenasi,
ketidakstabilan hemodinamik dan peningkatan tekanan intrakranial. 5 Pada anak
nyeri akut dapat berasal dar i trauma, luka bakar, dan tindakan pre, intra dan post
operatif, juga tindakan prosedur medis berupa tindakan invasif minor ketika
memasuki unit gawat darurat.6
Pengendalian nyeri dan kecemasan untuk anak yang memasuki unit gawat
darurat merupakan hal yang sangat penting. Dibutuhk an suatu pendekatan yang
sistematis untuk penatala ksanaan nyeri pada anak di unit gawat darurat. Lebih
dari 20 tahun belakangan ini perbaikan dalam pengobatan nyeri telah memberikan
perubahan dalam pendekatan tatalaksana nyeri untuk pasien anak.7-9
Pasien dengan nyeri menunjukkan berbagai komplikasi seperti timbulnya
kecemasan, keputusasaan, dan sebagain ya. Berbagai komplikasi ini dapat
menurunkan kualitas hidup, oleh sebab itu penatalaksanaannya seharusnya
dilakukan dengan optimal dan rasional, sehingga dapat mengurangi dampak yang
xiii
merugikan baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. 8,10 Pada anak
kemampuan untuk kooperatif dalam s uatu prosedur medis bergantung kepada
umur, sehingga dalam menenangkan seorang anak berbeda dengan memberi
ketenangan pada orang dewasa. 11 Dengan demikian klinisi bertanggung jawab
sedapat mungkin untuk menghilangkan at au mengurangi rasa nyeri pada anak
yang dilayaninya, disamping akan memberikan kenyamanan dan ketenangan
kepada orang tua atau pendamping anak yang dilayani.12-14
Pemeriksaan dan pengobatan nyeri pada anak adalah komponen penting
dalam praktek pelayanan kesehatan anak sehari-hari.8,9 Klinisi berkewajiban untuk
membebaskan pasienny a dari penderitaan, 12 menghilangkan at au mengurangi
rasa nyeri pada anak yang dilayaninya.5,15
Penatalaksanaan nyeri yang adekua t, disamping bertujuan mengurangi
kecemasan pada anak dan orang tua, juga akan meningkatkan kerelaan dan
kerjasama antara pasien deng an pemberi pelayanan s ehingga dapat mengurangi
beban petugas medis dan klinisi sendiri. Hal ini dilakukan secara multidimensional
melalui pendekatan pengobatan interd isipliner, yaitu suatu gabungan
farmakologis, kognitif-perilaku, psikologis dan pengobatan fisik; yang bertujuan
melayani dengan penuh kasih sayang, efektif dan tepat waktu.12
Pendekatan farmakologis yang biasa dilakukan sebagai pencegahan nyeri
akut selama tindakan invasif minor, adalah pemberian anastesi umum, anastesi
regional, anastesi lokal infiltrasi, kr im anastesi topikal, dengan atau tanpa obat
tambahan. Pemakaian obat tersebut harus mempertimbangkan efikasi dan
keamanan pada anak, k eadaan klinis anak dan pengal aman dokter atau klinisi
yang menggunakan obat tersebut.16
xiv
Beberapa studi nyeri pada anak, didapatka n bahwa nyeri yang dikeluhkan
oleh anak selalu diabaikan sehing ga penanganan yang diberikan tidak
adekuat.17,18 Pengalaman nyeri selalu tida k menyenangkan, dan dapat terjadi
pada pasien dengan sakit ak ut maupun yang sedang m enjalani prosedur, salah
satunya adalah tindakan pungsi arteri ataupun vena. 17,19,20 Anastesi lokal baik itu
semprot maupun oles merupakan suatu pilihan dalam menurunkan rasa nyeri
sewaktu tindakan pungsi arteri di unit gaw at darurat. Atas dasar inilah penelitian
dilakukan untuk membandingkan efektifitas anastesi oles dan anastesi semprot
dalam menurunkan intensitas nyeri pada anak saat dilakukan pungsi arteri.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belaka ng tersebut maka
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam memberikan pelayanan medis seha ri-hari di tempat praktek atau di
rumah sakit, tenaga medis baik dokter at au paramedis tidak terlepas dengan
keharusan untuk melakukan tindakan in vasif terutama ti ndakan invasif minor.
