BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kejadian fraktur Colles cukup tinggi, tetapi sampai sekarang masih
banyak perbedaan mengenai klasifikasi, cara reposisi, metoda fiksasi, faktor
yang mempengaruhi hasil akhir serta prognosis (Kreder dkk, 1996).
Hasil yang baik dapat dicapai dengan diagnosa yang tepat, reposisi yang
akurat, fiksasi yang adekuat serta rehabilitasi yang memadai. Reposisi
tertutup biasanya tidak sulit, tetapi sulit untuk mempertahankan hasil
reposisi, terutama pada fraktur kominutif (Linden dkk,1981; Manjas, 1996).
Selama ini metoda fiksasi yang banyak dianut adalah dengan gips sirkuler
panjang sampai di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 0, lengan bawah
pronasi, pergelangan tangan fleksi dan deviasi ulna seperti yang dianjurkan
oleh Salter atau Walstrom yang dikenal dengan “Cotton Loader“
(Salter, 1984)
Pada penelitian selanjutnya ternyata metoda ini mempunyai beberapa
kelemahan yaitu angka peranjakan ulang yang tinggi, dan mengakibatkan
‘malunion’, penekanan saraf medianus, kaku sendi, nyeri dan gangguan
fungsi pergelangan tangan (Cooney dkk, 1980; Rhycak dkk, 1997).
Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan metoda di atas
dengan metoda fiksasi gips sirkuler setinggi siku, posisi lengan bawah
supinasi, pergelangan tangan dorsifleksi dan deviasi ulna, dimana metoda
terakhir ini masih dimungkinkan fleksi sendi siku, tetapi gerak pronasi-
supinasi serta gerak pergelangan tangan terfiksasi.
1.2. Perumusan masalah
Pada fraktur Colles masalah utama pasca reposisi dan fiksasi adalah
‘malunion’ akibat peranjakan ulang yang mengakibatkan gangguan fungsi dan
rasa sakit pergelangan tangan.
1.3. Tujuan penelitian
Untuk mendapatkan metoda fiksasi yang lebih efektif dan efisien yaitu
dengan membandingkan fiksasi gips sirkuler dengan metoda modifikasi
Bohler pada SDFDU (setinggi siku, posisi supinasi, dorsifleksi dan deviasi
ulna) dan FSPFDU ( di atas siku, posisi fleksi siku, pronasi, fleksi dan deviasi
ulna) baik secara anatomis maupun fungsional. Dengan metoda ini hanya
diperlukan 2-3 gulung gips 4 inci dibanding pada metoda sebelumnya 4-5
gulung gips 4 inci dalam sekali pemasangan (Manjas, 1996; Solichin, 1994;
Nugroho, 1982; Steward dkk,1984).
©2003 Digitized by USU digital library 2
1.4. Kontribusi penelitian
Bila hasil penelitian ini menunjukkan akurasi yang tinggi, maka
diharapkan komplikasi yang timbul akan diminimalisir serta nilai ekonomis
dari segi biaya yang dikeluarkan untuk pemasangan gips sirkuler.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Sejarah
Sejak jaman Hipocrates sampai awal abad 19, fraktur distal radius
masih disalah artikan sebagai dislokasi dari npergelangan tangan. Abraham
Colles (1725 – 1843) pada tahun 1814 mempublikasikan sebuah artikel yang
berjudul ‘On the fracture of the carpal extremity of the radius’. Sejak saat itu
fraktur jenis ini diberi nama sebagai fraktur Colles sesuai dengan nama
Abraham Colles (Appley,1995; Salter,1984)
Fraktur Colles’ adalah
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kejadian fraktur Colles cukup tinggi, tetapi sampai sekarang masih
banyak perbedaan mengenai klasifikasi, cara reposisi, metoda fiksasi, faktor
yang mempengaruhi hasil akhir serta prognosis (Kreder dkk, 1996).
Hasil yang baik dapat dicapai dengan diagnosa yang tepat, reposisi yang
akurat, fiksasi yang adekuat serta rehabilitasi yang memadai. Reposisi
tertutup biasanya tidak sulit, tetapi sulit untuk mempertahankan hasil
reposisi, terutama pada fraktur kominutif (Linden dkk,1981; Manjas, 1996).
Selama ini metoda fiksasi yang banyak dianut adalah dengan gips sirkuler
panjang sampai di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 0, lengan bawah
pronasi, pergelangan tangan fleksi dan deviasi ulna seperti yang dianjurkan
oleh Salter atau Walstrom yang dikenal dengan “Cotton Loader“
(Salter, 1984)
Pada penelitian selanjutnya ternyata metoda ini mempunyai beberapa
kelemahan yaitu angka peranjakan ulang yang tinggi, dan mengakibatkan
‘malunion’, penekanan saraf medianus, kaku sendi, nyeri dan gangguan
fungsi pergelangan tangan (Cooney dkk, 1980; Rhycak dkk, 1997).
Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan metoda di atas
dengan metoda fiksasi gips sirkuler setinggi siku, posisi lengan bawah
supinasi, pergelangan tangan dorsifleksi dan deviasi ulna, dimana metoda
terakhir ini masih dimungkinkan fleksi sendi siku, tetapi gerak pronasi-
supinasi serta gerak pergelangan tangan terfiksasi.
1.2. Perumusan masalah
Pada fraktur Colles masalah utama pasca reposisi dan fiksasi adalah
‘malunion’ akibat peranjakan ulang yang mengakibatkan gangguan fungsi dan
rasa sakit pergelangan tangan.
1.3. Tujuan penelitian
Untuk mendapatkan metoda fiksasi yang lebih efektif dan efisien yaitu
dengan membandingkan fiksasi gips sirkuler dengan metoda modifikasi
Bohler pada SDFDU (setinggi siku, posisi supinasi, dorsifleksi dan deviasi
ulna) dan FSPFDU ( di atas siku, posisi fleksi siku, pronasi, fleksi dan deviasi
ulna) baik secara anatomis maupun fungsional. Dengan metoda ini hanya
diperlukan 2-3 gulung gips 4 inci dibanding pada metoda sebelumnya 4-5
gulung gips 4 inci dalam sekali pemasangan (Manjas, 1996; Solichin, 1994;
Nugroho, 1982; Steward dkk,1984).
©2003 Digitized by USU digital library 2
1.4. Kontribusi penelitian
Bila hasil penelitian ini menunjukkan akurasi yang tinggi, maka
diharapkan komplikasi yang timbul akan diminimalisir serta nilai ekonomis
dari segi biaya yang dikeluarkan untuk pemasangan gips sirkuler.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Sejarah
Sejak jaman Hipocrates sampai awal abad 19, fraktur distal radius
masih disalah artikan sebagai dislokasi dari npergelangan tangan. Abraham
Colles (1725 – 1843) pada tahun 1814 mempublikasikan sebuah artikel yang
berjudul ‘On the fracture of the carpal extremity of the radius’. Sejak saat itu
fraktur jenis ini diberi nama sebagai fraktur Colles sesuai dengan nama
Abraham Colles (Appley,1995; Salter,1984)
Fraktur Colles’ adalah