BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Walaupun usaha pencegahan dan pengobatan tuberkulosis pada anak dengan
kemoterapi sudah dilakukan lebih dari 40 tahun, prevalens tuberkulosis masih tinggi
diantara penyakit–penyakit i nfeksi da n merupakan tantangan gl obal dal am
kesehatan masyarakat di dunia baik pada dewasa maupun pada anak. 1-4 World
Health Organi zation (WHO) memperki rakan bahwa juml ah penderi ta baru
tuberkulosis akan meningkat dari 8,8 juta penderita baru tahun 1995 menjadi 10,2
juta penderi ta pada tahun 2000 dan 11,9 juta penderi ta pada tahun 2005. Kal au
dihitung setiap tahunnya seki tar 4 juta pend erita baru tuberkulosis paru menular di
dunia, di tambah l agi dengan penderi ta yang ti dak menul ar. Arti nya seti ap tahun
didunia ini akan ada 8 juta kematian karena tuberkulosis dan dari 3 juta kematian
yang terjadi pada tahun 1995, ternyata 95% berada di negara berkembang.1,4,5,6
Data terakhir WHO memperki rakan di Indonesia seti ap tahunnya terjadi 550.000
kematian akibat tuberkulosis . Jumlah tuberkulosis anak lebih kurang 5–15 % dari
seluruh penderi ta tuberkul osis Diperkirakan sekitar 15 juta penderita baru dan 5
juta kematian akan terjadi diantara anak usi a 5 tahun. 1,2,7 Dinegara berkembang
jumlah penduduk yang sangat rapat, ventilasi tempat t inggal k urang baik ,
menyebabkan konsentrasi basil tuberkulosis menjadi lebih besar dan mengakibatkan
paparan basil tuberkulosis semakin sering. 2-4
Pada umumnya penderi ta tuberkulosa (TB) anak infeksi primer serin g luput
dari perhatian. Sedangkan sampai saat ini diag nostik TB anak masi h menjadi
masalah karena tanda dan gejal a yang ti dak spesifik, populasi basil TB pada anak
yang menderi ta TB rendah, sul itnya mend apatkan spesimen (sputum atau bilasan
lambung) dan masih rendahnya nilai uji diagnostik yang ada.7,8
Seorang anak dapat terkena infeksi tuberkulosa tanpa menjadi sakit, uji
tuberkulin positif tanpa ada k elainan klinis, radiologis paru dan laborat orium. 2
Dengan perkataan l ain hanya dengan uj i tuberkulin diketahui apakah seorang
anak sudah terinfeksi tu berkulosis atau tidak. 2,4 Anak yang sudah teri nfeksi
harus dicegah untuk berkembang menjad i sakit atau menderita tuberkulosis
dengan memberikan pengobatan INH. Dengan cara i ni dapat mengurangi
kemungki nan terjadi nya tuberkul osa yang berat sepert i men ingitis tuberkulosis
dan tuberkul osis di seminata sehi ngga angka kesaki tan dan kemati an dapat
dikurangi. 9,10
Beberapa metode uji t uberkulin y ang dik enal selain u ji M antoux adalah
Mono–Vacc Test, Heaf Test, Tuberculin Ti ne Test (Rosenthal), Aplitest, Sclavo
Test–PPD .9 Tetapi sampai saat in i u ji M antoux masih merupakan metode yang
paling akurat, dipercaya dan cepat (48-72 jam) 11,12,13 Uji Mantoux merupakan
salah satu metode standar yang efektif untuk mendeteksi dan sebagai skri ning
orang yang teri nfeksi Mycobacterium tuberculosis (M.Tb) 14,15 Pada anak tanpa
resiko tapi tinggal di daerah preval ens tuberkul osis meni ngkat maka uji
©2003 Digitized by USU digital library 1
Mantoux perl u dilakukan pada umur 1 tahun, 4-6 tahun dan 11-16 tahun. Dan di
daerah resiko ti nggi uji Mantoux di lakukan seti ap tahun. 7 Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kotamadya Medan, Pasar Merah merupa kan daerah prevalens
tinggi tuberkulosis. Dari jumlah penduduk 38.823 jiwa, suspek penderita yaitu
perkiraan adalah 388 (10% dari 38.823) sedangkan temuan adalah 342 (88%).