Tindakan tersebut seperti pemasangan jalur vena 1, imunisasi 2, pengambilan
darah dan sebagainya, baik dilakukan secara intrakutan, subkutan, intramuskular,
menembus vena atau arteri, akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri.3, 4
Tipe pengalaman nyeri yang paling sering dialam i adalah nyeri akut,
dimana rasa nyeri dapat menyebabkan terjadinya penurunan oksigenasi,
ketidakstabilan hemodinamik dan peningkatan tekanan intrakranial. 5 Pada anak
nyeri akut dapat berasal dar i trauma, luka bakar, dan tindakan pre, intra dan post
operatif, juga tindakan prosedur medis berupa tindakan invasif minor ketika
memasuki unit gawat darurat.6
Pengendalian nyeri dan kecemasan untuk anak yang memasuki unit gawat
darurat merupakan hal yang sangat penting. Dibutuhk an suatu pendekatan yang
sistematis untuk penatala ksanaan nyeri pada anak di unit gawat darurat. Lebih
dari 20 tahun belakangan ini perbaikan dalam pengobatan nyeri telah memberikan
perubahan dalam pendekatan tatalaksana nyeri untuk pasien anak.7-9
Pasien dengan nyeri menunjukkan berbagai komplikasi seperti timbulnya
kecemasan, keputusasaan, dan sebagain ya. Berbagai komplikasi ini dapat
menurunkan kualitas hidup, oleh sebab itu penatalaksanaannya seharusnya
dilakukan dengan optimal dan rasional, sehingga dapat mengurangi dampak yang
xiii
merugikan baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. 8,10 Pada anak
kemampuan untuk kooperatif dalam s uatu prosedur medis bergantung kepada
umur, sehingga dalam menenangkan seorang anak berbeda dengan memberi
ketenangan pada orang dewasa. 11 Dengan demikian klinisi bertanggung jawab
sedapat mungkin untuk menghilangkan at au mengurangi rasa nyeri pada anak
yang dilayaninya, disamping akan memberikan kenyamanan dan ketenangan
kepada orang tua atau pendamping anak yang dilayani.12-14
Pemeriksaan dan pengobatan nyeri pada anak adalah komponen penting
dalam praktek pelayanan kesehatan anak sehari-hari.8,9 Klinisi berkewajiban untuk
membebaskan pasienny a dari penderitaan, 12 menghilangkan at au mengurangi
rasa nyeri pada anak yang dilayaninya.5,15
Penatalaksanaan nyeri yang adekua t, disamping bertujuan mengurangi
kecemasan pada anak dan orang tua, juga akan meningkatkan kerelaan dan
kerjasama antara pasien deng an pemberi pelayanan s ehingga dapat mengurangi
beban petugas medis dan klinisi sendiri. Hal ini dilakukan secara multidimensional
melalui pendekatan pengobatan interd isipliner, yaitu suatu gabungan
farmakologis, kognitif-perilaku, psikologis dan pengobatan fisik; yang bertujuan
melayani dengan penuh kasih sayang, efektif dan tepat waktu.12
Pendekatan farmakologis yang biasa dilakukan sebagai pencegahan nyeri
akut selama tindakan invasif minor, adalah pemberian anastesi umum, anastesi
regional, anastesi lokal infiltrasi, kr im anastesi topikal, dengan atau tanpa obat
tambahan. Pemakaian obat tersebut harus mempertimbangkan efikasi dan
keamanan pada anak, k eadaan klinis anak dan pengal aman dokter atau klinisi
yang menggunakan obat tersebut.16
xiv
Beberapa studi nyeri pada anak, didapatka n bahwa nyeri yang dikeluhkan
oleh anak selalu diabaikan sehing ga penanganan yang diberikan tidak
adekuat.17,18 Pengalaman nyeri selalu tida k menyenangkan, dan dapat terjadi
pada pasien dengan sakit ak ut maupun yang sedang m enjalani prosedur, salah
satunya adalah tindakan pungsi arteri ataupun vena. 17,19,20 Anastesi lokal baik itu
semprot maupun oles merupakan suatu pilihan dalam menurunkan rasa nyeri
sewaktu tindakan pungsi arteri di unit gaw at darurat. Atas dasar inilah penelitian
dilakukan untuk membandingkan efektifitas anastesi oles dan anastesi semprot
dalam menurunkan intensitas nyeri pada anak saat dilakukan pungsi arteri.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belaka ng tersebut maka