BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia defisiensi besi ( ADB ) adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi
yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin . Anemia ini merupakan bentuk anemia
yang paling sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang
sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terb atas, masukan protein hewani
yang rendah dan infestasi parasit yang me rupakan masalah endemik. Diperkirakan
sekitar 30% penduduk dunia menderit a anemia, dan lebih dari setengahnya
merupakan anemia defisiensi besi. Saat in i di Indonesia anemia defisiensi besi
masih merupakan salah satu masalah gizi utama di samping kekurangan kalori
protein, vitamin A, dan yodium.1-3
Dibandingkan dengan dewasa, anemia defisiensi besi pada anak paling
banyak disebabkan oleh kurang nya asupan besi dari makanan, baik karena pola
makan yang tidak tepat, kualitas dan kuantitas makanan yang tidak memadai,
maupun karena adanya penin gkatan kebutuhan zat besi untuk proses tumbuh
kembangnya.4-6
Prevalens anemia defisiensi besi ti nggi pada bayi, hal yang sama juga
dijumpai pada anak usia sekolah dan anak remaja. 1 Di Indonesia anemia didapati
pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu hamil. 7
Penelitian Dee Pee dkk (2002) tentang prevalensi anemia pada bayi usia 4 hingga 5
bulan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menunjukkan bahwa 37% bayi
memiliki kadar Hb di bawah 10 g/dL, sedangkan untuk k adar Hb di bawah 11 g/dL
mencapai angka 71%.8 Di negara maju seperti Amerika Serikat prevalensi defisiensi
Dedy Gunadi : Perbandingan Respons Terapi Besi Satu Kali Dan Tiga Kali Sehari Pada Anak Sekolah Dasar Usia..., 2008
USU e-Repository © 2008
besi pada anak umur 1-2 t ahun mencapai 9%, dimana 3% diantaranya menderita
anemia.9
Defisiensi besi dapat memberik an dampak negatif pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Selain mengakibatkan komplikasi yang ringan seperti kelainan
kuku, atrofi papil lidah, glosit is dan stomatitis yang dapat sembuh sendiri, defisiensi
besi juga dapat memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya tahan
tubuh terhadap infeksi, gangguan prestasi belajar, gangguan fungsi kognitif atau
gangguan mental lain yang dap at berlangsung lama bahkan menetap. Oleh karena
itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus di mulai sedini mungkin, demikian pula
dengan tindakan pencegahannya.3
Terapi besi memberikan respons yang cepat dimana respons puncak dari
retikulosit terjadi pada hari ke 5-7. Kemudi an diikuti peningkatan Hb 1-2 gram setiap
minggu sampai kadar Hb mencapai normal dal am 4-6 minggu sejak terapi dimulai.
Terapi besi harus diteruskan selama 2-3 bulan untuk mengisi cadangan besi.10
Garam fero diabsorbsi sekitar tiga kali lebih baik dibandingkan garam feri.
Preparat yang tersedia berupa fe ro sulfat, fero glukonat dan fero fumarat. Untuk
mendapatkan respons pengobatan, dosis besi yang dipakai sebesar 3-6 mg besi
elemental / kgBB / hari dibagi 2 atau 3 dosis.1,10-12
Sedikitnya terdapat 4 faktor pent ing yang mempengaruhi keberhasilan
pengobatan anemia defisiensi besi dengan pem berian peroral yaitu jumlah dosis
sehari, frekuensi pemberian sehar i, bentuk obat dan kepatuhan pasien. 10,13
Kepatuhan terhadap pengobatan anem ia defisiensi besi yang diberikan tiga kali
sehari pada anak masih rendah.1
Zlotkin dkk dalam uji klinis acak terkontrol, membandingkan pemberian fero
sulfat satu kali dan tiga kali sehari dengan dosis total yang sama pada bayi berusia
Dedy Gunadi : Perbandingan Respons Terapi Besi Satu Kali Dan Tiga Kali Sehari Pada Anak Sekolah Dasar Usia..., 2008
USU e-Repository © 2008
6-24 bulan mendapatkan hasil yang tidak berbeda dalam keber hasilan pengobatan
anemia tanpa adanya efek samping.12
Pada penelitian ini kami ingin membandi ngkan respons pemberian fero sulfat
satu kali dan tiga kali sehari dengan dosis total yang sama pada anak sekolah dasar