BTA ⊕ perkiraan adalah 39(10% dari 388) sedang temuan adalah 35 (95%)
.Simalingkar sebagai daerah prevalen s rendah, dari jumlah penduduk 37.392
jiwa suspek penderita yaitu perkiraan 374 (10% dari 37.392), temuan adalah 5
(datang ke Puskesmas dengan kel uhan batuk l ama). BTA⊕ dari perkiraan 37,
temuan hanya 3(8%). Program skri ning dan kontrol penyakit tuberkulosa
tergantung pada h asil u ji k ulit tuberkulin, harus di ingat kemungki nan adanya
variabel perancu yang mempengaruhi hasil pembacaan seperti penyimpanan, cara
penilaian, an ergi dan v aksinasi BC G y ang su dah pern ah dilak ukan. 16 Keadaan ini
sering menjadi dilema bagi pelayan kesehatan dalam penentuan epidemiologi dan
penatalaksanaan tuberkulosis. Oleh karena itu pembacaan sebaiknya dilakukan oleh
orang yang tel ah mendapatkan latihan dan pengetahuan yang cukup untuk hal
tersebut.16
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan lat ar belak ang penelitian tersebut diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Walaupun usaha pencegahan dan pengobatan tuberkulosis pada anak dengan
kemoterapi sudah dilakukan lebih dari 40 tahun, prevalens tuberkulosis masih tinggi
diantara penyakit–penyakit i nfeksi da n merupakan tantangan gl obal dal am
kesehatan masyarakat di dunia baik pada dewasa maupun pada anak. 1-4 World
Health Organi zation (WHO) memperki rakan bahwa juml ah penderi ta baru
tuberkulosis akan meningkat dari 8,8 juta penderita baru tahun 1995 menjadi 10,2
juta penderi ta pada tahun 2000 dan 11,9 juta penderi ta pada tahun 2005. Kal au
dihitung setiap tahunnya seki tar 4 juta pend erita baru tuberkulosis paru menular di
dunia, di tambah l agi dengan penderi ta yang ti dak menul ar. Arti nya seti ap tahun
didunia ini akan ada 8 juta kematian karena tuberkulosis dan dari 3 juta kematian
yang terjadi pada tahun 1995, ternyata 95% berada di negara berkembang.1,4,5,6
Data terakhir WHO memperki rakan di Indonesia seti ap tahunnya terjadi 550.000
kematian akibat tuberkulosis . Jumlah tuberkulosis anak lebih kurang 5–15 % dari
seluruh penderi ta tuberkul osis Diperkirakan sekitar 15 juta penderita baru dan 5
juta kematian akan terjadi diantara anak usi a 5 tahun. 1,2,7 Dinegara berkembang
jumlah penduduk yang sangat rapat, ventilasi tempat t inggal k urang baik ,
menyebabkan konsentrasi basil tuberkulosis menjadi lebih besar dan mengakibatkan
paparan basil tuberkulosis semakin sering. 2-4
Pada umumnya penderi ta tuberkulosa (TB) anak infeksi primer serin g luput
dari perhatian. Sedangkan sampai saat ini diag nostik TB anak masi h menjadi
masalah karena tanda dan gejal a yang ti dak spesifik, populasi basil TB pada anak
yang menderi ta TB rendah, sul itnya mend apatkan spesimen (sputum atau bilasan
lambung) dan masih rendahnya nilai uji diagnostik yang ada.7,8
Seorang anak dapat terkena infeksi tuberkulosa tanpa menjadi sakit, uji
tuberkulin positif tanpa ada k elainan klinis, radiologis paru dan laborat orium. 2
Dengan perkataan l ain hanya dengan uj i tuberkulin diketahui apakah seorang
anak sudah terinfeksi tu berkulosis atau tidak. 2,4 Anak yang sudah teri nfeksi
harus dicegah untuk berkembang menjad i sakit atau menderita tuberkulosis
dengan memberikan pengobatan INH. Dengan cara i ni dapat mengurangi
kemungki nan terjadi nya tuberkul osa yang berat sepert i men ingitis tuberkulosis
dan tuberkul osis di seminata sehi ngga angka kesaki tan dan kemati an dapat
dikurangi. 9,10
Beberapa metode uji t uberkulin y ang dik enal selain u ji M antoux adalah
Mono–Vacc Test, Heaf Test, Tuberculin Ti ne Test (Rosenthal), Aplitest, Sclavo
Test–PPD .9 Tetapi sampai saat in i u ji M antoux masih merupakan metode yang
paling akurat, dipercaya dan cepat (48-72 jam) 11,12,13 Uji Mantoux merupakan
salah satu metode standar yang efektif untuk mendeteksi dan sebagai skri ning
orang yang teri nfeksi Mycobacterium tuberculosis (M.Tb) 14,15 Pada anak tanpa
resiko tapi tinggal di daerah preval ens tuberkul osis meni ngkat maka uji
©2003 Digitized by USU digital library 1
Mantoux perl u dilakukan pada umur 1 tahun, 4-6 tahun dan 11-16 tahun. Dan di
daerah resiko ti nggi uji Mantoux di lakukan seti ap tahun. 7 Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kotamadya Medan, Pasar Merah merupa kan daerah prevalens
tinggi tuberkulosis. Dari jumlah penduduk 38.823 jiwa, suspek penderita yaitu
perkiraan adalah 388 (10% dari 38.823) sedangkan temuan adalah 342 (88%).
BTA ⊕ perkiraan adalah 39(10% dari 388) sedang temuan adalah 35 (95%)
.Simalingkar sebagai daerah prevalen s rendah, dari jumlah penduduk 37.392
jiwa suspek penderita yaitu perkiraan 374 (10% dari 37.392), temuan adalah 5
(datang ke Puskesmas dengan kel uhan batuk l ama). BTA⊕ dari perkiraan 37,
temuan hanya 3(8%). Program skri ning dan kontrol penyakit tuberkulosa
tergantung pada h asil u ji k ulit tuberkulin, harus di ingat kemungki nan adanya
variabel perancu yang mempengaruhi hasil pembacaan seperti penyimpanan, cara
penilaian, an ergi dan v aksinasi BC G y ang su dah pern ah dilak ukan. 16 Keadaan ini
sering menjadi dilema bagi pelayan kesehatan dalam penentuan epidemiologi dan
penatalaksanaan tuberkulosis. Oleh karena itu pembacaan sebaiknya dilakukan oleh
orang yang tel ah mendapatkan latihan dan pengetahuan yang cukup untuk hal
tersebut.16
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan lat ar belak ang penelitian tersebut diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: