RINGKASAN
Malaria merupakan suatu infeksi parasit yang sangat penting dan menjadi salah
satu masalah utama kesehatan di dunia, terutama di negara-neg ara beriklim tropis
termasuk Indonesia. WHO melaporkan ada seba nyak 300 juta sampai 500 juta penderita
yang menunjukkan gejala klinis malaria se tiap tahunnya, dan menimbulkan 0,5 juta
sampai 2,5 juta kematian.
Cepatnya penyebaran resistensi terhadap obat antimal aria yang digunakan selama
ini merupakan tantangan yang serius dalam strategi pengendalian penyakit malaria,
karena hal ini mengakibatkan terjadinya penyebaran malaria ke daerah baru dan
munculnya kembali malaria. Salah satu upaya untuk mengurangi cepatnya perkembangan
resistensi adalah dengan penggunaan obat secara kombinasi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ef ikasi kombinasi artesunat-sulfadoksin
pirimetamin dan artesunat-doksisiklin dalam pengobatan malaria falciparum . Penelitian
ini merupakan uji klinis te rbuka secara random, yang dila kukan di kecamatan Teluk
Dalam, Lahusa, dan Amandraya, kabupatan Nias Selatan pada bulan September sampai
dengan Desember 2006. Sampel penelitian ad alah semua penderita malaria falciparum
yang diketahui dari pemeriksaan darah tepi dan memenuhi kriteria inklusi. Secara acak
sampel dibagi ke dalam dua kelompok pene litian, satu kelompok mendapat artesunat-
sulfadoksin-pirimetamin dan kelompok lainnya mendapat artesunat-doksisiklin. Pada hari
ke 0, 1, 2, 3, 7, 14, dan 28, dilakukan pemeriksaan darah tepi untuk melihat kepadatan
parasit. Pemeriksaan darah rutin untuk hemoglobin, leukosit, eo sinofil, trombosit,
eritrosit, dan KGD dilakukan pada hari ke 0 dan 14. Kepadatan parasit menurun secara
bermakna pada kedua kelompok pengobatan, d imulai sejak H1 dan menghilang pada H3
sampai H28. Pada penelitian ini tidak dijumpai adanya Early Treatment Failure (ETF)
dan Late Treatment Failure (LTF), dengan demikian semua subjek penelitian mengalami
kesembuhan (100%). Pada pemeriksaan darah rutin, terdapat perbedaan kadar
hemoglobin, lekosit, eritrosit, dan trombos it, sebelum dan sesudah pengobatan pada
kelompok artesunat-sulfadoksin-pirimetam in. Pada kelompok ar tesunat-doksisiklin
terdapat perbedaan bermakna (p=0,000) ka dar eritrosit dan trombosit sebelum dan
sesudah pengobatan. Efek samping pemberia n artesunat-sulfadoksin-pirimetamin yang
terbanyak adalah sakit kepala (44,74%) da n lemas (36,84%). Pada kelompok artesunat-
doksisiklin efek samping yang terbanyak ad alah gangguan pencernaan (55,56%). Dapat
diambil kesimpulan bahwa kombinasi artes unat-sulfadoksin-pirimetamin dan kombinasi
artesunat-doksisiklin mempunyai efikasi ya ng sama terhadap pengobatan malaria
falciparum tanpa komplikasi.
Kata kunci : malaria, Plasmodium falciparum, pengobatan kombinasi, resistensi obat
anti malaria.
Malaria merupakan suatu infeksi parasit yang sangat penting dan menjadi salah
satu masalah utama kesehatan di dunia, terutama di negara-neg ara beriklim tropis
termasuk Indonesia. WHO melaporkan ada seba nyak 300 juta sampai 500 juta penderita
yang menunjukkan gejala klinis malaria se tiap tahunnya, dan menimbulkan 0,5 juta
sampai 2,5 juta kematian.
Cepatnya penyebaran resistensi terhadap obat antimal aria yang digunakan selama
ini merupakan tantangan yang serius dalam strategi pengendalian penyakit malaria,
karena hal ini mengakibatkan terjadinya penyebaran malaria ke daerah baru dan
munculnya kembali malaria. Salah satu upaya untuk mengurangi cepatnya perkembangan
resistensi adalah dengan penggunaan obat secara kombinasi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ef ikasi kombinasi artesunat-sulfadoksin
pirimetamin dan artesunat-doksisiklin dalam pengobatan malaria falciparum . Penelitian
ini merupakan uji klinis te rbuka secara random, yang dila kukan di kecamatan Teluk
Dalam, Lahusa, dan Amandraya, kabupatan Nias Selatan pada bulan September sampai
dengan Desember 2006. Sampel penelitian ad alah semua penderita malaria falciparum
yang diketahui dari pemeriksaan darah tepi dan memenuhi kriteria inklusi. Secara acak
sampel dibagi ke dalam dua kelompok pene litian, satu kelompok mendapat artesunat-
sulfadoksin-pirimetamin dan kelompok lainnya mendapat artesunat-doksisiklin. Pada hari
ke 0, 1, 2, 3, 7, 14, dan 28, dilakukan pemeriksaan darah tepi untuk melihat kepadatan
parasit. Pemeriksaan darah rutin untuk hemoglobin, leukosit, eo sinofil, trombosit,
eritrosit, dan KGD dilakukan pada hari ke 0 dan 14. Kepadatan parasit menurun secara
bermakna pada kedua kelompok pengobatan, d imulai sejak H1 dan menghilang pada H3
sampai H28. Pada penelitian ini tidak dijumpai adanya Early Treatment Failure (ETF)
dan Late Treatment Failure (LTF), dengan demikian semua subjek penelitian mengalami
kesembuhan (100%). Pada pemeriksaan darah rutin, terdapat perbedaan kadar
hemoglobin, lekosit, eritrosit, dan trombos it, sebelum dan sesudah pengobatan pada
kelompok artesunat-sulfadoksin-pirimetam in. Pada kelompok ar tesunat-doksisiklin
terdapat perbedaan bermakna (p=0,000) ka dar eritrosit dan trombosit sebelum dan
sesudah pengobatan. Efek samping pemberia n artesunat-sulfadoksin-pirimetamin yang
terbanyak adalah sakit kepala (44,74%) da n lemas (36,84%). Pada kelompok artesunat-
doksisiklin efek samping yang terbanyak ad alah gangguan pencernaan (55,56%). Dapat
diambil kesimpulan bahwa kombinasi artes unat-sulfadoksin-pirimetamin dan kombinasi
artesunat-doksisiklin mempunyai efikasi ya ng sama terhadap pengobatan malaria
falciparum tanpa komplikasi.
Kata kunci : malaria, Plasmodium falciparum, pengobatan kombinasi, resistensi obat
anti malaria.