usia 9-12 tahun yang menderita anemia defisiensi besi.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia defisiensi besi ( ADB ) adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi
yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin . Anemia ini merupakan bentuk anemia
yang paling sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang
sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terb atas, masukan protein hewani
yang rendah dan infestasi parasit yang me rupakan masalah endemik. Diperkirakan
sekitar 30% penduduk dunia menderit a anemia, dan lebih dari setengahnya
merupakan anemia defisiensi besi. Saat in i di Indonesia anemia defisiensi besi
masih merupakan salah satu masalah gizi utama di samping kekurangan kalori
protein, vitamin A, dan yodium.1-3
Dibandingkan dengan dewasa, anemia defisiensi besi pada anak paling
banyak disebabkan oleh kurang nya asupan besi dari makanan, baik karena pola
makan yang tidak tepat, kualitas dan kuantitas makanan yang tidak memadai,
maupun karena adanya penin gkatan kebutuhan zat besi untuk proses tumbuh
kembangnya.4-6
Prevalens anemia defisiensi besi ti nggi pada bayi, hal yang sama juga
dijumpai pada anak usia sekolah dan anak remaja. 1 Di Indonesia anemia didapati
pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu hamil. 7
Penelitian Dee Pee dkk (2002) tentang prevalensi anemia pada bayi usia 4 hingga 5
bulan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menunjukkan bahwa 37% bayi
memiliki kadar Hb di bawah 10 g/dL, sedangkan untuk k adar Hb di bawah 11 g/dL
mencapai angka 71%.8 Di negara maju seperti Amerika Serikat prevalensi defisiensi
Dedy Gunadi : Perbandingan Respons Terapi Besi Satu Kali Dan Tiga Kali Sehari Pada Anak Sekolah Dasar Usia..., 2008
USU e-Repository © 2008
besi pada anak umur 1-2 t ahun mencapai 9%, dimana 3% diantaranya menderita
anemia.9
Defisiensi besi dapat memberik an dampak negatif pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Selain mengakibatkan komplikasi yang ringan seperti kelainan
kuku, atrofi papil lidah, glosit is dan stomatitis yang dapat sembuh sendiri, defisiensi
besi juga dapat memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya tahan
tubuh terhadap infeksi, gangguan prestasi belajar, gangguan fungsi kognitif atau
gangguan mental lain yang dap at berlangsung lama bahkan menetap. Oleh karena
itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus di mulai sedini mungkin, demikian pula
dengan tindakan pencegahannya.3
Terapi besi memberikan respons yang cepat dimana respons puncak dari
retikulosit terjadi pada hari ke 5-7. Kemudi an diikuti peningkatan Hb 1-2 gram setiap
minggu sampai kadar Hb mencapai normal dal am 4-6 minggu sejak terapi dimulai.
Terapi besi harus diteruskan selama 2-3 bulan untuk mengisi cadangan besi.10
Garam fero diabsorbsi sekitar tiga kali lebih baik dibandingkan garam feri.
Preparat yang tersedia berupa fe ro sulfat, fero glukonat dan fero fumarat. Untuk
mendapatkan respons pengobatan, dosis besi yang dipakai sebesar 3-6 mg besi
elemental / kgBB / hari dibagi 2 atau 3 dosis.1,10-12
Sedikitnya terdapat 4 faktor pent ing yang mempengaruhi keberhasilan
pengobatan anemia defisiensi besi dengan pem berian peroral yaitu jumlah dosis
sehari, frekuensi pemberian sehar i, bentuk obat dan kepatuhan pasien. 10,13
Kepatuhan terhadap pengobatan anem ia defisiensi besi yang diberikan tiga kali
sehari pada anak masih rendah.1
Zlotkin dkk dalam uji klinis acak terkontrol, membandingkan pemberian fero
sulfat satu kali dan tiga kali sehari dengan dosis total yang sama pada bayi berusia
Dedy Gunadi : Perbandingan Respons Terapi Besi Satu Kali Dan Tiga Kali Sehari Pada Anak Sekolah Dasar Usia..., 2008
USU e-Repository © 2008
6-24 bulan mendapatkan hasil yang tidak berbeda dalam keber hasilan pengobatan
anemia tanpa adanya efek samping.12
Pada penelitian ini kami ingin membandi ngkan respons pemberian fero sulfat
satu kali dan tiga kali sehari dengan dosis total yang sama pada anak sekolah dasar
usia 9-12 tahun yang menderita anemia defisiensi besi.